BREEDING SOUNDNESS EXAMINATION
LEARNING OBJECTIVE
1.
STANDAR “BREEDING SOUNDNESS EXAMINATION”
2.
TINGKAH LAKU KAWIN HEWAN JANTAN
3.
PERISTIWA YANG TERJADI PADA BULL (EKSTRINSIK &
INSTRINSIK)
STANDAR “BREEDING SOUNDNESS
EXAMINATION”
Breeding Soundness Examination (BSE) adalah
pemeriksaan kemampuan dari bull untuk memproduksi sperma. Breeding
Soundness Examination (BSE) dilakukan oleh dokter hewan dan
pemeriksaan harus dilakukan paling lambat 30-60 hari sebelum musim perkawinan.
Pemeriksaan Breeding Soundness Examination (BSE) dibagi
menjadi 3 yaitu:
1.
Diameter Scrotum
2.
Evaluasi fisik
3.
Evaluasi semen
Diameter scrotum
Ukuran diameter testis merupakan
pelengkap dari pemeriksaan BSE. Diameter dari testis berhubungan langsung
jumlah sperma yang dihasilkan oleh pejantan. Setiap gram testis dapat
memproduksi 15 juta sperma/hari. Total produksi sperma paling sedikit 6 milyar perhari.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa besarnya ukuran testis sapi
jantan merupakan faktor keturunan.
Table 1: Minimum Recommended Scrotal Circumference in Centimeters by
Age for Bullsa.
Umur (Bulan)
Keliling Skrotum (cm)
15
30
>15 18
31
>18 21
32
>21
24
33
>24
34
(Adapted from the Breeding Soundness
Evaluation Form, Society for Theriogenology, Hastings, NE).
Evaluasi fisik
Evaluasi fisik meliputi penampilan keseluruhan dari bull tersebut. Pemeriksaan
dilakukan secara internal dan eksternal.
Internal, pemeriksaan transrektal
digunakan untuk mengevaluasi kesehatan organ atau saluran reproduksi sekunder
sapi pejantan yang meliputi uretra, prostat, vesikula seminalis, ampulla dan
vas deferen. Abnormalitas biasanya terjadi inflamasi pada vesikula seminalis,
kondisi tersebut dapat menyebabkan hewan pejantan menjadi infertil.
Eksternal, evaluasi bentuk scrotum
adalah bagian terpenting dalam pemeriksaan eksternal. Idealnya, sapi jantan
harus cukup gemuk, yang mempunyai BCS 6 merupakan standar untuk tubuh sapi
sebelum dilakukan proses perkawinan. Produksi sperma hanya terjadi ketika suhu
agak lebih rendah dari tubuh. Bentuk scrotum dapat mempengaruhi produksi
sperma. Sebagai contoh sapi jantan yang mempunyai bentuk scrotum dan testis
menempel atau melekat pada tubuh memiliki masalah dengan pengaturan suhu
sehingga dapat menyebabkan subfertil. Sebagai alternative, sapi jantan dengan scotum
yang terlalu menggantung dapat menyebabkan subfertil yang lebih besar karena
kecenderungan mengayun dan rusak.
Palpasi testis dan epididimis dan
pemeriksaan penis dapat mendeteksi abnormalitas yang dapat mempengaruhi
performan dari perkawinan. Pemeriksaan kesehatan secara lengkap dari fisik atau
kondisi hewan. Sapi jantan harus mempunyai bentuk yang baik dan penglihatan
yang baik. Sapi sapi tersebut harus mampu berjalan dengan jarak yang panjang,
kepincangan, radang sendi (arthritis), tapak kaki abses dan penyakit pada
telapak kaki tidak hanya mempengaruhi kemampuan kawin tetapi juga mempengaruhi
produksi sperma apabila sapi jantan menghabiskan waktu dengan berbaring.
Abnormalitas pada sapi tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan produksi semen.
Evaluasi semen
Motilitas semen, parameter standar untuk
motilitas sperma tidak lebih dari 30%. Motilitas dari sperma tidak seharusnya
digunakan sebagai ukuran kesuburan dari pejantan tersebut, hal ini dikarenakan
faktor dari suhu, waktu, konsentrasi, kontaminasi dan metode evaluasi dapat
mempengaruhi nilai motilitas semen.
Morpologi semen, morpologi normal sperma
adalah 70%. Abnormalitas dari semen dibagi menjadi 2 yaitu faktor utama dan
faktor sekunder, tergantung seperti apakah cacat yang terjadi didalam testis
atau setelah sperma meninggalkan testis.
Abnormalitas dapat terjadi dari berbagai
faktor seperti keturunan, kondisi yang stress, infeksi, meningkatnya suhu
testis atau juga faktor lain. Abnormalitas yang terjadi dapat bersifat
sementara ataupun permanen, maka sapi pejantan harus diuji lagi 6 sampai 8
minggu kemudian (www.vet-klinik.com).
Pemeriksaan Fisik
Kondisi tubuh sapi jantan harus bagus
saat BSE karena sapi jantan akan kehilangan kondisi baik berat badan maupun
staminanya selama musim kawin. Sistem lokomosi sapi jantan harus baik supaya
dapat mendekati sapi betina dan mengawini sapi itu. Sistem penglihatan sapi
jantan juga harus baik karena sapi jantan mengidentifikasi sapi betina estrus
dengan matanya dan bukan dengan penciumannya. Jadi kalau matanya sakit, ia tak
akan dapat mengetahui sapi yang estrus
Keadaan gigi sapi juga harus dicek
karena sapi jantan perlu makan untuk tetap kuat selama musim kawin. Ada dua
metode untuk mengetahui libido sapi jantan, yang pertama adalah dengan 'one
bull method'. Metode ini membutuhkan satu sapi muda yang belum beranak yang
direstrain. Sapi jantan diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk melakukan
mounting paling tidak sekali. Kalau sapi jantan tidak melakukan mounting
dikatakan gagal dan harus mencoba lagi.Yang kedua adalah dengan 'multiple bull
method' yang menggunakan 4 sapi muda yang belum beranak di dalam suatu daerah
yang telah digarisi dengan 5 sapi jantan. Setiap sapi jantan harus mengawini
setidaknya 3 kali dalam 40 menit.
Pemeriksaan penis. Ketika sapi jantan
berejakulasi, pastikan sapi jantan mampu utnuk mengeluarkan penisnya. Phimosis
adalah keadaan dimana sapi jantan tidak bisa mengeluarkan penisnya dan
paramphimosis adalah keadaan dimana sapi jantan tidak bisa menarik penisnya
masuk. Panjang penis yang dibutuhkan adalah penis harus mencapai hampir
diantara kaki depan. Sapi jantan yang yang memiliki penis yang kecil tidak baik
untuk pengawinan. Fibropapiloma pada penis sapi jantan mengakibatkan hemorrhage
selama kawin dan mengakibatkan infertility
Pemeriksaan testis, bentuk skrotum
penting untuk termoregulasi dari testis. Testis harus dilihat konsistensi dan
ukurannya. Skrotum harus memiliki ’tangkai’. Testes harus bebas bergerak dalam
skrotum dan testes seharusnya simetris. Testes dapat berotasi hingga 40 derajat
dan ligamen scrotal dapat menyebabkan testes bisa ditarik dorsal dan caudal.
Ukuran testes berkorelasi dengan produksi sperma sapi jantan dan usia pubertas
anak sapi.
Penting juga untuk melakukan pemeriksaan
epididimis untuk memastikan ada tidaknya epididimis dan epididimis tersebut
tidak abnormal. Sapi jantan dengan testes kecil akan menghasilkan sperma yang
lebih sedikit, pubertas yang lebih lambat untuk keturunannya, serta degenerasi
estes yang lebih cepat. Keliling testes diukur dari bagian terlebar dari
skrotum (www.vetmes.lsu.edu).
TINGKAH LAKU KAWIN HEWAN JANTAN
Peristiwa dalam tingkah laku hewan
secara berurutan adalah keinginan seksual, percumbuan, ereksi, menaiki betina,
intromisi ( insersi penis), ejakulasi, dan turun dari punggung betina. Peristiwa
ini hanya berlangsung secara singkat pada domba dan sapi. Pada kuda dan babi,
lama percumbuan dan kopulasi diperpanjang, dengan kopulasi sendiri kira-kira
10-20 menit pada babi.
Dalam pola percumbuan dari spesies
terdapat beberapa perbedaan dan persamaan. Vokalisasi terjadi pada kebanyakan
spesies, berupa lenguhan (bellowing) pada sapi, ringkikan (neighing) pada kuda,
atau dengkur (grunt) pada babi dan domba. Membau (sniffing) genital betina dan
urinasi terlihat pula. Pada sapi, domba dan kuda jantan akan menegakkan
lehernya dan mencibirkan bibir atasnya. Berbagai rangsangan taktil termasuk
menjilat-jilat dan menggigit merupakan bagian dari pola percumbuan pada
kebanyakan pejantan. Seain itu, hewan jantan akan mencoba melindungi betinanya,
memisahkannya dari jantan dan betina lain. Dengan demikian, jantan yang dominan
mencegah kopulasi jantan yang kurang dominan.
Regulasi Tingkah Laku Kawin
Pengaruh hormon testosteron akan
meningkatkan aktivitas seksual sampai suatu ambang tertentu. Testosteron juga
berinteraksi dengan faktor lain dalam memperoleh respon penuh.
Interaksi seksual dan sosial. Pengalaman
sosial perkembangan sebelum mencapai pubertas merupakan hal-hal yang penting
untuk memperoleh aktivitas seksual yang penuh. Jantan-jantan yang dipelihara
dalam isolasi yang sempurna tidak pernah berkembang tingkat aktivitas
seksualnya setinggi jantan-jantan yang dipelihara dalm kelompok sosial.
Indera tertentu sangat penting untuk
respon kawin jantan. Indera pembau, peraba, dan penglihat mungkin paling
penting, seperti pada betina. Feromon yang ditemukan dalam urin betina
merupakan rangsangan terhadap hewan jantan. Ereksi dan ejakulasi serta
perawatan libido, kelelahan seksual, dan kejenuhan seksual (anonim.,
2003/2004).
PERISTIWA YANG TERJADI PADA BULL (EKSTRINSIK & INSTRINSIK)
Dari hasil pemeriksaan semen pada bull
skenario, semen menunjukkan gerakan massa (+), motilitasnya 60%, dan
konsentrasi spermatozoanya < 1 juta/ml. jika dibandingkan dengan referensi
sumber-sumber data:
Peringkat gerakan massa :
·
0 = tidak ada gerakan
·
+ = gerakan lambat
·
++ = gerakan cepat, pusaran pada ujung
·
+++ = gerakan berpusar
Motilitas sperma yang bagus adalah 60%
jika dalam kondisi optimal dan jika tidak sedang dalam kondisi optimal
motilitas > 30% sudah cukup.
Konsentrasi spermatozoa pada sapi yang
baik adalah 1200 juta/ml, sehingga dari data tersebut, bull memiliki
konsentrasi spermatozoa yang kurang, gerakan massa lambat, tetapi memiliki
motilitas yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2003/2004. Diktat Fisiologi Reproduksi Ternak I. Bag.
Reproduksi & Kebidanan. FKH. UGM. Yogyakarta.
Mark F. Spire, 2008. Food Animal Health and Management Center.
Kansas State University.
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/theriogenology-5361/bull.htm
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/Theriogenology-5361/stallion.htm
http://www.vet-klinik.com/
Diposkan oleh Adrin Ma'ruf di 09.
Pemeriksaan Breeding Soundness Examination (BSE) dibagi menjadi 3 yaitu:
Table 1: Minimum Recommended Scrotal Circumference in Centimeters by Age for Bullsa.
>15 18 31
>18 21 32
>21 24 33
>24 34
Evaluasi fisik meliputi penampilan keseluruhan dari bull tersebut. Pemeriksaan dilakukan secara internal dan eksternal.
Evaluasi semen
Pemeriksaan Fisik
TINGKAH LAKU KAWIN HEWAN JANTAN
Regulasi Tingkah Laku Kawin
PERISTIWA YANG TERJADI PADA BULL (EKSTRINSIK & INSTRINSIK)
Peringkat gerakan massa :
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2003/2004. Diktat Fisiologi Reproduksi Ternak I. Bag. Reproduksi & Kebidanan. FKH. UGM. Yogyakarta.
Mark F. Spire, 2008. Food Animal Health and Management Center. Kansas State University.
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/theriogenology-5361/bull.htm
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/Theriogenology-5361/stallion.htm
http://www.vet-klinik.com/
BREEDING SOUNDNESS EXAMINATION
Reviewed by kangmaruf
on
1:07 AM
Rating:
No comments: