Macam-Macam Penyakit Kulit pada Anjing dan Penjelasannya
Kulit
Kulit atau dalam bahasa ilmiahnya integumentum communae merupakan organ terbesar dan terpenting dalam tubuh yang menutupi otot- otot dan organ–organ interna. Kulit beratnya dapat mencapai 24% dari berat tubuh anak anjing dan mencapai 12–15% berat badan anjing dewasa. Kulit mencerminkan status kesehatan individu.
Fungsi kulit adalah:
- Memberikan proteksi terhadap lingkungan baik secara mekanis, kimia, penguapan air, radiasi, lingkungan yang hipertonik maupun hipotonik, dan bahan–bahan biologis lainnya.
- Mengatur suhu tubuh (termoregulator) karena pada kulit terdapat rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh darah yang dapat membantu mengatur suhu tubuh.
- Indera perasa
- Organ ekskresi dan sekresi
- Tempat pembentukan vitamin D dan deposit lemak (subkutis)
Struktur Kulit Anjing
(Sumber: Wardhani and Franscisca, 2012)
|
Kulit terdiri dari tiga lapis, yaitu:
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit yang selalu tumbuh dan berganti. Regenerasi sel–sel kulit akan terus terjadi akibat pengikisan sel–sel luar dan akan diganti sel–sel lain yang matang dan bergerak ke atas untuk menggantikan sel yang rusak tersebut.
Epidermis bervariasi dalam ketebalan. Epidermis mengalami proses keratinisasi (kornifikasi) dan dapat berdiferensiasi menjadi foot pads, teracak, dan lain–lain.
Di daerah yang lebih terbuka, seperti kepala dan punggung, epidermis lebih tebal dibandingkan dengan daerah seperti ketiak dan perut.
2. Dermis
Dermis terletak di profundal epidermis, mengambil posisi terbesar dari integument, dan menjadi pembentuk struktur kulit serta menjadi kekuatan kulit. Dermis terdiri dari dua lapisan utama, yaitu:
- Lapisan papilaris. Lapisan papilaris ini tipis dan berbatasan dengan epidermis serta membentuk dermal papillae.
- Lapisan retikularis. Lapisan retikularis ini tebal dibandingkan dengan lapisan papilaris.
Selain itu, terdapat juga unsur–unsur lain seperti pembuluh darah, limfe, dan saraf. Terdapat pula folikel rambut yang memproduksi rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebaceous, musculus arrector pilli (fungsinya untuk mengosongkan kelenjar sebaceous dan dalam termoregulasi), dan unsur-unsur pada lapisan ini diinervasi oleh Ramus communicans dari Nervus Simpatis. Folikel rambut dan kelenjar sebaceous lebih umum terdapat di bagian belakang dari perut.
3. Hypodermis (Subcutaneus)
Lapisan tebal di profundal dermis dan berisi jaringan lemak, pembuluh darah, dan limfe. Di hypodermis ini terdapat Corpusculus Pacini (tekanan keras) dan Corpusculus Meissner (tekanan ringan).
Hypodermis disusun oleh jaringan ikat sehingga tidak terjadi perlekatan dengan jaringan profundalnya sehingga kulit dapat bergerak bebas.
Pada kulit terdapat rambut yang juga berfungsi melindungi tubuh dari lingkungan luar. Rambut yang tumbuh di kulit memiliki tiga struktur yaitu, scapus pilli, radix pilli, dan bulbus pilli.
Sedangkan bagian–bagian rambut adalah kutikula (bagian terluar dan tipis), korteks (profundal kutikula dan mengandung sedikit pigmen), dan medulla (bagian paling dalam yang mengandung pigmen dan ruang-ruang udara). Kombinasi antara pigmen pada korteks dan medulla mempengaruhi warna rambut.
Tipe rambut anjing dewasa adalah tipe rambut kompleks. Rambut keluar dari scale–like fold surface. Terdapat dua jenis rambut dalam mantelnya yaitu, rambut primer dan sekunder. Rambut primer juga disebut penjaga rambut, rambut luar, guard hair atau mantel luar yang merupakan rambut panjang yang kaku dan berada di bagian luar.
Rambut sekunder adalah rambut halus yang lebih pendek, rambut sekunder disebut juga dengan underfur dan berada di lapisan bawah. Rambut primer memiliki diameter yang lebih besar sedangkan, rambut sekunder memiliki diameter yang lebih kecil dan halus seperti wol.
Rasio perbandingan antara rambut primer dan sekunder tergantung dari usia anjing tersebut. Untuk anak anjing yang baru lahir rambut primernya sedikit sehingga rambut anak anjing sangat lembut. Seiring dengan perkembangan anak anjing mencapai usia enam bulan biasanya rambut primer akan tumbuh lebih banyak sehingga rambut menjadi agak lebih kasar .
Faktor yang mempengarui pertumbuhan rambut yaitu, folikel rambut. Setiap batang rambut yang mati akan digantikan oleh batang rambut yang baru. Kecepatan dan kesuburan pertumbuhan rambut dipengaruhi oleh usia anjing, jumlah sinar matahari, temperatur lingkungan, jenis kelamin, hormon, nutrisi, alergi, penyakit kulit, dan lain–lain.
Rambut anjing tidak tumbuh terus–menerus, tetapi memiliki siklus pertumbuhan. Anagen adalah fase pertama dimana rambut diproduksi. Rambut baru tumbuh di sepanjang sisi rambut yang sama yang kemudian hilang.
Catagen adalah tahap peralihan dalam siklus dan telogen adalah fase istirahat folikel dimana pada dasarnya aktif. Pertumbuhan rambut di folikel rambut tidak semua dalam fase yang sama, melainkan bervariasi.
Selain rambut, pada kulit juga terdapat kelenjar kulit. Kelenjar kulit terdiri dari kelenjar keringat (sweat gland) dan kelenjar minyak (sebaceous gland). Kelenjar keringat terdiri dari eccrine sweat gland dan apocrine sweat gland.
Eccrine sweat gland merupakan kelenjar keringat yang bermuara langsung ke permukaan kulit, pada anjing hanya terdapat di foot pads dan tidak ada pada kulit tubuh. Sedangkan, apocrine sweat gland berhubungan dengan folikel rambut (kulit tubuh hanya memiliki kelenjar keringat ini).
Sebaceous gland berfungsi meminyaki rambut dan kulit serta sebagai antimikrobial. Bentuk khusus dari sebaceous gland adalah tarsal gland yang sering disebut Meibonian gland.
Sebaceous gland dan apocrine gland bergabung di bagian ekor dan anal. Sekresi tail gland berhubungan dengan hormon selama pubertas dan estrus. Sedangkan perianal gland (anal sac) berhubungan dengan marking territory dan attracting a mate.
Gangguan Kulit
Gangguan kulit yang umum dialami oleh hewan khususnya anjing dapat dibedakan menjadi lima berdasarkan penyebabnya, yaitu :
Gangguan Kulit Akibat Faktor Infeksi
a. Bakteri
1. Pyoderma
Pyoderma memiliki arti kata adanya pus (nanah) dalam kulit. Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, inflamasi atau kanker dan umum terjadi pada anjing.
Pyoderma |
Pyoderma umumnya terjadi akibat infeksi bakteri. Infeksi yang paling banyak terjadi umumnya di lapisan superfisial kulit dan dapat terjadi akibat reaksi sekunder dari penyakit lain seperti alergi dan parasit.
Kulit yang hangat, daerah yang lembab seperti lipatan bibir, lipatan wajah, dan lipatan kulit di leher biasanya terdapat bakteri yang lebih banyak dibanding daerah lain sehingga menambah faktor risiko terjadinya pyoderma.
Titik-titik yang sering mendapat tekanan dari luar seperti siku juga sering mengalami pyoderma. Selain itu, pengaruh lingkungan dan kelembaban udara juga dapat menyebabkan meningkatnya kasus pyoderma akibat pertumbuhan bakteri yang lebih cepat.
Tanda paling umum pyoderma adalah adanya scale, alopesia, dan kulit kemerahan. Apabila terjadi deep pyoderma, anjing akan mensekresikan nanah dan darah, sekresi bau, kulit kemerahan, ulserasi, dan pembengkakan.
Daerah moncong mulut, siku, kaki, dan interdigital lebih rentan mengalami deep pyoderma. Diagnosa didasarkan pada gejala yang terlihat dan dengan mengidentifikasi penyebab pyoderma seperti bakteri, kutu, alergi, hipotiroidisme, dan pemeliharaan yang buruk.
Pyoderma terbagi menjadi:
- Pyoderma Superfisial
- Chin Pyoderma
- Nasal Pyoderma
- Deep Pyoderma
2. Impetigo
Impetigo adalah infeksi bakteri pada kulit superfisial yang tidak berambut, kemungkinan terkait dengan predisposisi penyakit atau faktor lain, seperti endoparasit, ektoparasit, gizi buruk atau lingkungan yang kotor.
Impetigo |
Impetigo pada daerah inguinal |
Impetigo sering terlihat pada anjing muda sebelum pubertas. Impetigo ditandai dengan pustula nonfolikular, papula, dan erosi yang terbatas pada inguinal dan kulit daerah axilla. Lesi tidak menyakitkan dan adanya pruritus.
Diagnosa dengan melihat signalment, anamnesa, temuan klinis, dan pemeriksaan sitologi.
3. Bacterial Pododermatitis
Bacterial pododermatitis adalah infeksi dalam oleh bakteri pada kaki yang merupakan akibat sekunder dari beberapa faktor lain seperti, parasit, jamur, endokrinopati, reaksi hipersentivitas, trauma, dan reaksi autoimun. Bacterial pododermatitis sering terjadi pada anjing.
Pododermatitis |
Gejala yang terlihat pada satu atau lebih kaki yaitu, erithema interdigital, pustula, papula, nodul, bulla hemoragik, fistula, ulkus, alopesia, dan pembengkakan.
Pruritus, nyeri atau kepincangan dapat terjadi pada kasus ini. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan sitologi.
4. Pyotraumatic Dermatitis
Pyotraumatic dermatitis bersifat akut dan infeksi bakteri ini berkembang cepat pada permukaan kulit, yang terjadi secara sekunder dikarenakan trauma yang dilakukan sendiri secara sengaja.
Lesi terjadi akibat hewan menjilat, mengunyah atau menggosok tubuhnya sendiri sebagai respon terhadap stimulus pruritus atau nyeri. Kasus ini sering terjadi ketika cuaca panas dan lembab.
Pyotraumatic dermatitis umum terjadi pada anjing, terutama yang berambut panjang dan tebal.
Pyotraumatic dermatitis memperlihatkan gejala pruritus akut, erithema, dan alopesia yang luas. Lesi biasanya tunggal, sering terjadi pada dasar ekor, paha lateral, leher, dan wajah. Diagnosa dilakukan dengan melihat anamnesa, temuan klinis, dan pemeriksaan sitologi.
Pyotraumatic dermatitis |
b. Jamur
1. Ringworm
Ringworm atau dermathophytosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk infeksi jamur di lapisan epidermis, rambut, dan kuku. Infeksi jamur pada anjing disebabkan oleh Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trichophyton mentagrophytes. Ringworm merupakan infeksi batang rambut dan stratum korneum oleh jamur keratinofilik (keratophyilic).
Ringworm akibat infeksi Microsporum canis terjadi 65% di anjing. Kasus ringworm ini tertinggi terjadi pada anak anjing, anak kucing, kucing berambut panjang, dan hewan dengan gangguan sistem imun (immunocomprimised animals).
Kulit yang terinfeksi dapat bersifat lokal, multifokal ataupun general. Lesi berbentuk sirkuler, irregular atau dapat berupa alopesia difusa dengan scale yang bervariasi. Pruritus dapat bersifat minimal sampai sedang tapi sering terjadi secara intens.
ringworm pada daerah kepala |
Ringworm pada daerah kaki |
Rambut akan terlihat jarang dan patah–patah. Simptom lainnya yaitu, erithema, papula, scale, seborrhea, dan paronychia atau onychodystrophy pada satu digit atau lebih.
Manifestasi kutan lainnya pada anjing ditemukan follikulitis fasial dan furunkulosis, mirip dengan nasal pyoderma, kerions (dapat berkembang akut, alopesia, dan nodul eksudatif) pada kaki atau wajah serta nodul pada paha.
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dari hewan penderita maupun lingkungan yang mengandung spora. Spora fungi dapat bertahan hingga beberapa bulan di lingkungan luar.
Inkubasi dari terpaparnya jamur hingga menimbulkan lesi mulai dari tujuh sampai dengan 13 hari. Ringworm yang bersifat general pada anjing jarang terjadi kecuali pada kondisi imunodefisiensi seperti karena penyakit hormonal maupun terapi yang bersifat imunosupresif.
Pada tahap lebih lanjut lesi ini dapat berkolaborasi dengan bakteri dan akhirnya menimbulkan infeksi sekunder.
2. Mallasseziasis Dermatitis
Malassezia pachydermatis adalah yeast yang umum ditemukan dalam jumlah sedikit di kanal eksternal telinga, daerah perioral, daerah perianal, dan kulit yang lembab.
Penyakit kulit ini terjadi pada anjing ketika terjadi reaksi hipersensitivitas atau ketika kutaneus tumbuh lebih cepat. Pada anjing, Mallasseziasis dermatitis umumnya terjadi bersaman dengan atopi, alergi makanan, endokrinopati, dan gangguan keratinisasi.
Mallassezia dermatitis |
Pada anjing terlihat gejala berupa pruritus sedang yang intens, alopesia regional sampai umum, erithema, dan seborrhea. Apabila bersifat kronis, kulit mengalami hiperpigmentasi dan hiperkeratosis serta bau badan yang tidak sedap.
Lesi umumnya terjadi pada interdigital, leher bagian ventral, axilla, dan daerah perineum sampai di lipatan kaki. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan sitologi, dermatohistopatologi, dan kultur jamur (M. pachydermatis).
3. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi oportunistik kulit yang diakibatkan oleh pertumbuhan dari Candida spp. yang merupakan jamur dimorfik yang merupakan flora normal.
Candidiasis pada kaki anjing |
Candidiasis jarang dialami anjing dan kucing. Kulit akan mengalami infeksi ini karena banyak faktor seperti trauma kronis pada kulit, penyakit imunosupresif atau penggunaan obat sitotoksik atau antibiotik broad spectrum jangka panjang.
Mukosa akan terkikis, mengalami ulserasi dangkal dengan plak keabuan dengan tepi mengalami erithema.
Kulit yang terinfeksi jamur ini akan erithema, lembab, kulit terkikis, adanya eksudat, kulit kering, dan lesi pada kuku. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksan sitologi, dermatohistopatologi, dan kultur jamur (Candida spp.).
c. Virus
1. Canine Distemper
Canine distemper disebabkan oleh Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae yang memiliki hubungan dengan virus campak dan virus rinderpest yang sering disebut dengan Canine Distemper Virus (CDV).
Penyakit ini sering terjadi pada anjing, kasus terbanyak pada anjing muda dan anak anjing yang tidak divaksinasi. Anjing yang terinfeksi dari ringan hingga berat akan menunjukkan gejala berupa leleran nasal dan hiperkeratosis digital (hardpad disease).
Hardpad disease pada kasus Canine Distemper |
Bagian yang ditunjukan tanda panah mengalami pengerasan (hardpad disease) |
Simptom umum lainnya yaitu, adanya pustular dermatitis, impetigo, depresi, anoreksia,demam, leleran bilateral serous sampai mukopurulen pada okulonasal, konjungtivitis, batuk, dyspnaea, diare, dan tanda–tanda neurologis.
Diagnosa dilakukan denganimmunositologi atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan sampel yang diambil berupa darah, leleran hidung atau mata, air liur, kerokan konjungtiva, cairan serebrospinal (CSFJ untuk deteksi antigen distemper), dermatohistopatologi (footpads), dan imunohistokimia dengan mendeteksi antigen distemper.
2. Canine Papilloma
Canine papilloma merupakan tumor jinak yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel epitel oleh DNA spesifik papillomavirus DNA.
Canine papiloma |
Onkogen virus menginduksi pertumbuhan sel epitel inang dan division sehingga menyebabkan ketidakstabilan kromosom dan mutasi.
Virus papilloma menular dengan kontak langsung dan tidak langsung, dengan masa inkubasi satu sampai dua bulan.
Papilloma canine dapat bertahan hingga empat sampai enam bulan di mulut dan enam sampai 12 bulan pada kulit sebelum regresi terjadi. Imunitas seluler adalah kunci utama papilloma dapat berkembang. Kondisi yang imunosupresif dan pemakaian obat imunosupresif dapat memperburuk dan memperpanjang infeksi.
Terdapat lima jenis virus papilloma pada anjing dan masing-masing memiliki presentasi klinis yang berbeda, yaitu:
a) Canine Papillomatosis Oral
Canine papilomatosis oral |
b) Canine Cutaneous (Eksofitik)
canine papiloma (cutaneus) |
c) Multiple Pigmented Plaques
Multiple pigmented plaque |
d) Papilloma Genital Canine
e) Canine Footpad Papilloma
Canine footpad papiloma |
Diagnosa dilakukan dengan dermatohistopatologi pada hiperplasia epidermal dan papillomatosis. Antigen papilloma virus dapat dideteksi dengan imunohistokimia atau PCR.
d. Parasit1. Canine Demodicosis
Canine demodicosis dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Canine Demodicosis Local. Suatu infeksi yang terjadi ketika Demodex canis yang merupakan organisme normal pada kulit anjing. Demodikosis terjadi akibat faktor predisposisi seperti endoparasit, gizi buruk, dan terapi obat imunosupresif. Canine demodicosis umum terjadi pada anjing, dengan kejadian yang paling sering terjadi pada anak anjing berusia tiga sampai enam bulan. Canine demodicosis local kadang muncul pada satu sampai lima area dengan gejala berupa, alopesia, erithema, dan hiperpigmentasi. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dan dermatohistopatologi.
Perhatikan mata kanan hewan. wilayah yang gundul merupakan ciri dari local demodekosis |
- Canine Demodicosis General. Infeksi ini merupakan penyakit kulit yang umum terjadi dan memiliki kecenderungan genetik dan dapat disebabkan oleh tiga spesies tungau Demodex yaitu, Demodex canis, Demodex injai, dan Demodex cornei. Demodex canis, merupakan organisme normal pada pilosebaceous anjing (folikel rambut, saluran sebaceous, dan kelenjar sebaceous), yang ditularkan dari induk secara primer ke anak selama dua sampai tiga hari pasca melahirkan. Penularan dari dewasa ke dewasa jarang terjadi. Diagnosa dengan uji mikroskopik dan dermatohistopatologi.Demodicosis general dibedakan menjadi juvenile-onset dan adult-onset. Juvenile onset disebabkan oleh Demodex canis dan Demodex cornei. Biasanya terjadi pada anjing yang berusia 3–18 bulan. Adult onset disebabkan oleh ketiga jenis demodex tersebut dan terjadi pada anjing berusia diatas 18 bulan. Gejala klinis yang terlihat adalah alopesia, hiperpigmentasi, pyoderma profunda, komedo, scale, limfodenopati, dan sellulitis.
Habitat hidup Demodex sp. |
Contoh kasus demodex umum (genera) |
2. Canine Scabies
Canine scabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var canis. Tungau mengeluarkan substansi alergi menimbulkan reaksi hipersensivitas yang menyebabkan pruritus intensif pada anjing.
Anjing yang mengalami scabies |
ilustrasi scabies sp. pada anjing |
Canine scabies umum terjadi pada anjing. Anjing sering terkena penyakit ini saat berada di tempat penampungan hewan, kontak dengan anjing liar atau pada tempat grooming. Lesi yang terlihat papula, alopesia, erithema, dan krusta.
Kulit yang terkena awalnya pada kulit yang tidak berambut, seperti pada siku, pinggir telinga, perut, dan dada bagian ventral. Lesi biasanya tersebar di tubuh, tetapi daerah dorsal bagian belakang jarang terlihat.
Penurunan berat badan sekunder dapat terjadi. Infeksi berat dapat menyebabkan kulit berkerak dan mengalami pengerasan.
Diagnosa dilakukan dengan melihat anamnesa, temuan klinis yang ditemukan dan respon terhadap cara pengobatan scabisidal, pinnal-pedal refleks, pemeriksaan mikroskopik, dan uji serologi.
3. Flea Dermatitis
Flea dermatitis merupakan suatu gangguan kulit yang disebabkan infestasi pinjal. Pinjal berukuran kecil, bersayap dan merupakan serangga penghisap darah. Ctenocephalides felis adalah spesies yang paling umum ditemukan pada anjing dan kucing.
Canine flea dermatitis |
Wilayah yang diserang oleh pinjal (flea) (sumber : lifelearn) |
Infestasi pinjal merupakan penyakit umum pada kulit anjing. Anjing dengan dermatitis akibat pinjal akan menimbulkan pruritus, iritasi kulit ringan, papula, alopesia, apabila berkembang akan menjadi dermatitis pyotraumatic hingga anemia.
Lesi biasanya terlihat di kaudodorsal, daerah lumbosakral, dorsal kepala dan ekor, paha kaudomedial, perut, dan panggul. Diagnosa dilakukan dengan melihat anamnesa, temuan klinis, pengujian alergi, dan dermatohistopatologi.
contoh lesi yang ditimbulkan oleh pinjal pada anjing |
Perhatikan lingkaran. agen parasit (ctenocephalides sp.) |
4. Tick Dermatitis
Tick dermatitis adalah dermatitis atau gangguan kulit yang diakibatkan infestasi caplak. Caplak adalah parasit penghisap darah yang hidup menempel pada hewan dan manusia. Caplak dapat menyebabkan banyak penyakit, termasuk Rock Mountain spotted fever, Q fever, dan Lyme disease.
Caplak melepaskan toksin yang dapat membahayakan daerah tubuh yang menjadi sarangnya. Kulit akan luka akibat gigitan caplak dan menyebabkan infeksi bakteri sekunder. Infestasi caplak yang parah dapat menyebabkan anemia dan kematian.
tick (Caplak) |
Caplak pada telinga anjing |
Selain itu, caplak dapat menyebabkan depresi saraf akibat toksin yang diproduksi pada kelenjar salivanya yang disebut dengan tick paralisis. Paralisis dapat terjadi selama 1-4 hari dimulai dari otot belakang tubuh dan kemudian menyerang pernapasan.
Caplak terdiri dari sekitar 82 spesies dari tujuh famili. Famili Ixodidae (caplak keras) terdiri dari 650 spesies sedangkan famili Argasidae (caplak lunak) terdiri dari sekitar 10 spesies.
Beberapa jenis caplak menginfestasi daerah leher, kepala, bahu, dan daerah pubis. Caplak spesies lain menginfestasi telinga, daerah sekitar anus, dan di bawah ekor atau di daerah hidung.
Gangguan Kulit Akibat Nutrisi
Gangguan kulit akibat nutrisi dapat disebabkan karena kekurangan nutrisi, kelebihan atau ketidakseimbangan nutrisi. Dermatitis dapat menyebabkan kulit menunjukkan respon yang bervariasi seperti reaksi dan luka klinis berupa berkerak, permukaan kulit yang keras, alopesia, komedo, erithema, dan kulit yang kering dengan rambut yang kusam berminyak.
Sulit untuk mengetahui defisiensi nutrisi yang spesifik yang menyebabkan gangguan kulit tertentu. Dari tahun 1980, banyak gangguan kulit yang yang dihubungkan dengan faktor nutrisi namun pemberian nama gangguan tersebut lebih kepada istilah respon yang ditimbulkan dibandingkan dengan istilah defisiensi nutrisi.
a. Defisiensi Lemak
Defisiensi lemak sering dialami oleh anjing yang mengkonsumsi makanan kering, makanan dari pabrik yang disimpan dengan buruk atau makanan buatan sendiri. Defisiensi ini diakibatkan anjing mengkonsumsi dog food yang disimpan dalam jangka waktu lama karena selama penyimpanan, lemak akan hilang.
Defisiensi lemak dapat terjadi walaupun makanan mengandung lemak namun tidak mengandung antioksidan seperti vitamin E yang cukup.
Dog food kaleng memiliki minimal 3% lemak dan dog food kering 7% sampai 8% lemak. Terdapat penurunan pada awal produksi lipid dengan timbulnya scale yang dihasilkan dari kulit dan hilangnya kilau rambut.
Fase kering dapat berlangsung selamsam lemak pada sejumlah spesies menghasilkan keratinisasi abnormal, hiperplasia epidermal,a berbulan-bulan dan dapat terkait dengan rambut rontok dan infeksi bakteri sekunder. Kekurangan a hipergranulosis, dan orthokeratotis atau parakeratosis hiperkeratosis.
Kasus ringan setelah terapi akan kembali normal dalam empat sampai delapan minggu, tetapi kasus yang parah bisa memakan waktu hingga enam bulan.
b. Defisiensi Protein
Defisiensi protein dapat disebabkan karena kelaparan, makanan anjing yang dibuat sendiri atau dog food dengan kandungan protein khusus atau rendah. Berbagai dog food komersial sesungguhnya sudah sangat tinggi protein sehingga, defisiensi protein jarang terjadi. Hewan yang mengalami defisiensi protein menimbulkan hiperkeratosis, hiperpigmentasi epidermal dan hilangnya pigmen rambut.
Alopesia merata dan rambut menjadi lebih tipis, kasar, kering, dan kusam. Rambut mudah patah dan tumbuh perlahan-lahan. Luka pada lapisan kulit dapat muncul secara simetris di kepala, punggung, dada, perut, dan di kaki. Luka lebih menonjol pada anjing yang mendapat asupan protein lebih tinggi.
c. Defisiensi Vitamin1. Vitamin A
Vitamin ini berfungsi untuk nutrisi kulit yang sehat dan sel epitel. Hiperkeratinisasi dari permukaan epitel terjadi apabila mengalami defisiensi vitamin A.
Hiperkeratosis terjadi pada kelenjar sebaceous, alopesia serta lesi kulit dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri dan penyembuhan luka yang terganggu.Vitamin A dapat disimpan dengan baik oleh tubuh sehingga toksisitas menjadi kasus yang lebih besar dari pada defisiensi vitamin A.
2. Vitamin D
Vitamin D diproduksi di kulit dan memiliki dampak yang besar dalam homeostasis kalsium. Kelebihan atau kekurangan alami belum dilaporkan pada hewan. Seborrhea primer adalah gangguan vitamin D dan hiperproliferatif yang sedang diteliti pada anjing.
3. Vitamin E
Vitamin E, selenium, dan asam lemak memiliki hubungan yang seimbang. Defisiensi ini menyebabkan keratinisasi awal, kulit berminyak dan inflamasi.
Selain itu, anjing cenderung mengalami infeksi sekunder berupa pyoderma bakteri. Secara morfologi ditandai dengan hiperplastik dermatitis perivaskular superfisial.
Kekurangan vitamin E menyebabkan disfungsi sel limfosit T pada anjing dan telah dikaitkan sebagai faktor kausal dalam demodikosis pada anjing.
4. Vitamin B
Vitamin B kompleks dianggap sebagai suatu kelompok karena kekurangan vitamin B tunggal sangat langka dan sindrom klinis yang serupa.
Vitamin disintesis oleh bakteri usus karena mereka larut dan tidak dapat disimpan. Tanda paling umum dari kekurangan B kompleks adalah kulit kering seborrhea, alopesia dan anoreksia. Pengobatan efektif terdiri dari asupan ragi, suntikan vitamin B kompleks atau keduanya.
d. Ketidakseimbangan Mineral
Zinc, tembaga, dan kalsium merupakan tiga mineral yang mempengaruhi metabolisme yodium. Apabila terjadi defisiensi salah satu mineral tersebut dapat terlihat gangguan pada kulit.
Defisiensi tembaga akan muncul sebagai persoalan keseimbangan ion jika zinc ditambahkan ke dalam makanan. Tembaga dibutuhkan oleh enzim yang mengkonversi L-tirosin ke melanin dan sel folikel dalam konversi prekeratin ke keratin.
Defisiensi ditandai dengan hipopigmentasi dan gangguan keratinisasi pada kulit dan folikel rambut sehingga rambut menjadi kusam dan kasar. Dog food komersial memiliki kandungan tembaga yang cukup dan suplemen tidak diperlukan. Bull terrier dengan acrodermatitis mematikan, disebabkan akibat defisiensi zinc dan tembaga.
Gangguan Kulit Akibat Lingkungan
a. Fotodermatitis
Radiasi elektromagnetik terdiri dari spektrum berlanjut dengan panjang gelombang bervariasi dari fraksi angstrom hingga ribuan meter. Radiasi Ultraviolet (UV) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik (cahaya) yang mencapai bumi dari matahari.
Radiasi UV dibedakan menjadi tiga yaitu, UVA, UVB, dan UVC. UVA merupakan gelombang terpanjang yaitu, 320-400 nm dapat menembus kulit. UVB merupakan gelombang dengan panjang 290-320 nm yang sering disebut sunburn, sekitar 1000 kali lebih erythemogenik dibandingkan UVA.
UVC dengan panjang gelombang kurang dari 290 nm dapat merusak sel tetapi tidak mencapai permukaan bumi karena lapisan ozon.
Fototoksisitas dan fotosensifitas adalah fokus utama dokter hewan. Fototoksisitas adalah reaksi sunburn klasik dan merupakan respon yang berhubungan dengan paparan cahaya. Fotosensifitas umum terjadi pada hewan ternak, tetapi paling banyak pada anjing.
b. Solar Dermatitis (Dermatitis Akibat Paparan Sinar Matahari)
Solar dermatitis terjadi dari reaksi actinic keratosis (solar keratosis) yang menimbulkan reaksi nyeri pada kulit dengan daerah depigmented.
Kondisi ini disebabkan kulit terkena sinar matahari langsung atau dipantulkan. Keparahan reaksi tergantung pada berbagai faktor yang berhubungan dengan hewan, durasi paparan sinar matahari, dan intensitas sinar matahari.
