Strongyloides (Nematoda)
Strongyloides berasal dari phyllum Nemathelminthes, sub class Secernentea, class Nematoda,
ordo Rhabditida, superfamily Subuluroidea, Family Strongyloididae dan genus Strongyloides.
Cacing ini disebut cacing benang. Cacing dewasa dapat bersifat parasit maupun bebas. Bentuk
parasitik panjangnya 2 – 9 mm dan langsing, dan yang
dapat ditemukan hanyalah cacing betina yang bersifat PARTHENOGENETIK (perkembangbiakan tidak melalui proses perkawinan).
Telur dapat berkembang diluar tubuh hospes, kemudian langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas jantan dan betina. Cacing ini memiliki esofagus panjang dan berbentuk selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan tubuh posterior, ekor pendek dan telur telah berembrio.
Telur dapat berkembang diluar tubuh hospes, kemudian langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas jantan dan betina. Cacing ini memiliki esofagus panjang dan berbentuk selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan tubuh posterior, ekor pendek dan telur telah berembrio.
Bentuk bebas adanya cacing jantan
dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing
ke ujung vulva terletak di pertengahan tubuh.
Bentuk parasitic esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan mengikuti aliran darah.
Bentuk parasitic esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan mengikuti aliran darah.
1.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing ini memiliki generasi parasitik dan
generasi bebas. Generasi bebas yang mempunyai jantan dan betina sedangkan
generasi parasitik hanya memiliki cacing betina yang menghasilkan
telur berembrio. Dan masing generasi memiliki 4 stadium larva yaitu L1, L2, L3
dan L4. Pada stadium L1 (rhabditiform) cacing menetas dari telur yang dikeluarkan melalui feses
host yang terinfeksi.
Siklus hidup homogenik berlangsung
dengan jalur melewati tubuh hospes, siklus ini dimulai dari Larva stadium I dapat berkembang
langsung menjadi larva stadium 3 yang infektif, kemudian siklus hidup heterogenik yaitu siklus hidup
diluar tubuh hospes dimana terdapat
cacing jantan dan betina kawain diluar tubuh hospes dan akan dapat memproduksi larva infektif.
Bila kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang dominan dan bila tidak menunjang siklus homogenik yang dominan.
Bila kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang dominan dan bila tidak menunjang siklus homogenik yang dominan.
Pada siklus
heterogenik larva stadium I ditransformasikan secara cepat sehingga dalam 48
jam terbentuk cacing jantan dan betina bebas yang dewasa kelamin. Melalui
kopulasi, betina bebas memproduksi telur yang akan menetas dalam beberapa jam
dan kemudian mengalami metamorfosa menjadi larva infektif. Hanya satu
generasi larva yang diproduksi oleh betina bebas.
Pada siklus homogenik
larva stadium I cepat mengalami perubahan menjadi larva III (infektif) yakni sekitar
24 jam pada suhu 27 0C. Larva infektif (filaform) yang berkembang
dalam feses atau tanah lembab yang terkontaminasi feses, kemudian
menembus kulit dan masuk ke dalam
darah yang menuju ke jantung dan sampai di paru
– paru.
Di paru – paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli, bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai epiglotis. Selanjutnya larva tertelan dan masuk kedalam saluran pencernaan yang mencapai bagian atas dari intestinum, disinilah cacing betina menjadi dewasa.
Di paru – paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli, bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai epiglotis. Selanjutnya larva tertelan dan masuk kedalam saluran pencernaan yang mencapai bagian atas dari intestinum, disinilah cacing betina menjadi dewasa.
Cacing
dewasa yaitu cacing betina yang berkembangbiak dengan cara partogenesis hidup
menempel pada sel-sel epitelum mukosa intestinum terutama pada duodenum, di
tempat ini cacing dewasa meletakkan telurnya.
Telur kemudian menetas melepaskan larva non infektif rhabditiform. Larva rhabditiform ini bergerak masuk kedalam lumen usus, keluar dari hospes melalui tinja dan berkembang menjadi larva infektif filariform yang dapat menginfeksi hospes yang sama atau hewan lainya. Dapat pula larva rhabditiform ini berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina setelah mencapai tanah.
Telur kemudian menetas melepaskan larva non infektif rhabditiform. Larva rhabditiform ini bergerak masuk kedalam lumen usus, keluar dari hospes melalui tinja dan berkembang menjadi larva infektif filariform yang dapat menginfeksi hospes yang sama atau hewan lainya. Dapat pula larva rhabditiform ini berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina setelah mencapai tanah.
Cacing
dewasa betina bebas yang telah dibuahi dapat mengeluarkan telur yang segera
mentas dan melepaskan larva non infektif rhabditiform yang kemudian dalam 24-36
jam berubah menjadi larva infektif filariform.
Kadangkala pada hewan tertentu, larva rhabditiform dapat langsung berubah menjadi larva filariform sebelum meninggalkan tubuh hewan tersebut dan menembus dinding usus atau menembus kulit di daerah perianal yang menyebabkan auotinfeksi dan dapat berlangsung bertahun-tahun.
Kadangkala pada hewan tertentu, larva rhabditiform dapat langsung berubah menjadi larva filariform sebelum meninggalkan tubuh hewan tersebut dan menembus dinding usus atau menembus kulit di daerah perianal yang menyebabkan auotinfeksi dan dapat berlangsung bertahun-tahun.
Gambar 1 : Siklus Hidup Strongyloides pada Anak Kuda
2.
SPESIES STRONGYLOIDES
a)
Strongyloides
Papillosus
Strongyloides papilosus memiliki mulut yang
besar dan terbuka ke sebuah capsula bukalis yang dapat mempunyai gigi, parasit
ini bila makan akan mengambil segumpal lapisan mukosa usus dan memasukkannya ke
kapsula bukalis. parasit ini merupakan parasit nematoda yang menimbulkan kerusakan
pada epitel usus halus sehingga menggagu tingkat absorbsi pada usus. Penurunan
penyerapan nutrisi pada usus halus dapat berakibat
menimbulkan defesiensi nutrisi pada hewan yang terinfeksi.
Strongyloides papilosus menginfeksi melalui
pakan maupun menembus barier kulit host. Sehingga pada bahagian kulit yang di
tembus oleh larva cacing ini sering menimbulkan gejala peradangan kemerahan dan
gatal.
Cacing ini terdapat diseluruh dunia pada mukosa usus halus domba, kambing, sapi, kelinci dan ruminansia liar. Kondisi dan umur hewan diatas dari semua tingkat umur dapat terinfeksi oleh cacing ini, akan tetapi tingkat infeksinya pada hewan muda lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan tua.
Cacing ini terdapat diseluruh dunia pada mukosa usus halus domba, kambing, sapi, kelinci dan ruminansia liar. Kondisi dan umur hewan diatas dari semua tingkat umur dapat terinfeksi oleh cacing ini, akan tetapi tingkat infeksinya pada hewan muda lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan tua.
Cacing betina menghasilkan telur yang berbentuk elips,
berdinding tipis, berembrio dengan ukuran 40-64 x 20-42 mikron. Bentuk bebas betina memiliki ukuran tubuh ± 1 x
0,05 mm, esofagus ± sepanjang tubuhnya
serta pendek dan terbuka, uterus berupa satu barisan lurus yang berisi 40 - 50
telur.
Vulva terbuka di sisi ventral dekat pertengahan tubuh. Cacing jantan hidup bebas dengan panjang 700 – 825 mikron. Dengan dilengkapi spikulum yang kuat, melengkung dengan panjang sekitar 33 mikron dan gubernakulum yang panjangnya 20 mikron dan lebar 2,5 mikron. Masa prepaten 7-9 hari.
Vulva terbuka di sisi ventral dekat pertengahan tubuh. Cacing jantan hidup bebas dengan panjang 700 – 825 mikron. Dengan dilengkapi spikulum yang kuat, melengkung dengan panjang sekitar 33 mikron dan gubernakulum yang panjangnya 20 mikron dan lebar 2,5 mikron. Masa prepaten 7-9 hari.
Sedangkan bentuk parasitik struktur tubuh betina halus dan transparan, ukuran 2,2
x 0,05 mm, esofagus filiformnya sepanjang tubuh. Pada betina gravid uterus berisi 10 – 20 telur yang mengandung embrio.
Vulva pada sisi ventral 1/3 posterior panjang tubuh nya. Karena belum ditemukannya bentuk parasitik jantan maka dianutlah pemahaman bahwa bentuk parasitik betina pada ruminansia berkembang biak secara parthenogenesis. Larva rhabditiform memiliki Ukuran tubuh ± 380 x 20 u, esofagus pendek dan terbuka, genital primordium besar dan ovoid terletak di ventral dekat intestinal.
Ekor runcing. Sedangkan Larva filariform memiliki ukuran tubuh ± 630 x 16 u, mulut tertutup, esophagus sepanjang badan, ujung ekor bercabang dua pendek (fork tail) atau tumpul.
Vulva pada sisi ventral 1/3 posterior panjang tubuh nya. Karena belum ditemukannya bentuk parasitik jantan maka dianutlah pemahaman bahwa bentuk parasitik betina pada ruminansia berkembang biak secara parthenogenesis. Larva rhabditiform memiliki Ukuran tubuh ± 380 x 20 u, esofagus pendek dan terbuka, genital primordium besar dan ovoid terletak di ventral dekat intestinal.
Ekor runcing. Sedangkan Larva filariform memiliki ukuran tubuh ± 630 x 16 u, mulut tertutup, esophagus sepanjang badan, ujung ekor bercabang dua pendek (fork tail) atau tumpul.
Telur elips, ukurannya menengah
(40-60 x 20-25 mikron), memiliki
ornamen polar dan tidak adanya operculum berdinding tipis dan mengandung larva.
b)
Strongyloides ransomi
Strongyloides ransomi terdapat di seluruh
dunia pada mukosa usus halus babi, cacing betina partenogenetik parasitik panjangnya 3,3-4,5
mikron dan berdiameter 54-62 mikron, dan menghasilkan telur telah berembrio
berbentuk elips,berkulit tipis, berukuran 45-55 x 26-35 mikron.
Cacing jantan hidup bebas mempunyai panjang 868-899 mikron dengan spikulum melengkung yang panjangnya 26-29 mikron dan gubernakulum dengan panjang 18-19 mikron. Cacing betina hidup bebas panjangnya 1,0 – 1,1 mm. masa prepaten adalah 3-7 hari.
Cacing jantan hidup bebas mempunyai panjang 868-899 mikron dengan spikulum melengkung yang panjangnya 26-29 mikron dan gubernakulum dengan panjang 18-19 mikron. Cacing betina hidup bebas panjangnya 1,0 – 1,1 mm. masa prepaten adalah 3-7 hari.
Gambar
3 Telur Strongyloides ransomi
Gambar 4 Cacing Strongyloides ransomi
c)
Strongyloides westeri
Strongyloides
westeri terdapat di seluruh dunia pada mukosa usus halus
kuda, keledai, babi dan zebra. Cacing ini biasanya tidak banyak
terdapat. Cacing betina parasitic panjangnya 8-9 mm dan berdiameter 80-95
mikron ,mereka menghasilkan telur berembrio berbentuk elips, berkulit tipis,
berukuran 40-52 x 32-40 mikron. Masa prepaten sekitar 2 minggu.
Gambar 5: Telur Strongyloides
westeri
Gambar 6: Cacing Strongyloides
westeri
d) Strongyloides
stercoralis
Strongyloides
stercoralis sangat umum terdapat di
seluruh dunia pada mukosa usus halus anjing , serigala, kucing, dan berbagai
mamalia lainnya. Cacing betina parasitik panjangnya 1,7-2,7 mm
dan berdiameter 30-40 mikron.
Mereka menghasilkan telur berembrio 55-60 x 40-50 mikron yang cepat sekali menetas sehingga larva stadium pertama terdapat pada feses. Cacing jantan hidup bebas panjangnya 650-1000 mikron dan berdimeter 40-50 mikron dan sebuah gubernakulum.
Cacing betina hidup bebas mempunyai panjang 0,9-1,7 mm dan berdiameter 51-84 mikron dan menghasilkan telur berembrio berkulit tipis, berukuran 58-60 x 40-42 mikron masa prepaten 8-17 hari atau lebih.
Mereka menghasilkan telur berembrio 55-60 x 40-50 mikron yang cepat sekali menetas sehingga larva stadium pertama terdapat pada feses. Cacing jantan hidup bebas panjangnya 650-1000 mikron dan berdimeter 40-50 mikron dan sebuah gubernakulum.
Cacing betina hidup bebas mempunyai panjang 0,9-1,7 mm dan berdiameter 51-84 mikron dan menghasilkan telur berembrio berkulit tipis, berukuran 58-60 x 40-42 mikron masa prepaten 8-17 hari atau lebih.
Gambar 7: Rhabditiform Strongyloides stercoralis
Gambar 8: Filariform ( Larva Stadium 3)
Strongyloides stercoralis
e) Strongyloides avium
Strongyloides avium terdapat di Amerika
Utara dan india pada sekum dan usus halus ayam,kalkun dan burung lainnya. Cacing ini jarang
terdapat di daerah dingin. Cacing betina parasitic panjangnya 2,2 mm dan
berdiameter 40-45 mikron dan menghasilkan telur yang berukuran 52-56 x 36-40
mikron.
Cacing jantan hidup bebas sekitar 780 mikron dan mempunyai spikulum dengan panjang sekitar 30 mikron. Cacing betina hidup bebas sekitar 860 mikron dan menghasilkan telur 48 x 22 mikron.
Cacing jantan hidup bebas sekitar 780 mikron dan mempunyai spikulum dengan panjang sekitar 30 mikron. Cacing betina hidup bebas sekitar 860 mikron dan menghasilkan telur 48 x 22 mikron.
DAFTAR PUSTAKA
Joehan, Frinda. 2011. Ordo Rabditida.
http://frindajoehans.blogspot.com/2011/03/parasitologi-nematoda.html.
24 September 2011.
Bratiig W, Norbert dkk. 2006. Strongyloides ratti Life Cycle for Comparing Free-living and Parasitic nematode stages: Excretory/Secretory Products of Infective Larval Stage.
http://www.genetics.wustl.edu/mitrevalab/Research/NB-WBR_Sr_Poster.pdf12 September 2011.
Bratiig W, Norbert dkk. 2006. Strongyloides ratti Life Cycle for Comparing Free-living and Parasitic nematode stages: Excretory/Secretory Products of Infective Larval Stage.
http://www.genetics.wustl.edu/mitrevalab/Research/NB-WBR_Sr_Poster.pdf12 September 2011.
Kun_zone.
2011. Nematoda 1. http://kunto-anggoro.blogspot.com/2011/03/nematoda-1.html. 24 September
2011.
Levine
D, Norman. 1994. Buku Pelajaran
Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Michelle L, dkk. 2009. Morphogenesis of Strongyloides stercoralis Infective Larvae Requires the DAF-16 Ortholog FKTF-1
http://www.plospathogens.org/article/info:doi/10.1371/journal.ppat.1000370. 26 September 2011
Novan,
drh. 2011. Infeksi
Strongyloides papillosus. http://catatanakhirkoasparasit.blogspot.com/2011/05/infeksi-strongyloides-papilosus.html.
25 September 2011.
Strongyloides (Nematoda)
Reviewed by kangmaruf
on
11:36 PM
Rating:
No comments: