Antigen
Tugas I : Antigen
yang berasal dari dinding sel.
Antigen
(Ag) adalah substansi pada tubuh inang dapat mendorong pembentukan antibodi. senyawa yang mampu menginduksi respon imun.
Pada umumnya antigen adalah protein, tetapi ada pula yang tersusun dari
polisakarida/polipeptida.
Sifat antigen :
- selalu berupa protein yang mempunyai berat molekul lebih dari 10.000
- tidak mudah hancur dan terurai oleh cairan-cairan tubuh (darah, limfa dan sebagainya)
Antibodi adalah zat yang dihasilkan tubuh setelah dimasuki suatu antigen. Antibodi
ini dapat berupa antibakteri, antivirus maupun antitoksin, bergantung dari
antigen yang masuk.
Sel bakteri, virus maupun toksinnya yang terdiri atas
protein akan bertindak sebagai antigen apabila sehingga merangsang dibentuknya
antibodi.
Beberapa jenis karbohidrat dan lemak, apabila masuk dalam jaringan tubuh tidak akan bersifat antigen, tetapi apabila berikatan dengan suatu protein akan bersifat antigen, sehingga merangsang terbentuknya antibodi. Karbohidrat atau lemak yang dapat berikatan dengan protein dan bersifat antigen disebut HAPTEN.
Beberapa jenis karbohidrat dan lemak, apabila masuk dalam jaringan tubuh tidak akan bersifat antigen, tetapi apabila berikatan dengan suatu protein akan bersifat antigen, sehingga merangsang terbentuknya antibodi. Karbohidrat atau lemak yang dapat berikatan dengan protein dan bersifat antigen disebut HAPTEN.
· salmonella
sp
Salmonella
memiliki
3 macam antigen, yaitu Ag simatik (O),
Ag flagell (H) yang berbeda satu/dua fase dan Ag kapsul (Vi). Ag O dan Ag H
adalah antigen utama Salmonella. Bakteri Salmonella membentuk Ag
(O) dan AG (H) yang termostabil. Antigen (O) kodenya angka Romawi (I, II dsb).
Antigen yang dihubungkan dengan sifat virulensi S. typhi diberi kode Vi,
antigen ini tidak tahan panas.
Antigen O (Antigen
somatik) merupakan bagian di struktur pembentuk dinding sel bakteri. Sifat Ag
ini ditentukan oleh lipopolisakarida yang tahan panas (100 °C), alkohol dan
asam).
Antibodi yang dibentuk terutama IgM. Antibodi terhadap antigen O bersifat protektif. Sebagian besar Salmonella sp. memiliki lebih dari satu Ag (O). Antigen (O) ini ditulis dengan angka dimulai dari angka 1-65, contohnya S. enteritidis 1, 9, 12, yang artinya mempunyai Ag(O) : 1, 9, 12.
Antibodi yang dibentuk terutama IgM. Antibodi terhadap antigen O bersifat protektif. Sebagian besar Salmonella sp. memiliki lebih dari satu Ag (O). Antigen (O) ini ditulis dengan angka dimulai dari angka 1-65, contohnya S. enteritidis 1, 9, 12, yang artinya mempunyai Ag(O) : 1, 9, 12.
Antigen (H) terdiri dari protein
yang disebut flagellia. Antigen ini bersifat termolabil. Antigen menjadi tidak
aktif pada suhu diatas 60 °C atau dalam suasana asam. Antigen (H) terdiri dari
2 fase yaitu tipe 25 monofase (kode huruf kecil:a, b
dsb) dan tipe difase (kode angka Arab: 1, 2 dsb).
Antigen (H) dibagi kedalam dua fase yaitu fase spesifik (fase 1) dan fase group (fase 2). Antigen fase 1 ditulis dengan huruf kecil (a, b, c, dst) dan untuk selanjutnya ditulis dengan huruf Z dan angka (1, 2, 3, dst). Variasi Ag ini digunakan sebagai dasar untuk membedakan serotipe dalam masing-masing group, contohnya S. paratyphi B mempunyai Ag (H): b: 1, 2.
Antigen (H) dibagi kedalam dua fase yaitu fase spesifik (fase 1) dan fase group (fase 2). Antigen fase 1 ditulis dengan huruf kecil (a, b, c, dst) dan untuk selanjutnya ditulis dengan huruf Z dan angka (1, 2, 3, dst). Variasi Ag ini digunakan sebagai dasar untuk membedakan serotipe dalam masing-masing group, contohnya S. paratyphi B mempunyai Ag (H): b: 1, 2.
Antigen (Vi) berasal
dari kata “virulance”, berhubungan dengan virulensi bakteri (Volk dan
Whecler 1990). Antigen (Vi) merupakan polisakarida yang terdapat pada permukaan
sel bakteri. Antigen (Vi) dapat hancur pada inkubasi suhu 60 °C selama 1 jam,
pada kondisi asam atau di dalam phenol.
Toksisitasnya berhubungan dengan
membrane permukaan yang mengandung lipopolisakarida (LPS), yang berfungsi juga
melindungi bakteri dari lingkungan sekitarnya.
LPS tersusun atas antigen-O, inti polisakarida, dan lipid A, yang menghubungkannya dengan outer membrane. Lipd A tersusun dari dua phosphorylated glucosamines yang terikat dengan asam lemak.
Grup fosfat ini menentukan toksisitas bakteri. Beberapa binatang mengeluarkan enzim yang memecah grup fosfat ini sebagai bentuk pertahanan dari patogenitas bakteri tersebut.
Antigen-O, yang berada paa bagian paling luar dari kompleks LPS, bertanggung jawab dalam respon imun penjamu. S. typhimurium memiliki kemampuan mengendalikan antigen-O, yang berpengaruh pada perubahan konformasinya, sehingga antibody lebih sulit mengenali.
LPS tersusun atas antigen-O, inti polisakarida, dan lipid A, yang menghubungkannya dengan outer membrane. Lipd A tersusun dari dua phosphorylated glucosamines yang terikat dengan asam lemak.
Grup fosfat ini menentukan toksisitas bakteri. Beberapa binatang mengeluarkan enzim yang memecah grup fosfat ini sebagai bentuk pertahanan dari patogenitas bakteri tersebut.
Antigen-O, yang berada paa bagian paling luar dari kompleks LPS, bertanggung jawab dalam respon imun penjamu. S. typhimurium memiliki kemampuan mengendalikan antigen-O, yang berpengaruh pada perubahan konformasinya, sehingga antibody lebih sulit mengenali.
Salmonella typhimurium menyebabkan
gastroenteritis pada manusia dan mamalia lain. Ketika sel bakteri memasuki
epitel usus, menyebabkan kerusakan mikrovili pada permukan sel.
Hal ini meyebabkan kenaikan jumlah sel darah putih ke mukosa, sehingga mengacaukan absorbsi dan sekresi, suatu proses yang mengarah pada diare. Pada mencit, S.typhimurium menyebabkan gejala yang sama dengan demam tifoid pada manusia.
Hal ini meyebabkan kenaikan jumlah sel darah putih ke mukosa, sehingga mengacaukan absorbsi dan sekresi, suatu proses yang mengarah pada diare. Pada mencit, S.typhimurium menyebabkan gejala yang sama dengan demam tifoid pada manusia.
Tugas II : Mengapa
molekul yang bersifat imunogenesitas juga bersifat antigenesitas, tetapi tidak
sebaliknya??
Antigen
adalah sebuah molekul yang diakui oleh sistem kekebalan tubuh. Awalnya istilah
itu berasal dari generator antibodi dan merupakan molekul yang mengikat
secara khusus untuk antibodi, tetapi istilah ini sekarang juga mengacu pada
molekul atau fragmen molekul yang dapat terikat pada major histocompatibility
complex (MHC) yang untuk selanjutnya diserahkan kepada reseptor sel T.
Antigen “diri sendiri” (dari tubuh organisme yang bersangkutan) biasanya ditoleransi oleh sistem kekebalan tubuh, sedangkan antigen “non-diri” atau dari luar tubuh diidentifikasi sebagai penyusup dan diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Gangguan autoimun timbul dari sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap antigen diri sendiri.
Antigen “diri sendiri” (dari tubuh organisme yang bersangkutan) biasanya ditoleransi oleh sistem kekebalan tubuh, sedangkan antigen “non-diri” atau dari luar tubuh diidentifikasi sebagai penyusup dan diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Gangguan autoimun timbul dari sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap antigen diri sendiri.
Berhubungan
dengan hal di atas, immunogen adalah
tipe spesifik antigen. Sebuah immunogen didefinisikan sebagai zat yang mampu
merangsang respon imun adaptif jika disuntikkan pada sendiri. Dengan kata lain,
suatu immunogen mampu menginduksi respon kekebalan, sedangkan antigen mampu
menggabungkan dengan produk respon imun setelah mereka dibuat. Konsep tumpang
tindih imunogenisitas dan antigenicity dengan demikian agak berbeda.
Menurut buku teks saat ini:
“Imunogenisitas adalah kemampuan untuk membujuk/menginduksi kekebalan
humoral dan / atau respon imun yang diperantarai sel”.
“Antigenicity adalah kemampuan untuk menggabungkan secara khusus dengan
produk akhir respon kekebalan (yaitu reseptor permukaan pada T-sel). Walaupun
semua molekul memiliki perangkat imunogenisitas yang dimiliki juga oleh
antigenicity, sebenarnya ini tidak benar.
Pada tingkat
molekuler, antigen ditandai dengan kemampuannya untuk menjadi “terikat” di
lokasi pengikatan antigen di antibodi. Perhatikan juga bahwa antibodi cenderung
membedakan antara bentuk struktur molekul khusus yang ada pada permukaan
antigen (seperti yang diilustrasikan pada Gambar di atas).
Antigen biasanya protein atau polisakarida. Ini berasal dari bagian kulit, kapsul, dinding sel, flagela, fimbrae, dan racun dari bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya. Lipid dan asam nukleat menjadi antigenik hanya bila dikombinasikan dengan protein dan polisakarida.
Antigen non-mikroba eksogen (non-self) contohnya adalah serbuk sari, putih telur, dan protein dari jaringan dan organ yang dicangkokkan atau pada permukaan sel darah yang ditransfusikan ke dalam tubuh. Vaksin adalah contoh-contoh antigen imunogenik yang sengaja diberikan untuk menimbulkan kekebalan yang diperoleh si penerima.
Antigen biasanya protein atau polisakarida. Ini berasal dari bagian kulit, kapsul, dinding sel, flagela, fimbrae, dan racun dari bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya. Lipid dan asam nukleat menjadi antigenik hanya bila dikombinasikan dengan protein dan polisakarida.
Antigen non-mikroba eksogen (non-self) contohnya adalah serbuk sari, putih telur, dan protein dari jaringan dan organ yang dicangkokkan atau pada permukaan sel darah yang ditransfusikan ke dalam tubuh. Vaksin adalah contoh-contoh antigen imunogenik yang sengaja diberikan untuk menimbulkan kekebalan yang diperoleh si penerima.
Sel-sel
menyediakan antigen imunogenik pada sistem kekebalan tubuh melalui molekul
histokompatibilitas. Tergantung pada antigen yang tertangkap dan jenis molekul
histokompatibilitas, beberapa jenis sel kekebalan dapat menjadi aktif.
PERSYARATAN UNTUK MENJADI IMUNOGENIK
1. Bersifat asing (Foreigness)
¨ BSA Ã tidak bersifat imunogenik ketika disuntikkan
pada sapi, tetapi
bersifat sangat imungenik jika disuntikkan ke kelinci dan ayam.
2. Ukuran molekul
v ada korelasi antar ukuran makromolekul dengan imunogenistinya.
v Imunogen yang paling aktif cenderung mempunyai
BM 100.000 dalton (Da) atau lebih.
v Secara umum senyawa dengan BM
5.000-10.000 bersifat poor imunogens , walaupun ada juga yang BM < 1000 bersifat imunogenik.
3. Komposisi kimia dan kompleksitas (heterogeneity)
ukuran dan keasingan belum cukup untuk bersifat imunogenik à butuh sifat yang lain.
4.
Dapat diproses dan disajikan oleh mol MHC
Sehingga
semua molekul yang bersifat imunogenesitas juga bersifat antigenesitas, tetapi
molekul yang bersifat antigenesitas tidak bersifat imunogenesitas.
Antigen
Reviewed by kangmaruf
on
4:48 PM
Rating:
No comments: