Anjing Kintamani Bali dan Penyakit Kulit yang Sering Menyerang


2.1 Anjing
Anjing merupakan salah satu mamalia karnivora yang memiliki berbagai peran dalam kehidupan manusia. Anjing diperkirakan telah menghuni bumi jutaan tahun yang lalu. Diduga bahwa anjing pertama kali hidup di Asia atau Eurasia, kemudian berpindah dari satu benua ke benua lain terutama ke Benua Amerika ketika daratan Eurasia belum terpisah dengan daratan Amerika. 

Bukti keberadaan anjing di Indonesia pada jaman dulu dapat dilihat di situs purbakala Gilimanuk, Provinsi Bali. Di tempat ini dapat ditemukan tulang belulang anjing selain penemuan tulang belulang manusia (Puja, 2011).

Anjing diperkirakan di daerah Timur Tengah merupakan tempat pertama kali proses domestikasi serigala. Dugaan tersebut didukung dengan penemuan arkeologi yang menunjukkan bahwa manusia bermigrasi ke Eropa pada masa Neolitikum (kurang lebih 8000 tahun yang lalu) (Puja, 2011).  

Menurut Budiana (2006), anjing telah didomestikasi dari serigala sejak 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Melalui proses domestikasi tersebut berkembanglah ratusan ras dengan berbagai variasi.

Anjing merupakan hewan yang menyenangkan untuk dijadikan teman karena merupakan hewan yang setia dan jujur. Kemampuan penciuman serta pendengaran yang baik sehingga dapat dimanfaatkan apabila dapat mendidiknya dengan baik (Dharmawan, 2009). 

Beberapa alasan orang memelihara anjing adalah sebagai teman, kesenangan, kebanggaan (prestige), dan tambahan aktivitas (Budiana, 2006).

Kebanyakan ahli cenderung memperkirakan Canis lupus merupakan nenek moyang anjing yang ada pada saat ini. Hal ini didasarkan atas berbagai kesamaan yang dimiliki anjing dengan serigala. 

Ciri mendasar yang menjadi persamaan yaitu, karakteristik ekornya, periode kebuntingan yang sama, memiliki sifat membatasi wilayah, hidup berkelompok, dan penyakit serta parasit yang dijumpai umumnya sama. Perbedaan yang mencolok antara anjing serigala terletak pada sifat yang liar dan galak dari serigala. Sedangkan, anjing yang telah didomestikasi mempunyai sifat yang jinak (Puja, 2011).

Klasifikasi ilmiah berdasarkan penjelasan dari Wikipedia Indonesia. (Dharmawan, 2009), yaitu:
Kingdom                 : Animalia
Subkingdom           : Eumetazoa
Phylum                    : Chordata
Subphylum              : Vertebrata
Class                       : Mamalia
Subclass                  : Theria
Ordo                       : Carnivora
Subordo                  : Caniformia
Subfamily               : Caninae
Tribe                        : Canini
Genus                      : Canis
Species                    : Canis lupus
Subspecies              : Canis lupus familiaris



2.2 Anjing Kintamani Bali
Anjing Kintamani Bali berasal dari daerah pegunungan dan hutan di daerah Bangli, Provinsi Bali. Anjing Kintamani Bali merupakan anjing lokal pegunungan yang hidup di sekitar Kintamani dan dahulu dikenal dengan sebutan anjing gembrong (Bahasa Bali). 

Habitat aslinya di daerah sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Anjing Kintamani Bali dikategorikan sebagai plasma nutfah Indonesia, yang sangat berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial. 

Anjing Kintamani Bali merupakan satu-satunya anjing asli Indonesia yang mempunyai penampilan menarik dan telah ditetapkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Perkin (Perkumpulan Kinologi Indonesia) pada tahun 2006 dan disahkan sebagai anjing ras pertama Indonesia oleh Asian Kennel Union (AKU) serta menjadi maskot fauna Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang merupakan suatu penghargaan yang tinggi untuk Anjing Kintamani Bali (Puja, 2007).

Anjing Kintamani Bali merupakan satu–satunya anjing kuno (ancient dog) yang berada di Bali khususnya di Kintamani. 

Ada anggapan Anjing Kintamani Bali merupakan persilangan antara anjing Chow-Chow yang berasal dari China dengan anjing lokal yang berada di Bali yang telah mengalami keragaman genetik (Puja et al., 2005). Catatan pasti tentang hubungan anjing Chow–Chow dengan Anjing Kintamani Bali tidak ada.

Kajian ilmiah telah dilakukan mengenai asal-usul Anjing Kintamani Bali dari kajian anatomi sampai kajian molekuler. Kajian penampilan anatomi yang dilakukan menyatakan satu kelompok anjing dikatakan sama dengan kelompok lain bila memiliki kemiripan. 

Perbandingan morfologi Anjing Kintamani Bali dengan anjing geladak telah dilakukan dan berdasarkan kajian anatomi tersebut Anjing Kintamani Bali tidak memiliki hubungan kerabat dengan anjing geladak. 

Kajian molekuler dilakukan dengan menekankan kontinuitas genetik Anjing Kintamani Bali. Kajian ini telah dipublikasikan dalam Journal Heredity  yang diterbitkan tahun 2005 di Amerika Serikat yang ditulis oleh Puja et al. yang membandingkan konstitusi gen Anjing Kintamani Bali dengan 18 ras anjing lainnya. 

Hasil kajian tersebut menyatakan Anjing Kintamani Bali berasal dari anjing geladak yang mengalami evolusi yang mengakibatkan hilangnya keragaman genetik (Puja, 2007).

Anjing Kintamani Bali berpenampilan menarik dengan ukuran kecil sampai sedang. Tinggi Anjing Kintamani Bali jantan rata–rata 51,25 cm dengan berat badan rata–rata 15,09 kg. Ukuran tinggi anjing betina rata–rata 44,65 cm dengan berat badan rata–rata 13,24 kg (Puja, 2011). 

Anjing Kintamani Bali memiliki bentuk tubuh yang atletis, rambut indah, tebal, dan panjang utamanya di daerah pundak, ekor, dan kaki belakang bagian belakang. Warna rambut Anjing Kintamani Bali adalah putih, hitam, coklat, dan campuran ketiganya. 

Terdapat 6 tipe rambut pada anjing. Tipe rambut Anjing Kintamani Bali antara bantle wavy sampai fine wavy. Bantle wavy adalah rambut halus yang lebih pendek serta lebih halus dibandingkan wavy hair dan paling banyak ditemukan di bawah wavy bristle hair. Fine wavy merupakan rambut yang lebih halus bergelombang kecil dan ditemukan di bawah rambut-rambut lain (Puja, 2007).

Telinga Anjing Kintamani Bali berdiri tegak dan berbentuk segitiga dengan kekhasan pada ujungnya berwarna kemerahan. Ukuran kepala Anjing Kintamani Bali sangat proposional dengan ukuran tubuh dengan dahi yang lebar tanpa kerutan. Badan lurus dan kuat dengan rambut ekor tebal dan berbentuk bulan sabit (Puja, 2011).

Anjing Kintamani Bali termasuk anjing yang pintar sehingga mudah untuk dilatih. Anjing Kintamani Bali memiliki indera penciuman yang tajam, kemampuan berenang yang baik dan dapat berlari dengan cepat. 

Anjing Kintamani Bali sangat baik dijadikan anjing ketangkasan (agility). Sifat Anjing Kintamani Bali tidak galak serta sangat loyal dengan pemiliknya sehingga juga sangat baik dijadikan anjing sahabat (companion) (Puja, 2011).

2.2.1 Standarisasi Anjing Kintamani Bali
Di dunia dikenal ada tiga badan otoritas yang mengatur tentang masalah anjing yaitu, Federation Cynologique Internationale (FCI), American Kennel Club (AKC) dan The Kennel Club. Masing–masing badan tersebut mengelompokkan anjing berdasarkan ketentuan yang dibuatnya sendiri. 

Menurut FCI, anjing dikelompokkan menjadi 10 grup. Masing–masing grup tersebut dikelompokkan kembali menjadi subgroup (section). Pembagian ini didasarkan pada penampilan secara umum dan kegunaan anjing tersebut (Puja, 2011).

Sejak tahun 1980-an Anjing Kintamani Bali mendapat perhatian dan pada tahun 2006, Anjing Kintamani Bali ditetapkan oleh Perkin sebagai anjing ras pertama asli Indonesia. 

Berdasarkan buku “Anjing Kintamani Maskot Fauna Kabupaten Bangli” penetapan ini disertai dengan penetapan standar ras Anjing Kintamani Bali yang terdiri dari 15 butir, yaitu:

1.                  Klasifikasi FCI
Anjing Kintamani Bali berdasarkan pengelompokkan FCI berada pada Grup 5 yaitu, Spitz and Primitive Types (Spitz dan tipe primitif) dan pada Subgrup 5 (Asian Spitz dan Related Breeds).

Spitz adalah sebutan untuk berbagai jenis anjing yang memiliki ciri khas bulu tebal dan panjang serta daun telinga kecil dan berdiri. Dalam Bahasa Jerman spitz berarti runcing atau tajam. Penampilan anjing pada grup ini juga cantik sehingga orang menangkar dan menjadikannya sebagai anjing peliharaan (Puja, 2011).

2.                  Asal–Usul
Anjing Kintamani Bali berasal dari Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.

3.        Kegunaan atau Manfaat
Anjing Kintamani Bali digunakan oleh masyarakat sebagai anjing sahabat (companion dog).

4.        Penampilan Umum
Anjing Kintamani Bali merupakan anjing yang berukuran sedang dengan proporsi anatomi yang kompak dan berpenampilan cantik. Rambut panjang, indah dan tebal, memiliki bulu badong dan bulu gumba yang panjang.

Bulu Badong adalah kata yang berasal dari Bahasa Bali yang berarti rambut yang lebih panjang pada bagian belakang telinga, dan seputar leher. 

Bulu Gumba adalah kata yang berasal dari Bahasa Bali yang berarti rambut yang lebih panjang pada bagian pundak dan memanjang terus sampai ke belakang badan.

5.        Karakter atau Temperamen
Anjing Kintamani Bali merupakan anjing dengan kepribadian baik, cerdas, mudah dilatih, tangkas, dan pemberani. Memiliki sifat yang waspada, setia pada pemiliknya, dan memiliki insting yang kuat.

6.        Kepala
Kepala Anjing Kintamani Bali termasuk pada kategori kepala bersih (head clean), kepala bagian atas lebar, dahi, dan pipi datar dengan rahang besar dan kuat yang sesuai dengan ukuran kepala. 

Bagian tengkorak Anjing Kintamani Bali dilihat dari atas hampir berbentuk segitiga dengan panjang moncong setengah dari panjang kepala dan terdapat sedikit lekukan di bagian tengah.

Hidung agak lebar dan berkembang dengan baik berwarna hitam atau coklat tua. Warna hidung dapat berubah lebih pucat sesuai dengan bertambahnya usia.

Anjing Kintamani Bali memiliki gigi gunting dengan jumlah gigi di rahang atas 20 dan di rahang bawah 22. Bibir berwarna coklat kehitaman dengan lidah berbintik biru atau kebiruan seluruhnya. 

Mata berukuran sedang dan berbentuk oval. Warna mata hitam dan coklat dengan bulu mata berwarna putih. Telinga Anjing Kintamani Bali kuat dan tebal, berdiri tegak dengan daun telinga menghadap ke depan, berbentuk huruf V terbalik dengan ujung agak membulat.






Gambar 1. Proporsi Penting Anjing Kintamani Bali

(Sumber: Perkin, 2014)
7.        Leher
Anjing Kintamani Bali memiliki leher kuat dengan panjang  sedang, sistem muskulus kuat, dan terbentuk dengan baik serta rambut tersusun dua lapis dan tebal.

8.        Badan
Perbandingan tinggi dan panjang badan Anjing Kintamani Bali adalah 9:10. Anjing Kintamani Bali memiliki punggung yang lurus dengan dada lebar dan tulang dada yang mencapai siku pada kaki depan.  Rusuk dari Anjing Kintamani Bali berbentuk oval.





Gambar 2. Standarisasi Bagian Wajah dan Badan
(Sumber: Perkin, 2014)

9.        Ekor
Ekor berdiri, berambut tebal, melingkar ke depan ke bagian tengah ke ujung, melingkar sedikit ke luar menyerupai ekor tupai.

10.              Kaki
Kaki depan lurus dan sejajar, jari–jari kuat, dan dapat mencengkram. Kaki belakang terlihat dari belakang sejajar dan dilihat dari samping agak lurus dengan sedikit adanya angulasi.

11.              Langkah dan Pergerakan
Langkah dan pergerakan Anjing Kintamani Bali lincah dan ringan.

12.                Kulit
Kulit Anjing Kintamani Bali berpigmen, coklat kehitaman pada daerah hidung, kelopak mata, skrotum, anus, palatum, bibir, dan telapak kaki.

13.    Rambut
Rambut Anjing Kintamani Bali terdiri dari warna putih spesifik, hitam, coklat, dan anggrek. Ekornya lebat dengan rambut bagian luar yang lebih panjang yang mengelilingi leher disebut “Badong”, membentuk rambut-rambut mewah seperti kerah baju pada leher. Rambut bagian luar yang lebih panjang, yang rambutnya terletak mulai dari pada pundak dan terus memanjang sampai ke bagian belakang badan disebut “Bulu Gumba”. “Badong” dan “Bulu Gumba” lebih terlihat pada anjing jantan daripada anjing betina.

14.              Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi badan anjing jantan adalah  45-55 cm pada pundak dengan berat badan ideal adalah 15 kg-17 kg. Tinggi badan anjing betina adalah 40-50 cm pada pundak dengan berat badan ideal adalah 13 kg-15 kg.

15.              Kesalahan Fatal
Setiap ketidaksesuaian dari butir-butir di atas harus dianggap kesalahan dan tingkat kesalahannya harus disesuaikan dengan tingkat ketidaksesuaiannya. Kesalahan fatal yaitu, ukuran badan kurang dari 40 cm atau melebihi 57 cm.





Gambar 3. Anjing Kintamani Bali
(Sumber: Puja, 2007)

2.3.2        Gangguan Kulit
Gangguan kulit yang umum dialami oleh hewan khususnya anjing dapat dibedakan menjadi lima berdasarkan penyebabnya, yaitu:
2.3.2.1 Gangguan Kulit Akibat Faktor Infeksi
a.    Bakteri
1.    Pyoderma
Pyoderma memiliki arti kata adanya pus (nanah) dalam kulit. Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, inflamasi atau kanker dan umum terjadi pada anjing. Pyoderma umumnya terjadi akibat infeksi bakteri. Infeksi yang paling banyak terjadi umumnya di lapisan superfisial kulit dan dapat terjadi akibat reaksi sekunder dari penyakit lain seperti alergi dan parasit (Khan and Line, 2007).

2.    Impetigo
Impetigo adalah infeksi bakteri pada kulit superfisial yang tidak berambut, kemungkinan terkait dengan predisposisi penyakit atau faktor lain, seperti endoparasit, ektoparasit, gizi buruk atau lingkungan yang kotor. 

3.    Bacterial Pododermatitis
Bacterial pododermatitis adalah infeksi dalam oleh bakteri pada kaki yang merupakan akibat sekunder dari beberapa faktor lain seperti, parasit, jamur, endokrinopati, reaksi hipersentivitas, trauma, dan reaksi autoimun. 

4.    Pyotraumatic Dermatitis
Pyotraumatic dermatitis bersifat akut dan infeksi bakteri ini berkembang cepat pada permukaan kulit, yang terjadi secara sekunder dikarenakan trauma yang dilakukan sendiri secara sengaja.

b.    Jamur
1.    Ringworm
Ringworm atau dermathophytosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk infeksi jamur di lapisan epidermis, rambut, dan kuku. Infeksi jamur pada anjing disebabkan oleh Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trichophyton mentagrophytes

2.    Mallasseziasis Dermatitis
Malassezia pachydermatis adalah yeast yang umum ditemukan dalam jumlah sedikit di kanal eksternal telinga, daerah perioral, daerah perianal, dan kulit yang lembab. Penyakit kulit ini terjadi pada anjing ketika terjadi reaksi hipersensitivitas atau ketika kutaneus tumbuh lebih cepat. 

3.    Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi oportunistik kulit yang diakibatkan oleh pertumbuhan dari Candida spp. yang merupakan jamur dimorfik yang merupakan flora normal. 

c.    Virus
1.    Canine Distemper
Canine distemper disebabkan oleh Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae yang memiliki hubungan dengan virus campak dan virus rinderpest yang sering disebut dengan Canine Distemper Virus (CDV). 

2.    Canine Papilloma
Canine papilloma merupakan tumor jinak yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel epitel oleh DNA spesifik papillomavirus DNA. Onkogen virus menginduksi pertumbuhan sel epitel inang dan division sehingga menyebabkan ketidakstabilan kromosom dan mutasi. 

d. Parasit
1. Canine Demodicosis
     Canine demodicosis dibedakan menjadi dua, yaitu:
                        I.     Canine Demodicosis Local
Suatu infeksi yang terjadi ketika Demodex canis yang merupakan organisme normal pada kulit anjing. Demodikosis terjadi akibat faktor predisposisi seperti endoparasit, gizi buruk, dan terapi obat imunosupresif. 

                     II.     Canine Demodicosis General
Infeksi ini merupakan penyakit kulit yang umum terjadi dan memiliki kecenderungan genetik dan dapat disebabkan oleh tiga spesies tungau Demodex yaitu, Demodex canis, Demodex injai, dan Demodex cornei

2. Canine Scabies
Canine scabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var canis. Tungau mengeluarkan substansi alergi menimbulkan reaksi hipersensivitas yang menyebabkan pruritus intensif pada anjing

3. Flea Dermatitis
Flea dermatitis merupakan suatu gangguan kulit yang disebabkan infestasi pinjal. Pinjal berukuran kecil, bersayap dan merupakan serangga penghisap darah. Ctenocephalides felis adalah spesies yang paling umum ditemukan pada  anjing dan kucing. 

4. Tick Dermatitis
Tick dermatitis adalah dermatitis atau gangguan kulit yang diakibatkan infestasi caplak. Caplak adalah parasit penghisap darah yang hidup menempel pada hewan dan manusia. 

2.3.2.2            Gangguan Kulit Akibat Nutrisi
      Gangguan kulit akibat nutrisi dapat disebabkan karena kekurangan nutrisi, kelebihan atau ketidakseimbangan nutrisi. 
a.    Defisiensi Lemak
Defisiensi lemak sering dialami oleh anjing yang mengkonsumsi makanan kering, makanan dari pabrik yang disimpan dengan buruk atau makanan buatan sendiri.  Defisiensi ini diakibatkan anjing mengkonsumsi dog food yang disimpan dalam jangka waktu lama karena selama penyimpanan, lemak akan hilang. 

b.    Defisiensi Protein
Defisiensi protein dapat disebabkan karena kelaparan, makanan anjing yang dibuat sendiri atau dog food dengan kandungan protein khusus atau rendah. Berbagai dog food komersial sesungguhnya sudah sangat tinggi protein sehingga, defisiensi protein jarang terjadi. 

c.    Defisiensi Vitamin
1.    Vitamin A
Vitamin ini berfungsi untuk nutrisi kulit yang sehat dan sel epitel. Hiperkeratinisasi dari permukaan epitel terjadi apabila mengalami defisiensi vitamin A. 

2.    Vitamin D
Vitamin D diproduksi di kulit dan memiliki dampak yang besar dalam homeostasis kalsium. Kelebihan atau kekurangan alami belum dilaporkan pada hewan. 

3.    Vitamin E
Vitamin E, selenium, dan asam lemak memiliki hubungan yang seimbang. Defisiensi ini menyebabkan keratinisasi awal, kulit berminyak dan inflamasi. 

4.    Vitamin B
Vitamin B kompleks dianggap sebagai suatu kelompok karena kekurangan vitamin B tunggal sangat langka dan sindrom klinis yang serupa. 

d.   Ketidakseimbangan Mineral
Zinc, tembaga, dan kalsium merupakan tiga mineral yang mempengaruhi metabolisme yodium. Apabila terjadi defisiensi salah satu mineral tersebut dapat terlihat gangguan pada kulit (Muller et al., 2001). 
2.3.2.3            Gangguan Kulit Akibat Lingkungan
a.    Fotodermatitis
Radiasi elektromagnetik terdiri dari spektrum berlanjut dengan panjang gelombang bervariasi dari fraksi angstrom hingga ribuan meter. 

b.    Solar Dermatitis  (Dermatitis Akibat Paparan Sinar Matahari)
Solar dermatitis terjadi dari reaksi actinic keratosis (solar keratosis) yang menimbulkan reaksi nyeri pada kulit dengan daerah depigmented. 

c.    Luka bakar
Luka bakar dangkal dan dalam yang menyakitkan, sering menyebabkan jaringan parut dan merupakan penyebab sepsis. 

d.   Frostbite
Frostbite adalah kondisi umum pada hewan sehat setelah beradaptasi dengan dingin. Frostbite karena kontak yang terlalu lama pada suhu dingin atau kontak dengan benda logam beku. 

2.3.2.4            Gangguan Kulit Akibat Reaksi Alergi dan Hipersensivitas
a.    Atopic Dermatitis
Atopic dermatitis adalah kecenderungan alergi terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari (rumput, gulma, dan pohon), tungau, debu, dan alergen lingkungan lainnya. 

b. Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis dibedakan menjadi dua yaitu, Iritan Contact Dermatitis (ICD) dan Allergi Contact Dermatitis (ACD). 

b.    Alergi terhadap Makanan
Alergi terhadap konsumsi satu atau lebih zat dalam makanan oleh hewan, intoleransi makanan yang melibatkan reaksi metabolik. 

2.3.2.5            Gangguan Kulit Akibat Gangguan Endokrin dan Metabolisme
a.    Canine Hyperadrenocorticism
Spontaneous Hyperadrenocorticism (HAC) adalah gangguan yang disebabkan oleh produksi kortisol berlebih. 

b.    Hypothyroidism Alopecia
Hypothyroidism alopecia merupakan penurunan produksi hormon tiroid (tetraiodothyronine-T4; triiodothyronine-T3) oleh kelenjar tiroid

c.    Noninflammatory Alopecia
Gangguan yang jarang terjadi akibat pertumbuhan rambut yang abnormal. Gangguan ini memperlihatkan gejala yang mirip dengan alopesia, namun hanya terjadi di bagian kepala dan ekstremitas distal. 
Anjing Kintamani Bali dan Penyakit Kulit yang Sering Menyerang Anjing Kintamani Bali dan Penyakit Kulit yang Sering Menyerang Reviewed by kangmaruf on 11:45 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.