Patogenesis fototoksisitas tidak sepenuhnya dipahami, tetapi melibatkan epidermis dan pembuluh darah dari pleksus vaskular superfisial. Dermatitis akibat sinar matahari pada anjing dibagi menjadi canine nasal solar dermatitis dan canine solar dermatitis pada tubuh dan ekstremitas.
c. Luka bakar
Luka bakar dangkal dan dalam yang menyakitkan, sering menyebabkan jaringan parut dan merupakan penyebab sepsis.
Manajemen penyembuhan kasus luka bakar panjang dan sulit. Luka bakar dapat disebabkan oleh bahan kimia, arus listrik yang kuat, matahari, dan radiasi yang panas.
Kebanyakan kasus pada hewan kecil disebabkan oleh panas dari kebakaran, air mendidih, bantalan pemanas listrik, pengering rambut hewan, dan logam panas. Luka bakar pada anjing dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, partial thicknes burns dan full thickness burns. Luka bakar parsial mempengaruhi epidermis dan dermis superfisial.
Pada luka bakar keseluruhan kerusakan total dari semua struktur kulit. Tanpa tindakan penyembuhan dengan bedah akan terbentuk jaringan parut yang luas.
Luka bakar dapat menyebabkan infeksi yang menghasilkan discharge purulen dan kadang-kadang bau yang tidak menyenangkan.
Daerah nekrotik yang luas pada kulit dapat mengelupas dan menjadi luka nanah yang dalam. Jika 2% dari tubuh mengalami luka bakar, biasanya terjadi gangguan sistemik, termasuk septisemia, shock, gagal ginjal, dan anemia.
d. Frostbite
Frostbite adalah kondisi umum pada hewan sehat setelah beradaptasi dengan dingin. Frostbite karena kontak yang terlalu lama pada suhu dingin atau kontak dengan benda logam beku. Hewan akan mengalami vasculopathy hingga menyebabkan nekrosis. Semakin rendah suhu, semakin besar risikonya.
Frostbite biasanya mempengaruhi ujung telinga, skrotum dan ujung ekor karena daerah ini tidak ditutupi oleh rambut sehingga pembuluh darah tidak dilindungi dengan baik. Kulit tampak pucat dan hypoesthetik, dingin ketika disentuh.
Frosbite pada kaki anjing |
Kulit akan terlihat erithema, edema, rasa sakit, dan rambut daerah yang terkena bisa berubah putih dan pinggiran pinna dapat menggulung. Dalam kasus parah, kulit menjadi nekrotik. Penyembuhan berlangsung perlahan-lahan.
Gangguan Kulit Akibat Reaksi Alergi dan Hipersensivitas
a. Atopic Dermatitis
Atopic dermatitis adalah kecenderungan alergi terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari (rumput, gulma, dan pohon), tungau, debu, dan alergen lingkungan lainnya.
Hewan menjadi peka terhadap alergen lingkungan dengan memproduksi alergen spesifik IgE, yang mengikat reseptor pada sel mast kulit, alergen yang tereksposur (inhalasi dan penyerapan perkutan) menyebabkan basofil beredar dan menjadi degranulasi sel mast pada jaringan, yang merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1.
Hasilnya berupa pelepasan histamin, heparin, enzim proteolitik, sitokin, kemokin, dan banyak mediator kimia lainnya.
Atopic dermatitis pada kepala anjing |
Gejala klinis yang terlihat adalah pruritus (gatal, menggaruk, menggosok, dan menjilati), dan lesi primer juga dapat terjadi. Daerah yang paling sering terkena yaitu, ruang interdigital, carpal, dan daerah tarsal, moncong, daerah periokular, axilla, dan pinna.
Diagnosa dilakukan dengan berbagai cara seperti pemeriksaan serologi, Intradermal Skin Test (IDST), biopsi kulit, mencari penyebabnya, dan mencocokkan gejala klinis dengan diagnosa mayor dan minor.
Daftar kriteria diagnostik mayor dan minor untuk diagnosis yaitu, mayor dan minor yang setidaknya tiga harus hadir. Kriteria mayor yaitu, pruritus, distribusi khas (wajah, pedal, lichenifikasi pada sendi tarsal, dan carpal), dermatitis kronis, dan breed predisposisi seperti, Golden retriever, Labrador retriever, Boxer, Chinese Shar pei, Cocker spaniel, Cihuahua. Kriteria minor yaitu, konjungtivitis bilateral, erithema wajah, pyoderma bakteri, dan hyperhidrosis.
b. Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis dibedakan menjadi dua yaitu, Iritan Contact Dermatitis (ICD) dan Allergi Contact Dermatitis (ACD). Kedua kontak dermatitis ini sangat jarang terjadi.
Sindrom patofisiologis kedua kontak dermatitis ini berbeda dengan tanda-tanda klinis yang serupa. Iritan Contact Dermatitis merupakan hasil dari kerusakan langsung keratinosit oleh paparan senyawa tertentu, keratinosit rusak menginduksi respon inflamasi kulit.
Allergi Contact Dermatitis merupakan dermatitis klasik yang dianggap sebagai tipe IV (hipersensitivitas tertunda) dan merupakan reaksi imunologi, sel Langerhan's berinteraksi dengan antigen yang menembus kulit, menyebabkan aktivasi limfosit T dan pelepasan sitokin .
Skema proses alergic contact dermatitis |
Iritan Contact Dermatitis terjadi pada usia berapa pun sebagai akibat langsung dari sifat iritan dari senyawa yang kontak. Kondisi akut dapat terjadi setelah terjadi paparan yang pertama, dalam waktu 24 jam.
Allergi Contact Dermatitis sangat jarang terjadi pada hewan muda. Sebagian besar terjadi pada hewan yang terpapar terhadap antigen dalam jangka waktu yang lama (bulan hingga tahun). Prognosisnya baik jika alergen dapat diidentifikasi.
Gejala klinis yang terlihat terbatas pada kulit gundul dan daerah yang sering kontak dengan tanah (dagu, leher ventral, sternum, ventral perut, inguinum, perineum, skrotum, ventral ekor, dandaerah interdigital), erithema awal dan pembengkakan yang menyebabkan papula dan plak, dan paparan kronis menyebabkan hiperpigmentasi.
Reaksi terhadap obat topikal biasanya terlokalisasi, pruritus dapat terjadi sedang sampai parah.
Kontak dermatitis dilaporkan terjadi jika terpapar atau kontak dengan tanaman, mulsa, chip cedar, kain, karpet, plastik, karet, kulit, nikel, kobalt, beton, sabun, deterjen, lilin, sampah, pengharum, herbisida, pupuk, dan lain–lain.
Diagnosa dapat dilakukan dengan pengujian biopsi kulit, tes diagnostik terbaik dengan menghilangkan kontak iritan diikuti dengan pengujian paparan provokatif dan intraepidermal.
b. Alergi terhadap Makanan
Alergi terhadap konsumsi satu atau lebih zat dalam makanan oleh hewan, intoleransi makanan yang melibatkan reaksi metabolik. Gejala umumyang terlihat adalah pruritus pada beberapa lokasi tubuh, muntah, diare, gejala saraf sangat jarang terjadi namun jika terjadi terlihat gejala berupa kejang.
Gejala klinis pada kulit yaitu, Malassezia dermatitis, pyoderma, dan otitis eksterna, plak, pustul, erithema, scale, lichenifikasi, hiperpigmentasi, urtikaria, angioederma, dan dermatitis pyotraumatic. Diagnosa dilakukan dengan tes terhadap alergi makanan tersebut.
Gangguan Kulit Akibat Gangguan Endokrin dan Metabolisme
a. Canine Hyperadrenocorticism
Spontaneous Hyperadrenocorticism (HAC) adalah gangguan yang disebabkan oleh produksi kortisol berlebih. Canine Hyperadrenocorticism memiliki dua bentuk yaitu, Adrenal Dependent Hipofisis (ADH) dan Pituitary Dependent Hipofisis (PDH).
Iatrogenik HAC merupakan hasil dari produksi glukokortikoid eksogen berlebih. Dalam semua bentuk produksi berlebih tersebut, tanda-tanda klinis merupakan efek negatif dari peningkatan peredaran konsentrasi kortisol pada beberapa sistem organ.
Terjadi poliuria dan polidipsia pada 85-95% kasus ini yang diakibatkan glukokortikoid mengganggu produksi hormon antidiuretik (ADH) sehingga terjadi poliuria dengan polidipsia.
kelenjar adrenal dan hipofise anterior-posterior |
Hyperadrenokortikortisme pada tubuh anjing |
Terjadi poliphagia yang merupakan efek stimulasi langsung pada nafsu makan, hepatomegali akibat akumulasi glikogen dan rambut. Atropi kulit, phlebectasia, demodikosis, penyembuhan luka yang buruk, komedo, calcinosis cutis, pyoderma, hiperpigmentasi, dan gejala lainnya akan terlihat.
Diagnosa dilakukan dengan hemogram, kimia serum, urinalisis, rasio Urine Cortisol Creatinin (UCC), radiografi abdomen, radiografi rongga thoraks, ultrasonografi, Computed Tomography (CT), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
b. Hypothyroidism Alopecia
Hypothyroidism alopecia merupakan penurunan produksi hormon tiroid (tetraiodothyronine-T4; triiodothyronine-T3) oleh kelenjar tiroid.
Alopecia pada kasus hypothyroidisme |
Hormon tiroid yang tidak seimbang mempengaruhi banyak proses metabolisme dan hampir semua sistem organ. Gangguan kulit yang paling sering terlihat yaitu, pertumbuhan rambut yang lambat, hiperkeratosis, dan folikulitis bakteri.
c. Noninflammatory Alopecia
Gangguan yang jarang terjadi akibat pertumbuhan rambut yang abnormal. Gangguan ini memperlihatkan gejala yang mirip dengan alopesia, namun hanya terjadi di bagian kepala dan ekstremitas distal.
Kasus ini terjadi juga akibat gabungan gangguan endokrin dan nonendokrin. Penyebab nonendokrin yaitu, alopesia dan displasia folikular sedangkan, penyebab endokrin meliputi hipotiroidisme, hyperadrenocorticism, kastrasi-alopesia responsif, ketidakseimbangan hormon seks, dan alopesia X.
Macam-Macam Penyakit Kulit pada Anjing dan Penjelasannya
Reviewed by kangmaruf
on
11:01 PM
Rating:
No comments: