Mikotoksin dan Penanganannya

Mikotoksin adalah metabolisme sekuder (hasil samping) yang diproduksi oleh jamur yang menempel pada produk-produk pertanian sebelum atau sesudah panen, selama penyimpanan, atau saat transportasi.

Namun perlu diketahui bahwa keberadaan jamur tidak berarti bahwa ada toksin,oleh karena itu keberadaan mikotoksin harus diuji dengan cara kimiawi. Penting kiranya untuk mengetahui ada tidaknya mikotoksin dalam pakan, namun secara ekonomis pengujian ini cukup mahal.

Pertumbuhan jamur dan produksi mikotoksin dipengaruhi oleh keadaan lingkungan/faktor luar.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah aktifitas air, dan pH, sedangkan produk mikotoksin dipengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban, ketersediaan oksigen, kerusakan bahan pakan, kondisi penyimpanan atau penanganan setelah panen.

Tingkat toksisitas masing- masing mikotoksin berbeda-beda terhadap ternak tergantung dari breed, jenis kelamin, umur ternak. Diperkirakan hampir 25% produk komuditi pakan didunia terkontaminasi mikotoksin. Mikotoksin banyak dijumpai di bahan-bahan pakan, sepeti jagung, shorgum, gandum, jawawut, kacang tanah dan yang lainnya.


Mikotoksin pada Pakan dan Penanganannya
jamur penyebab mikotoksin (aspergillus sp.)


Mikotoksin pada Pakan dan Penanganannya


Riset pertamakali mengenai mikotoksin adalah tahun 1961 saat kelompok mikotoksin diisolasi dan diuraikan yang terdiri dari aflatoksin kemudian dianjutkan dengan penemuan tahun ochratoksin ditahun 1965. 

Para ilmuwan memperkirakan kurang lebih ada 300 hingga 400 jenis mikotoksin yang ada dan untuk mengidentifikasi jenis mikotoksin ini perlu ada tehnik isolasi yang baru. Adapun mikotoksin yang utama adalah : Aflatoksin, ochratoksin, fuminosin, deoxynivalenol, zearalenon dan T2 toksin. Empat jenis mikotoksin ini dikelompokkan kedalam trichothecenes yang  merupakan toksin yang diproduksi oleh jamur jenis Fusarium. 

Masing-masing mikotoksin ini mempunyai struktur kimia dan biologi, jenis mikotoksin berdasarkan penyebabnya terhadap inang, diantaranya : 

  1. Penyebab carcinogenic (seperti :aflatoksin B1, ochratoksin A dan fumonisin B1)
  2. Penyebab oestrogenic (zearalenone)
  3. Penyebab neurotoksin (fumonisin B1)
  4. Penyebab neprotoksik (ochratoksin)
  5. Penyebab dermatotoksik (trichothecenes)
  6. Penyebab imunosupresive (aflatoksin B1, ochratoksin A dan T-2 toksin)

Aflatoksin dapat mempengaruhi semua unggas. Kadar aflatoksin yang tinggi dapat menyebabkan kematian. Unggas muda terutama pada kalkun dan itik sangat peka terhadap aflatoksin ini. 

Pada umumnya aflatoksin dalam pakan tidak boleh lebih dari 20 ppb. Namun level aflatoksin dibawah 20 ppb pun dapat menurunkan resistensi terhadap penyakit, menurunkan kemampuan untuk bertahan saat keadaan stres dengan jalan menghambat sistem kekebalan tubuh.

Ayam petelur lebih tahan terhadap keberadaan aflatoksin yakni kurang dari 50 ppb. Keberadaan aflatoksin ini dapat mengurangi ukuran telur dan juga dapat menurunkan produksi telur. Karena itu harus diperhatikan agar pakan tidak terkontaminasi jamur, terutama jagung yang kemungkinan adanya aflatoksin itu besar. 

Pada perunggasan komersil kombinasi antara aflatoksin level rendah dangan stres dapat mempengaruhi produksi.

Pencegahan dan penanganan mikotoksin

Kontrol terhadap mikotoksin sangat penting dilakukan terutama bagi produsen peternakan dan pabrik pakan. Kontrol terhadap timbulnya jamur dapat dilakukan dengan menjaga kadar air di dalam pakan rendah, menjaga pakan selalu segar serta menjaga peralatan agar tetap bersih. 

Biji-bijian yang telah dikeringkan harus disimpan di tempat yang kering dimana kadar airnya kurang dari 14 % untuk mrncegah tumbuhnya jamur.Aliran udara atau venttilasi yang baik pada tempat penyimpanan pakan (biji-bijian) Penting untuk mengurangi kadar air dan menjaga agar bahan pakan tetap kering.

Mikotoksin pada Pakan dan Penanganannya
Contoh jagung yang baik (kiri) dan yang sudah ditumbuhi jamur (kanan)

Mikotoksin pada Pakan dan Penanganannya
Jagung yang mengalami pertumbuhan jamur

Kontrol kadar air

Kandungan air dalam pakan menjadi salah satu faktor utama akan berkembang nya jamur. Air yang terkandung didalam pakan didapat dari 3 sumber yaitu :

  1. Kandungan pakannya.
  2. Proses pakan di pabrik
  3. Tempat dimana pakan disimpan
Untuk mengendalikan kandungan kadar air maka ketiga faktor tersebut diatas harus diperhatikan

Jagung dan jenis biji-bijian lain merupakan bahan pakan yang tinggi kadar air dan sumber timbulnya jamur dalam pakan.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah kontrol kadar air agar kadar airnya selalu rendah. Semua pakan mengandung kadar air tertentu , maka kadar air tersebut harus dimonitor dan dikontrol.

Umumnya pada biji-bijian jarang timbul jamur, namun jika kondisinya memungkinkan maka jamur juga bisa tumbuh Biji-bijian yang ditumpuk maksimal kadar airnya adalah 15 %. 

Biji-bijian dengan kadar air yag tinggi memungkinkan tumbuhnya jamur akan tingi pula. Banyaknya jamur yang tumbuh pada biji-bijian yang pecah lima kali lebih banyak dibandingkan pada biji-bijian yang masih utuh.

Proses penggilingan bahan pakan digunakan mesin penggiling untuk membantu pencampuran. Proses penggilingan menjadi pecahan ini menimbulkan panas.Jika tidak dikontrol, maka temperatur akan meningkat lebih dari 10 oF sehingga akan timbul titik-titik air. 

Titik-titik air ini menunjang tumbuhnya jamur. Hal ini juga dapat terjadi terutama jika udara dingin. sehingga perbedaan suhu ini menyebabkan air akan berkondensasi di bagian dinding tempat peggilingan. 

Disarankan sintem penggilingan (hummer milk) disertai dengan menggunakan sirkulasi udara /ventilasi yang dapat menurunkan / mengurangi panas pada produk pakan dan mengurangi timbulnya titik-titik air.

Proses pelleting pakan menggunakan uap air dengan penambahan panas dan penambahan air 3-5% dengan tekanan tertentu. 

Kemudian pellet tersebut didinginkan untuk menghilangkan panas dan mengurangi kandungan air. Jika proses pelleting dilakukan dengan tepat, maka kelebihan air dapat dikurangi. Namun jika kelebihan air ini tidak dapat dikurangi maka saat pendinginan pellet, dapat menumbuhkan jamur.

Saat pendinginan pada proses pelleting,pellet yang masih panas yang keudian ditempatkan pada tempat yag dingin akan menyebabkan kondensasi pada bagian dinding. Hal ini perlu diperhatikan dengan baik, karena jika proses pelleting lambat, maka resiko timbulnya jamur juga akan tinggi.

Kondisi lingkungan tempat menyimpan pakan

Untuk mengontrol pertumbuhan jamur, sumber timbulnya air dari tempat penampungan pakan dan peralatan penyimpanan perlu dihindari. Sumber air ini dapat timbul karena kebocoran tempat penyimpanan, bagian atap gudang atau atap tempat pengilingan. Timbulnya air pada pakan seringkali dilewatkan.

Pada sistem perkandangan close house banyak dilakukan dengan memberikan rasa dingin yang menyebabkan kondisi lingkungan lebih lembab. Kelembaban pada sistem perkandangan ini harus dikontrol dengan sistem ventilasi yang cukup.



Kontrol agar pakan tetap segar

Sebaiknya pakan yang diberikan ke ternak masih dalam keadaan segar.Pakan seharusnya dikonsumsi habis maksimal dalam waktu 10 hari setelah pengiriman.

Hal yang perlu dilakukan adalah mengatur sistem pengiriman pakan untuk memastikan bahwa pakan tersebut harus habis.

Selain itu pemberian pakan sebaiknya diberikan secara bertahap.Ternak umumnya akan memakan pakan yang ada dibagian atas sedangkan pakan yang ada dibagian bawah telewatkan sehingga kemungkinan jamur bisa tumbuh. 

Untuk mencegah masalah ini, seharusnya pakan ditempat pakan dihabiskan sebelum datang pakan yang baru.Prinsip pengeluaran dari gudang juga sama yang biasa disebut dengan “all in all aut” 

Kebersihan peralatan

Saat pakan dikirim ke farm, dimungkinkan terjadi kontak dengan pakan yang lama yang masih tertinggal pada saat penyimpanan pakan atau pengiriman pakan.pakan lama tersebut seringkali terdapat jamurnya dan jika kontak dengan pakan baru maka kesempatan jamur untuk tumbuh dan membentuk mikotoksin akan meningkat. Untuk mencegahnya, sisa pakan lama sebaiknya dibersihkan dahulu dari peralatan tersebut.

Penghambat Tumbuhnya jamur (Mold inhibitor)

Penggunaan bahan kimia penghambat tumbuhnya jamur merupakan salah satu cara yang baik digunakan dalam industri pakan. Tipe mold inhibitor utama antara lain adalah :
  1. Asam organik atau kombinasi beberapa asam-asam organik (Propionat, sorbat, benzoat, dan asam asetat)
  2. Garam dari asam organik (contohnya : kalsium Propionat dan potasium sorbat)
  3. Tembaga sulfat . Bahan-bahan kimia ini baik bentuk padat ataupun cair cara kerjanya sama dan menyebar rata keseluruh paka. Umumnya bentuk asam lebih efektif dibanding bentuk yang lainnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan dari jamur, Mold inhibitor (penghambat jamur) efektif jika inhibitor ini didistribusikan secara merata keseluruh bagian pakan, yang berarti keseluruhan permukaan partikel pakan berkontak langsung dengan inhibitor ini seharusnya juga menembus partikel pakan sehingga bagaian dalam jamur dapat dihambat.ukuran partikel dari mold nhibitor ini seharusnya lebih kecil dari partikel pakan.

Efek kandungan bahan-bahan pakan

Bahan pakan tertentu juga dapat mempengaruhi mold inhibitor,protein atau suplementasi mineral (sebagai contoh  tepung by produk unggas, tepung ikan, bungkil kedelai dan tepung batu) akan menurunkan efektifitas dari asam propionat.

Bahan-bahan tersebut dapat menetralkan asam-asam bebas dan mengubahnya menjadi garam, sehingga menjadi kurang aktif sebagai inhibitor.Pakan lemak cendrung meningkatkan aktifitas asam-asam organik, dengan jalan meningkatkan penetrasi (penembusan) ke dalam partikel pakan.

Mold inhibitor yang digunakan dalam konsentrasi yang direkomendasikan, akan menghasilkan pakan yang bebas jamur, jika menginginkan pakan yang bebas jamur dalam jangka waktu yang lam,maka konsentrasi inhibitor arus tinggi. Konsentrasi inhibitor mulai menurun
Mikotoksin dan Penanganannya Mikotoksin dan Penanganannya Reviewed by kangmaruf on 12:16 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.