Anjing Kintamani Bali dan Penyakit Kulit yang Sering Menyerang
2.1 Anjing
Anjing merupakan salah satu mamalia karnivora yang
memiliki berbagai peran dalam kehidupan manusia. Anjing diperkirakan telah
menghuni bumi jutaan tahun yang lalu. Diduga bahwa anjing pertama kali hidup di
Asia atau Eurasia, kemudian berpindah dari satu benua ke benua lain terutama ke
Benua Amerika ketika daratan Eurasia belum terpisah dengan daratan Amerika.
Bukti keberadaan anjing di Indonesia pada jaman dulu dapat dilihat di situs purbakala Gilimanuk, Provinsi Bali. Di tempat ini dapat ditemukan tulang belulang anjing selain penemuan tulang belulang manusia (Puja, 2011).
Bukti keberadaan anjing di Indonesia pada jaman dulu dapat dilihat di situs purbakala Gilimanuk, Provinsi Bali. Di tempat ini dapat ditemukan tulang belulang anjing selain penemuan tulang belulang manusia (Puja, 2011).
Anjing diperkirakan di daerah Timur Tengah merupakan
tempat pertama kali proses domestikasi serigala. Dugaan tersebut didukung
dengan penemuan arkeologi yang menunjukkan bahwa manusia bermigrasi ke Eropa
pada masa Neolitikum (kurang lebih 8000 tahun yang lalu) (Puja, 2011).
Menurut Budiana (2006), anjing telah didomestikasi dari serigala sejak 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Melalui proses domestikasi tersebut berkembanglah ratusan ras dengan berbagai variasi.
Menurut Budiana (2006), anjing telah didomestikasi dari serigala sejak 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Melalui proses domestikasi tersebut berkembanglah ratusan ras dengan berbagai variasi.
Anjing merupakan hewan yang menyenangkan untuk
dijadikan teman karena merupakan hewan yang setia dan jujur. Kemampuan
penciuman serta pendengaran yang baik sehingga dapat dimanfaatkan apabila dapat
mendidiknya dengan baik (Dharmawan, 2009).
Beberapa alasan orang memelihara anjing adalah sebagai teman, kesenangan, kebanggaan (prestige), dan tambahan aktivitas (Budiana, 2006).
Beberapa alasan orang memelihara anjing adalah sebagai teman, kesenangan, kebanggaan (prestige), dan tambahan aktivitas (Budiana, 2006).
Kebanyakan ahli cenderung memperkirakan Canis
lupus merupakan nenek moyang anjing yang ada pada saat
ini. Hal ini didasarkan atas berbagai
kesamaan yang dimiliki anjing dengan serigala.
Ciri mendasar yang menjadi persamaan yaitu, karakteristik ekornya, periode kebuntingan yang sama, memiliki sifat membatasi wilayah, hidup berkelompok, dan penyakit serta parasit yang dijumpai umumnya sama. Perbedaan yang mencolok antara anjing serigala terletak pada sifat yang liar dan galak dari serigala. Sedangkan, anjing yang telah didomestikasi mempunyai sifat yang jinak (Puja, 2011).
Ciri mendasar yang menjadi persamaan yaitu, karakteristik ekornya, periode kebuntingan yang sama, memiliki sifat membatasi wilayah, hidup berkelompok, dan penyakit serta parasit yang dijumpai umumnya sama. Perbedaan yang mencolok antara anjing serigala terletak pada sifat yang liar dan galak dari serigala. Sedangkan, anjing yang telah didomestikasi mempunyai sifat yang jinak (Puja, 2011).
Klasifikasi ilmiah berdasarkan
penjelasan dari Wikipedia Indonesia. (Dharmawan,
2009), yaitu:
Kingdom :
Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Phylum :
Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class :
Mamalia
Subclass :
Theria
Ordo :
Carnivora
Subordo :
Caniformia
Subfamily :
Caninae
Tribe :
Canini
Genus :
Canis
Species :
Canis lupus
2.2
Anjing Kintamani Bali
Anjing Kintamani Bali berasal dari daerah pegunungan
dan hutan di daerah Bangli, Provinsi Bali. Anjing
Kintamani Bali merupakan anjing lokal pegunungan yang hidup di sekitar
Kintamani dan dahulu dikenal dengan sebutan anjing
gembrong (Bahasa Bali).
Habitat aslinya di daerah sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Anjing Kintamani Bali dikategorikan sebagai plasma nutfah Indonesia, yang sangat berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial.
Anjing Kintamani Bali merupakan satu-satunya anjing asli Indonesia yang mempunyai penampilan menarik dan telah ditetapkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Perkin (Perkumpulan Kinologi Indonesia) pada tahun 2006 dan disahkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Asian Kennel Union (AKU) serta menjadi maskot fauna Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang merupakan suatu penghargaan yang tinggi untuk Anjing Kintamani Bali (Puja, 2007).
Habitat aslinya di daerah sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Anjing Kintamani Bali dikategorikan sebagai plasma nutfah Indonesia, yang sangat berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial.
Anjing Kintamani Bali merupakan satu-satunya anjing asli Indonesia yang mempunyai penampilan menarik dan telah ditetapkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Perkin (Perkumpulan Kinologi Indonesia) pada tahun 2006 dan disahkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Asian Kennel Union (AKU) serta menjadi maskot fauna Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang merupakan suatu penghargaan yang tinggi untuk Anjing Kintamani Bali (Puja, 2007).
Anjing Kintamani Bali merupakan satu–satunya anjing
kuno (ancient dog) yang berada di
Bali khususnya di Kintamani.
Ada anggapan Anjing Kintamani Bali merupakan persilangan antara anjing Chow-Chow yang berasal dari China dengan anjing lokal yang berada di Bali yang telah mengalami keragaman genetik (Puja et al., 2005). Catatan pasti tentang hubungan anjing Chow–Chow dengan Anjing Kintamani Bali tidak ada.
Ada anggapan Anjing Kintamani Bali merupakan persilangan antara anjing Chow-Chow yang berasal dari China dengan anjing lokal yang berada di Bali yang telah mengalami keragaman genetik (Puja et al., 2005). Catatan pasti tentang hubungan anjing Chow–Chow dengan Anjing Kintamani Bali tidak ada.
Kajian ilmiah telah dilakukan mengenai asal-usul Anjing
Kintamani Bali dari kajian anatomi sampai kajian molekuler. Kajian penampilan
anatomi yang dilakukan menyatakan satu kelompok anjing dikatakan sama dengan
kelompok lain bila memiliki kemiripan.
Perbandingan morfologi Anjing Kintamani Bali dengan anjing geladak telah dilakukan dan berdasarkan kajian anatomi tersebut Anjing Kintamani Bali tidak memiliki hubungan kerabat dengan anjing geladak.
Kajian molekuler dilakukan dengan menekankan kontinuitas genetik Anjing Kintamani Bali. Kajian ini telah dipublikasikan dalam Journal Heredity yang diterbitkan tahun 2005 di Amerika Serikat yang ditulis oleh Puja et al. yang membandingkan konstitusi gen Anjing Kintamani Bali dengan 18 ras anjing lainnya.
Hasil kajian tersebut menyatakan Anjing Kintamani Bali berasal dari anjing geladak yang mengalami evolusi yang mengakibatkan hilangnya keragaman genetik (Puja, 2007).
Perbandingan morfologi Anjing Kintamani Bali dengan anjing geladak telah dilakukan dan berdasarkan kajian anatomi tersebut Anjing Kintamani Bali tidak memiliki hubungan kerabat dengan anjing geladak.
Kajian molekuler dilakukan dengan menekankan kontinuitas genetik Anjing Kintamani Bali. Kajian ini telah dipublikasikan dalam Journal Heredity yang diterbitkan tahun 2005 di Amerika Serikat yang ditulis oleh Puja et al. yang membandingkan konstitusi gen Anjing Kintamani Bali dengan 18 ras anjing lainnya.
Hasil kajian tersebut menyatakan Anjing Kintamani Bali berasal dari anjing geladak yang mengalami evolusi yang mengakibatkan hilangnya keragaman genetik (Puja, 2007).
Anjing Kintamani Bali berpenampilan menarik dengan
ukuran kecil sampai sedang. Tinggi Anjing Kintamani Bali jantan rata–rata 51,25
cm dengan berat badan rata–rata 15,09 kg. Ukuran tinggi anjing betina rata–rata
44,65 cm dengan berat badan rata–rata 13,24 kg (Puja, 2011).
Anjing Kintamani Bali memiliki bentuk tubuh yang atletis, rambut indah, tebal, dan panjang utamanya di daerah pundak, ekor, dan kaki belakang bagian belakang. Warna rambut Anjing Kintamani Bali adalah putih, hitam, coklat, dan campuran ketiganya.
Terdapat 6 tipe rambut pada anjing. Tipe rambut Anjing Kintamani Bali antara bantle wavy sampai fine wavy. Bantle wavy adalah rambut halus yang lebih pendek serta lebih halus dibandingkan wavy hair dan paling banyak ditemukan di bawah wavy bristle hair. Fine wavy merupakan rambut yang lebih halus bergelombang kecil dan ditemukan di bawah rambut-rambut lain (Puja, 2007).
Anjing Kintamani Bali memiliki bentuk tubuh yang atletis, rambut indah, tebal, dan panjang utamanya di daerah pundak, ekor, dan kaki belakang bagian belakang. Warna rambut Anjing Kintamani Bali adalah putih, hitam, coklat, dan campuran ketiganya.
Terdapat 6 tipe rambut pada anjing. Tipe rambut Anjing Kintamani Bali antara bantle wavy sampai fine wavy. Bantle wavy adalah rambut halus yang lebih pendek serta lebih halus dibandingkan wavy hair dan paling banyak ditemukan di bawah wavy bristle hair. Fine wavy merupakan rambut yang lebih halus bergelombang kecil dan ditemukan di bawah rambut-rambut lain (Puja, 2007).
Telinga Anjing Kintamani Bali berdiri tegak dan
berbentuk segitiga dengan kekhasan pada ujungnya berwarna kemerahan. Ukuran
kepala Anjing Kintamani Bali sangat proposional dengan ukuran tubuh dengan dahi
yang lebar tanpa kerutan. Badan lurus dan kuat dengan rambut ekor tebal dan
berbentuk bulan sabit (Puja, 2011).
Anjing Kintamani Bali termasuk anjing
yang pintar sehingga mudah untuk dilatih. Anjing Kintamani Bali memiliki indera
penciuman yang tajam, kemampuan berenang yang baik dan dapat berlari dengan
cepat.
Anjing Kintamani Bali sangat baik dijadikan anjing ketangkasan (agility). Sifat Anjing Kintamani Bali tidak galak serta sangat loyal dengan pemiliknya sehingga juga sangat baik dijadikan anjing sahabat (companion) (Puja, 2011).
Anjing Kintamani Bali sangat baik dijadikan anjing ketangkasan (agility). Sifat Anjing Kintamani Bali tidak galak serta sangat loyal dengan pemiliknya sehingga juga sangat baik dijadikan anjing sahabat (companion) (Puja, 2011).
2.2.1
Standarisasi Anjing Kintamani Bali
Di dunia dikenal ada tiga badan otoritas yang
mengatur tentang masalah anjing yaitu, Federation
Cynologique Internationale (FCI), American
Kennel Club (AKC) dan The Kennel Club.
Masing–masing badan tersebut mengelompokkan anjing berdasarkan ketentuan yang
dibuatnya sendiri.
Menurut FCI, anjing dikelompokkan menjadi 10 grup. Masing–masing grup tersebut dikelompokkan kembali menjadi subgroup (section). Pembagian ini didasarkan pada penampilan secara umum dan kegunaan anjing tersebut (Puja, 2011).
Menurut FCI, anjing dikelompokkan menjadi 10 grup. Masing–masing grup tersebut dikelompokkan kembali menjadi subgroup (section). Pembagian ini didasarkan pada penampilan secara umum dan kegunaan anjing tersebut (Puja, 2011).
Sejak tahun 1980-an Anjing Kintamani Bali mendapat perhatian
dan pada tahun 2006, Anjing Kintamani Bali ditetapkan oleh Perkin sebagai
anjing ras pertama asli Indonesia.
Berdasarkan buku “Anjing Kintamani Maskot Fauna Kabupaten Bangli” penetapan ini disertai dengan penetapan standar ras Anjing Kintamani Bali yang terdiri dari 15 butir, yaitu:
Berdasarkan buku “Anjing Kintamani Maskot Fauna Kabupaten Bangli” penetapan ini disertai dengan penetapan standar ras Anjing Kintamani Bali yang terdiri dari 15 butir, yaitu:
1.
Klasifikasi
FCI
Anjing Kintamani Bali berdasarkan
pengelompokkan FCI berada pada Grup 5 yaitu, Spitz and Primitive Types (Spitz dan tipe primitif) dan pada
Subgrup 5 (Asian Spitz dan Related Breeds).
Spitz adalah sebutan untuk berbagai
jenis anjing yang memiliki ciri khas bulu tebal dan panjang serta daun telinga
kecil dan berdiri. Dalam Bahasa Jerman spitz
berarti runcing atau tajam. Penampilan anjing pada grup ini juga cantik
sehingga orang menangkar dan menjadikannya sebagai anjing peliharaan (Puja,
2011).
2.
Asal–Usul
Anjing Kintamani Bali berasal
dari Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.
3.
Kegunaan
atau Manfaat
Anjing Kintamani Bali digunakan
oleh masyarakat sebagai anjing sahabat (companion
dog).
4.
Penampilan
Umum
Anjing Kintamani Bali merupakan anjing yang
berukuran sedang dengan proporsi anatomi yang kompak dan berpenampilan cantik. Rambut
panjang, indah dan tebal, memiliki bulu
badong dan bulu gumba yang
panjang.
Bulu Badong adalah kata yang berasal dari Bahasa Bali
yang berarti rambut yang lebih panjang pada bagian belakang telinga, dan
seputar leher.
Bulu Gumba adalah kata yang berasal dari Bahasa Bali yang berarti rambut yang lebih panjang pada bagian pundak dan memanjang terus sampai ke belakang badan.
Bulu Gumba adalah kata yang berasal dari Bahasa Bali yang berarti rambut yang lebih panjang pada bagian pundak dan memanjang terus sampai ke belakang badan.
5.
Karakter
atau Temperamen
Anjing Kintamani Bali merupakan
anjing dengan kepribadian baik, cerdas, mudah dilatih, tangkas, dan pemberani. Memiliki
sifat yang waspada, setia pada pemiliknya, dan memiliki insting yang kuat.
6.
Kepala
Kepala Anjing Kintamani Bali termasuk pada kategori
kepala bersih (head clean), kepala
bagian atas lebar, dahi, dan pipi datar dengan rahang besar dan kuat yang
sesuai dengan ukuran kepala.
Bagian tengkorak Anjing Kintamani Bali dilihat dari atas hampir berbentuk segitiga dengan panjang moncong setengah dari panjang kepala dan terdapat sedikit lekukan di bagian tengah.
Hidung agak lebar dan berkembang dengan baik berwarna hitam atau coklat tua. Warna hidung dapat berubah lebih pucat sesuai dengan bertambahnya usia.
Bagian tengkorak Anjing Kintamani Bali dilihat dari atas hampir berbentuk segitiga dengan panjang moncong setengah dari panjang kepala dan terdapat sedikit lekukan di bagian tengah.
Hidung agak lebar dan berkembang dengan baik berwarna hitam atau coklat tua. Warna hidung dapat berubah lebih pucat sesuai dengan bertambahnya usia.
Anjing Kintamani Bali memiliki gigi gunting dengan
jumlah gigi di rahang atas 20 dan di rahang bawah 22. Bibir berwarna coklat
kehitaman dengan lidah berbintik biru atau kebiruan seluruhnya.
Mata berukuran sedang dan berbentuk oval. Warna mata hitam dan coklat dengan bulu mata berwarna putih. Telinga Anjing Kintamani Bali kuat dan tebal, berdiri tegak dengan daun telinga menghadap ke depan, berbentuk huruf V terbalik dengan ujung agak membulat.
Mata berukuran sedang dan berbentuk oval. Warna mata hitam dan coklat dengan bulu mata berwarna putih. Telinga Anjing Kintamani Bali kuat dan tebal, berdiri tegak dengan daun telinga menghadap ke depan, berbentuk huruf V terbalik dengan ujung agak membulat.
Gambar 1. Proporsi Penting Anjing Kintamani Bali
(Sumber:
Perkin, 2014)
7.
Leher
Anjing Kintamani Bali memiliki leher
kuat dengan panjang sedang, sistem
muskulus kuat, dan terbentuk dengan baik serta rambut tersusun dua lapis dan
tebal.
8.
Badan
Perbandingan tinggi dan panjang
badan Anjing Kintamani Bali adalah 9:10. Anjing Kintamani Bali memiliki
punggung yang lurus dengan dada lebar dan tulang dada yang mencapai siku pada
kaki depan. Rusuk dari Anjing Kintamani
Bali berbentuk oval.
Gambar 2. Standarisasi
Bagian Wajah dan Badan
(Sumber:
Perkin, 2014)
9.
Ekor
Ekor berdiri, berambut tebal,
melingkar ke depan ke bagian tengah ke ujung, melingkar sedikit ke luar
menyerupai ekor tupai.
10.
Kaki
Kaki depan lurus dan sejajar,
jari–jari kuat, dan dapat mencengkram. Kaki belakang terlihat dari belakang
sejajar dan dilihat dari samping agak lurus dengan sedikit adanya angulasi.
11.
Langkah
dan Pergerakan
Langkah dan pergerakan Anjing Kintamani Bali lincah
dan ringan.
12.
Kulit
Kulit Anjing Kintamani Bali
berpigmen, coklat kehitaman pada daerah hidung, kelopak mata, skrotum, anus,
palatum, bibir, dan telapak kaki.
13. Rambut
Rambut Anjing Kintamani Bali
terdiri dari warna putih spesifik, hitam, coklat, dan anggrek. Ekornya lebat
dengan rambut bagian luar yang lebih panjang yang mengelilingi leher disebut “Badong”, membentuk rambut-rambut mewah
seperti kerah baju pada leher. Rambut bagian luar yang lebih panjang, yang
rambutnya terletak mulai dari pada pundak dan terus memanjang sampai ke bagian
belakang badan disebut “Bulu Gumba”. “Badong” dan “Bulu Gumba” lebih terlihat pada anjing jantan daripada anjing
betina.
14.
Tinggi
Badan dan Berat Badan
Tinggi badan
anjing jantan adalah 45-55 cm pada pundak dengan berat badan ideal
adalah 15 kg-17 kg. Tinggi badan anjing
betina adalah 40-50 cm pada pundak dengan berat badan ideal adalah 13 kg-15
kg.
15.
Kesalahan
Fatal
Setiap ketidaksesuaian dari
butir-butir di atas harus dianggap kesalahan dan tingkat kesalahannya harus
disesuaikan dengan tingkat ketidaksesuaiannya. Kesalahan fatal yaitu, ukuran
badan kurang dari 40 cm atau melebihi 57 cm.
Gambar
3. Anjing Kintamani Bali
(Sumber:
Puja, 2007)
2.3.2
Gangguan Kulit
Gangguan kulit yang umum dialami oleh hewan
khususnya anjing dapat dibedakan menjadi lima berdasarkan penyebabnya, yaitu:
2.3.2.1
Gangguan Kulit Akibat Faktor Infeksi
a. Bakteri
1. Pyoderma
Pyoderma memiliki arti kata
adanya pus (nanah) dalam kulit. Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi,
inflamasi atau kanker dan umum terjadi pada anjing. Pyoderma umumnya terjadi akibat
infeksi bakteri. Infeksi yang paling banyak terjadi umumnya di lapisan superfisial
kulit dan dapat terjadi akibat reaksi sekunder dari penyakit lain seperti
alergi dan parasit (Khan and Line, 2007).
2. Impetigo
Impetigo
adalah infeksi bakteri
pada kulit superfisial yang
tidak berambut, kemungkinan terkait dengan predisposisi penyakit
atau faktor lain, seperti
endoparasit, ektoparasit, gizi buruk atau lingkungan
yang kotor.
3. Bacterial
Pododermatitis
Bacterial
pododermatitis adalah infeksi dalam
oleh bakteri pada
kaki yang
merupakan akibat
sekunder dari beberapa faktor lain
seperti, parasit, jamur, endokrinopati, reaksi hipersentivitas, trauma, dan
reaksi autoimun.
4. Pyotraumatic Dermatitis
Pyotraumatic dermatitis bersifat akut dan infeksi bakteri ini
berkembang cepat
pada permukaan
kulit,
yang terjadi secara
sekunder dikarenakan trauma
yang dilakukan
sendiri secara sengaja.
b. Jamur
1. Ringworm
Ringworm atau dermathophytosis merupakan
istilah umum yang digunakan untuk infeksi jamur di lapisan epidermis, rambut,
dan kuku. Infeksi jamur pada anjing disebabkan oleh Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trichophyton
mentagrophytes.
2. Mallasseziasis Dermatitis
Malassezia pachydermatis adalah yeast yang umum ditemukan
dalam jumlah sedikit
di kanal eksternal telinga, daerah perioral,
daerah perianal, dan
kulit yang lembab. Penyakit kulit ini terjadi
pada anjing ketika
terjadi reaksi hipersensitivitas atau ketika kutaneus tumbuh lebih cepat.
3. Candidiasis
Candidiasis
adalah infeksi oportunistik kulit
yang diakibatkan
oleh pertumbuhan dari Candida
spp. yang
merupakan jamur
dimorfik yang merupakan flora
normal.
c. Virus
1. Canine
Distemper
Canine distemper disebabkan oleh Morbilivirus
dari famili Paramyxoviridae yang
memiliki hubungan dengan virus campak
dan virus rinderpest yang sering disebut dengan Canine Distemper Virus (CDV).
2.
Canine Papilloma
Canine papilloma
merupakan tumor jinak yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel epitel oleh DNA spesifik papillomavirus DNA. Onkogen virus menginduksi pertumbuhan sel epitel inang dan division
sehingga menyebabkan ketidakstabilan
kromosom dan mutasi.
d. Parasit
1. Canine Demodicosis
Canine demodicosis dibedakan menjadi
dua, yaitu:
I. Canine
Demodicosis
Local
Suatu infeksi yang terjadi ketika
Demodex canis yang merupakan
organisme normal pada kulit anjing. Demodikosis terjadi akibat faktor
predisposisi seperti endoparasit,
gizi buruk, dan
terapi obat imunosupresif.
II. Canine Demodicosis General
Infeksi ini merupakan penyakit
kulit yang umum
terjadi dan memiliki kecenderungan genetik dan dapat
disebabkan oleh tiga spesies tungau
Demodex yaitu, Demodex canis,
Demodex injai, dan
Demodex
cornei.
2. Canine Scabies
Canine scabies merupakan penyakit
yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei var canis. Tungau
mengeluarkan
substansi
alergi menimbulkan
reaksi hipersensivitas
yang menyebabkan pruritus intensif pada anjing.
3. Flea Dermatitis
Flea
dermatitis
merupakan suatu gangguan kulit yang disebabkan infestasi pinjal. Pinjal berukuran
kecil, bersayap
dan merupakan serangga penghisap darah.
Ctenocephalides
felis
adalah spesies yang paling
umum ditemukan
pada anjing dan kucing.
4. Tick Dermatitis
Tick
dermatitis
adalah dermatitis atau gangguan kulit yang diakibatkan infestasi caplak. Caplak
adalah parasit penghisap darah yang hidup menempel pada hewan dan manusia.
2.3.2.2
Gangguan Kulit Akibat Nutrisi
Gangguan
kulit akibat nutrisi dapat disebabkan karena
kekurangan nutrisi, kelebihan atau ketidakseimbangan nutrisi.
a. Defisiensi Lemak
Defisiensi lemak sering dialami
oleh anjing yang mengkonsumsi makanan kering, makanan dari pabrik yang disimpan
dengan buruk atau makanan buatan sendiri.
Defisiensi ini diakibatkan anjing mengkonsumsi dog food yang disimpan dalam jangka waktu lama karena selama
penyimpanan, lemak akan hilang.
b. Defisiensi Protein
Defisiensi protein dapat disebabkan
karena kelaparan, makanan anjing yang dibuat sendiri atau dog food dengan kandungan protein khusus atau rendah. Berbagai dog food komersial sesungguhnya sudah sangat
tinggi protein sehingga, defisiensi protein jarang terjadi.
c. Defisiensi Vitamin
1. Vitamin A
Vitamin ini berfungsi
untuk nutrisi kulit yang sehat dan sel epitel. Hiperkeratinisasi dari permukaan
epitel terjadi apabila mengalami defisiensi vitamin A.
2. Vitamin D
Vitamin D diproduksi di kulit dan
memiliki dampak yang besar dalam homeostasis kalsium. Kelebihan atau kekurangan
alami belum dilaporkan pada hewan.
3. Vitamin E
Vitamin E, selenium, dan asam
lemak memiliki hubungan yang seimbang. Defisiensi ini menyebabkan keratinisasi
awal, kulit berminyak dan inflamasi.
4. Vitamin B
Vitamin B kompleks dianggap
sebagai suatu kelompok karena kekurangan vitamin B tunggal sangat langka dan
sindrom klinis yang serupa.
d. Ketidakseimbangan Mineral
Zinc, tembaga, dan kalsium merupakan
tiga mineral yang mempengaruhi metabolisme yodium. Apabila terjadi defisiensi
salah satu mineral tersebut dapat terlihat gangguan pada kulit (Muller et al., 2001).
2.3.2.3
Gangguan Kulit Akibat Lingkungan
a. Fotodermatitis
Radiasi elektromagnetik terdiri
dari spektrum berlanjut
dengan panjang
gelombang bervariasi dari fraksi angstrom
hingga ribuan
meter.
b. Solar Dermatitis (Dermatitis Akibat Paparan Sinar Matahari)
Solar dermatitis
terjadi dari reaksi actinic
keratosis (solar
keratosis) yang menimbulkan reaksi nyeri pada kulit dengan daerah depigmented.
c. Luka
bakar
Luka bakar
dangkal dan dalam yang menyakitkan,
sering menyebabkan
jaringan parut dan merupakan
penyebab sepsis.
d. Frostbite
Frostbite adalah kondisi
umum pada hewan sehat setelah beradaptasi
dengan
dingin. Frostbite karena kontak yang
terlalu lama pada suhu dingin atau kontak dengan benda logam beku.
2.3.2.4
Gangguan Kulit Akibat Reaksi
Alergi dan Hipersensivitas
a. Atopic
Dermatitis
Atopic
dermatitis adalah
kecenderungan alergi terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk
sari (rumput, gulma, dan pohon), tungau, debu, dan alergen lingkungan lainnya.
b. Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis dibedakan
menjadi dua yaitu, Iritan Contact
Dermatitis (ICD) dan Allergi Contact
Dermatitis (ACD).
b. Alergi terhadap Makanan
Alergi terhadap konsumsi satu
atau lebih zat dalam makanan oleh hewan, intoleransi makanan yang melibatkan
reaksi metabolik.
2.3.2.5
Gangguan Kulit Akibat Gangguan
Endokrin dan Metabolisme
a.
Canine Hyperadrenocorticism
Spontaneous
Hyperadrenocorticism
(HAC) adalah gangguan yang
disebabkan
oleh produksi
kortisol berlebih.
b.
Hypothyroidism Alopecia
Hypothyroidism alopecia merupakan penurunan
produksi hormon tiroid (tetraiodothyronine-T4; triiodothyronine-T3)
oleh kelenjar tiroid.
c.
Noninflammatory
Alopecia
Gangguan yang
jarang terjadi
akibat pertumbuhan rambut yang abnormal. Gangguan ini memperlihatkan gejala
yang mirip dengan alopesia, namun hanya terjadi di bagian kepala dan ekstremitas
distal.
Anjing Kintamani Bali dan Penyakit Kulit yang Sering Menyerang
Reviewed by kangmaruf
on
11:45 PM
Rating:
No comments: