FATWA MUI TENTANG MEMELIHARA ANJING BAGI UMAT MUSLIM





SURAT KEPUTUSAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KABUPATEN GARUT
Nomor: Kep-01/MUI-GRT/Kom-Fatwa/III/2005
Tentang
PEMELIHARAAN ANJING DI KABUPATEN GARUT

Bismillahirrahmanirrahim
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Garut :
MENIMBANG
:
a.    Bahwa untuk mengantisipasi, meminimalisasi dampak negatif dan membahayakan bagi lingkungan serta menjaga hal-hal yang tidak diharapkan berkenaan dengan pemeliharaan anjing dipandang perlu menetapkan fatwa.
b.    Bahwa untuk terlaksananya poin di atas, perlu ditetapkan berdasarkan keputusan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut
MENGINGAT
:
1.    Sesuai dengan ayat dalam Al Qur'an Al Karim ;
a.    Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya". (Al Maidah 4)
b.    Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al Maidah 3)
c.     Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. ( Qs. Al Anfaal 38 )





2.    Sesuai dengan beberapa Hadits Riwayat Bukhori Muslim ;
a.    682 Diriwayatkan daripada Saidatina Aisyah r.a, isteri Nabi s.a.w katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Ada empat jenis binatang jahat yang boleh dibunuh di tanah halal ataupun di tanah haram, yaitu burung elang, burung gagak, tikus dan anjing liar.
b.    683 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Tidak berdosa bagi orang yang membunuh lima jenis binatang walaupun di tanah haram dan mereka pula dalam keadaan berihram. Binatang - binatang tersebut ialah tikus, kalajengking, burung gagak, burung elang dan anjing liar.
c.     914 Diriwayatkan daripada Abi Mas'ud al-Ansari r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w melarang (memanfaatkan) hasil penjualan anjing, hasil pelacuran dan mengupah tukang tilik.
d.    915 Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w memerintahkan supaya membunuh anjing.
e.    916 Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Sesiapa yang memelihara anjing selain dari anjing untuk menjaga ternakan dan anjing untuk berburu, maka setiap hari pahala amalannya dikurangkan sebanyak dua qirat (kinayah yaitu ibarat bagi ganjaran pahala yang sangat besar).
f.     917 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Daripada Rasulullah s.a.w, baginda bersabda: Sesiapa yang memelihara anjing selain dari untuk berburu atau menjaga ternak dan ladang, maka setiap hari pahala amalannya akan berkurang  sebanyak dua qirat
g.    918 Diriwayatkan daripada Sufian bin Abu Zuhair r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Sesiapa yang memelihara anjing bukan untuk menjaga ladang atau ternak, maka setiap hari pahala amalannya akan berkurang sebanyak satu qirat.
h.    1135 Diriwayatkan daripada Adiy bin Hatim r.a katanya: Wahai Rasulullah, aku telah melepaskan anjing-anjing yang sudah terlatih untuk berburu, anjing-anjing tersebut membawa binatang buruan itu kepadaku. Aku telah  membaca Bismillah (menyebut nama Allah) padanya. Baginda bersabda: Apabila kamu menyuruh anjingmu yang telah terlatih dan kamu telah  menyebut nama Allah atasnya, maka makanlah binatang buruan itu. Aku bertanya: Sekalipun anjing-anjing itu telah membunuhnya? Baginda menjawab: Ya, sekalipun anjing-anjing itu telah membunuhnya jika tidak ada anjing lain yang turut bersamanya. Aku bertanya lagi kepada baginda: Bagaimana jika aku memburu binatang dengan menggunakan panah lalu terkena tidak melalui matanya. Baginda menjawab: Apabila kamu memburu dengan menggunakan panah lalu terkena melalui matanya, maka makanlah. Tetapi jika terkena dari bahagian belakangnya (bukan dengan matanya) maka janganlah kamu makan.

i.      1136 Diriwayatkan daripada Abu Sa'labah al Khusyani r.a katanya: Aku telah datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Wahai Rasulullah, kami tinggal di bumi satu kaum dari kalangan Ahli Kitab. Kami makan dengan menggunakan bekas mereka dan di situ aku berburu. Aku berburu dengan menggunakan panah, terkadang dengan menggunakan anjingku yang telah terlatih dan terkadang pula dengan menggunakan anjingku yang tidak terlatih. Ceritakanlah kepadaku apa yang halal untuk kami dari semua itu. Baginda bersabda: Apa yang kamu katakan bahwa kamu tinggal di negeri kaum Ahli Kitab lalu kamu makan dengan menggunakan bekas (wadah) mereka, sekiranya kamu boleh dapati selain dari bekas (alat makan) mereka, janganlah kamu makan di dalam bekasnya. Kalau kamu tidak dapati selainnya, basuhlah dahulu dan makanlah di dalam (alat) bekasnya. Mengenai kamu berburu di tanah pemburuan, apa yang kamu lontar dengan panah sebutlah nama Allah kemudian makanlah dan mengenai hasil buruan yang kamu dapatkan dengan menggunakan anjingmu yang telah terlatih, sebutlah nama Allah kemudian makanlah. Adapun hasil buruan yang kamu dapatkan dengan menggunakan anjingmu yang tidak terlatih, jika kamu dapat menyembelihnya, maka makanlah.
j.      1235 Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Daripada Nabi s.a.w baginda bersabda: Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat anjing atau gambar-gambar.
k.    1316 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Ketika seorang lelaki sedang berjalan di jalanan dan beliau amat kehausan, tiba-tiba beliau terjumpa sebuah telaga. Beliau segera turun ke dalam telaga tersebut untuk meminum airnya. Kemudian apabila beliau keluar dari telaga tersebut, beliau melihat seekor anjing mengeluarkan lidahnya menjilat-jilat debu karena kehausan. Lelaki tersebut berkata di dalam hatinya: Anjing ini mesti kehausan seperti aku. Oleh itu, beliau turun semula ke dalam telaga dan memasukkan air ke dalam kasutnya yang diperbuat dari kulit yaitu khuf dan menggunakan mulutnya untuk mengigit kasut tersebut supaya dapat membawa naik kasut yang berisikan air itu untuk diberikan kepada anjing tersebut. Melihat hal itu, Allah berterima kasih kepadanya, dan mengampuninya. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya perbuatan kita terhadap binatang seperti anjing tersebut boleh mendapatkan pahala? Rasulullah s.a.w menjawab: Setiap yang mempunyai roh (bernyawa) ada pahalanya.
l.      1317 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: Sesungguhnya seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah telaga pada hari yang sangat panas. Anjing itu berusaha menjelirkan lidahnya kerana kehausan. Beliau kemudian menggunakan kasutnya yang dibuat dari kulit yaitu khuf untuk mengambil air telaga tersebut sehingga anjing tadi dapat minum. Oleh kerana perbuatannya itu, dosa wanita tersebut diampunkan.

m.   Hadits riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Turmudzi dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda ; “Malaikat Jibril as. mendatangiku dan berkata, ‘Tadi malam saya datang dan tidak ada ada yang menghalangiku masuk kecuali patung diatas  pintu, tirai bergambar di rumah dan anjing’. Karena itu perintahkanuntuk memotong kepala patung hingga seperti pohon, memotong tirai itu dan jadikan dua buah bantal untuk diinjak, dan perintahkan agar anjingnya keluar”.
n.    Hadits riwayat Bukhori bahwa Nabi saw. bersabda : “ Jika anjing menjilat bejana salah seorang diantara kalian, hendaklah dicuci tujuh kali, satu diantaranya dengan tanah”.
o.    Hadits Riwayat Bukhori dan Abu Daud, Nabi saw. bersabda “ Kalau sekiranya anjing anjing itu bukanlah suatu umat diantara umat umat yang lain, tentu sudah kuperintahkan untuk membunuhnya”.
3.    Beberapa kaidah Fiqh sebagaimana berikut ;
a.    Al-ashlu fi al ‘adah al-af’wu, wa bi’ibarati ukhra ; Al-ashlu fi al-‘uquudi wa al-mu’amalati ash-shihhatu hatta yaqumu dalilu ‘ala al-buthlani wa at-tahrimi (Al Bayan Hal. 230) artinya : “ Asal dalam kebiasaan adalah dimaafkan (dibolehkan), dalam kaidah lain, pada dasarnya dalam setiap ikatan (perjanjian) dan muamalah adalah sah sehingga ada dalil atas pembatalan dan pengharamannya”.
b.    Al-aslu fi al-asyya’i al-ibahah hatta yaqumu dalilu ‘ala tahrimihi. Artinya Pada dasarnya segala sesuatu adalah boleh sehingga ada dalil atas pengharamannya.
c.     Daf’u al-mafasid muqaddamun ‘ala al-jalbi al-mashalih. Artinya : “ Menolak segala (tindakan) kerusakan harus didahulukan daripada (upaya) perbuatan kemashlahatan “.
4.    Pendapat Ahli Fikih sebagaimana berikut ;
a.    Menurut pendapat madzhab Hanafi, Syafi’i dan Hambali bahwa boleh memelihara anjing yang terlatih (al kalb al mu’allam) untuk keperluan berburu, memenuhi kebutuhan hidup, penjaga ladang dan yang sebanding fungsinya. (Kitab al Fiqh al Islamy jilid 4 hal. 392, 447 dan 743 dan jilid 8 hal 45 dan 189)
b.    Menurut ulama muta’akhir Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Al Halal wal Haram fi Islam terbitan Darul Ma’rifah dan terjemahan versi Indonesia ‘Halal Haram dalam Islam’ terbitan Intermedia, Solo, bulan Oktober 2003 dijelaskan bahwa diantara yang dilarang Nabi saw. adalah memelihara anjing di rumah tanpa ada suatu alasan untuk keperluan.  Larangan ini tidak lain untuk anjing yang dimiliki (dipelihara) bukan untuk keperluan atau manfaat tertentu. Sebagian ahli fiqih berpendapat bahwa larangan memelihara anjing tersebut adalah makruh bukan haram, kecuali pemeliharaan anjing untuk pemburu, penjaga ternak, kebun dan sejenisnya adalah boleh. Makruh adalah suatu hal yang dibenci atau larangan Allah SWT. yang tidak dikenai sangsi haram. Hanya saja orang yang mempermudah dan mengabaikan hal yang makruh, cenderung terjerumus kedalam hukum haram.
5.    Pandangan keilmuan dan realitas pemeliharaan anjing ;
a.    Menurut Dr. Graard Pentsmar dalam majalah Kosinos Jerman yang dinukil dan diterjemahkan oleh majalah Nurul Islam edisi II Rabiuts Tsani sebagaimana disadur dalam buku ‘Halal Haram Dalam Islam’ dijelaskan sebagaimana terlampir.
b.    Berdasarkan laporan dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan  Pemerintah  Kabupaten Garut bahwa telah terjadi penggigitan oleh seekor anjing rentan rabies di beberapa wilayah pedesaan di kecamatan Cisurupan, Bayongbong, Sukaresmi dan kecamatan lainnya. Bangkai anjing tersebut dikemas sebagai bahan specimen untuk pemeriksaan laboratorium dan telah dikirim ke Balai Besar Veteriner Yogyakarta dan diterima oleh BBVET Wates Yogyakarta pada tangal 15 Februari 2005. Perlu juga diketahui bahwa perkembangan populasi anjing di Kabupaten Garut tahun 2005 mencapai 18.169 ekor yang berpotensi sebagai salah satu daerah yang memiliki status ‘Daerah Tertular Rabies’ di propinsi Jawa Barat. Tentu saja, hal ini cukup potensial berdampak negatif dan membahayakan bagi lingkungan warga masyarakat khususnya di Kabupaten Garut yang perlu penanganan khusus secara bersama sama.
MEMPERHATIKAN
:
1.    Hasil musyawarah Komisi Fatwa MUI Kabupaten Garut yang dihadiri oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan pada hari Kamis, 10 Maret 2005 M.
2.    Hasil dari kajian dan masukan anggota komisi fatwa dari Draft Surat Keputusan Komisi Fatwa tentang Pemeliharaan Anjing.
3.    Surat Nomor : 524.3/226/KKP/II/2005 Perihal Permohonan Fatwa MUI / Hukum memelihara Anjing tertanggal 4 Maret 2005 M dari Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan  Pemerintah  Kabupaten Garut
4.    Pendapat, usul dan saran-saran peserta musyawarah komisi fatwa MUI Kabupaten
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

M E M U T U S K A N
MENETAPKAN





:
1.    Hukum memelihara anjing untuk tujuan kebutuhan dan manfaat tertentu serta segala perkara yang berkaitan dengan pemeliharaannya adalah MUBAH (dibolehkan), jika tanpa adanya keperluan dan manfaat maka hukumnya MAKRUH.

2.    Dalam memelihara anjing, semestinya tidak berkeliaran didalam rumah, ditempatkan dalam kandang atau pekarangan khusus, agar tetap terpelihara, terjaga dan tidak menimbulkan dampak negatif atau membahayakan bagi lingkungan sekitarnya. Adapun jika diambil manfaatnya sebagai binatang pemburu atau sebagai penjaga untuk keamanan semestinya memperoleh didikan (terlatih) untuk kepentingan tuannya (pemiliknya).

3.    Bagi setiap pemeliharaan anjing yang tidak terpelihara, terjaga dan berkeliaran yang dapat menimbulkan dampak negatif dan membahayakan seperti mengganggu ketertiban umum dengan rasa kekhawatiran, ketakutan dan akibat gigitan serta bisa berakibat fatal yaitu penyakit rabies, maka perlu penanganan khusus oleh pihak berwenang, kecuali anjing liar tanpa diketahui kepemilikannya sebaiknya dibunuh sehingga populasi anjing terbatas pada yang diperlukan saja yang ditangani langsung oleh pihak berwenang sesuai prosedur yang berlaku.

4.    Dalam konteks wilayah Kabupaten Garut yang berkaitan dengan pemeliharaan anjing dan penanganan anjing liar diatur oleh peraturan atau ketentuan yang berlaku oleh Pemerintahan Kabupaten Garut.

5.    Surat Keputusan ini disampaikan  kepada pihak pihak yang terkait untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

6.    Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan dirubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di  : G a r u t
                                                          Tanggal         :18  Shafar  1426 H
                                                                              29   Maret  2005 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KABUPATEN GARUT

Ketua Komisi,




KH. AAM RIDWAN, Lc
Sekretaris Komisi,




Drs. H. SASA SUNARSA, M.Ag


FATWA MUI TENTANG MEMELIHARA ANJING BAGI UMAT MUSLIM  FATWA MUI TENTANG MEMELIHARA ANJING BAGI UMAT MUSLIM Reviewed by kangmaruf on 11:12 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.