Defisiensi Vitamin Pada Hewan


TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Defisiensi Vitamin
Defisiensi adalah kekurangan suatu zat. Sedangkan, vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. 

Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Jadi, defisiensi vitamin adalah kekurangan salah satu atau lebih vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sebanyak 13 macam vitamin yang dibutuhkan oleh ayam dikelompokkan dalam vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K, sedangkan vitamin larut air meliputi thiamin (B1), riboflavin (B2), nicotiniamide (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B7), asam folat (B9), sianokobalamin (B12) dan dan Vitamin C. 

Semua vitamin tersebut sangat penting bagi ayam dan harus tercukupi kebutuhannya agar ayam bisa tumbuh dan berproduksi. Sebutir telur yang normal mengandung ketersediaan vitamin yang cukup dan hal inilah yang menjadi alasan bahwa telur sangat baik sebagai sumber vitamin bagi pangan manusia.

Berdasarkan kelarutannya vitamin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1.      Vitamin yang larut dalam air meliputi :
v  Vitamin B kompleks antara lain Tiamin ( vit.B1), ribovlavin ( vit. B2 ), kobalamin (vit. B12 ) asam panthotenat (vit. B5) asam folat, niasin dan piridoksin (vit. B6). Kelompok Vitamin B adalah esensial untuk non ruminansia sedngakan pada hewan non ruminansia tidak esensial karena dapat mensintesis dalam rumennya.

v  Vitamin C ( asam karbonat )

2.      Vitamin yang larut dalam lemak meliputi :
v  Vitamin A
v  Vitamin D
v  Vitamin E
v  Vitamin K

B.     Defisiensi Vitamin Larut Dalam Air
1.      Vitamin B1 ( Thiamin )

Vitamin B1 banyak terdapat pada bagian luar biji-bijian atau biji padi-padian. Vitamin B1 juga banyak ditemukan pada produk ragi,daging babi, ikan dan susu. Thiamin dibutuhkan oleh unggas untuk metabolisme karbohidrat. 

Defisiensi vitamin B1 ini mengakibatkan polyneuritis yang menimbulkan kelumpuhan dan berakhir dengan kematian ayam. 

Defisiensi vitamin tersebut dapat saja terjadi pada bahan baku ransum yang berjamur dan berbau apek (karena terjadi oksidasi kandungan lemak/minyak). Vitamin B1 mudah terurai pada suhu tinggi dan pada keadaan alkalis. Sehingga makanan ayam yang mengandung garam-garam alkalis akan cepat kehilangan vitamin B1 nya.

Gejala yang terlihat akibat kekurangan vitamin ini antara lain anoreksia (kehilangan nafsu makan), diikuti oleh penurunan berat badan, bulu berdiri, kaki lemah dan langkah kaki tidak teratur. 

Ayam dewasa kerap kali menunjukkan jengger yang berwarna biru. Jika defisiensi berlangsung lebih lanjut, maka akan terlihat adanya paralisis pada otot yang diawali dengan menekuknya jari, kemudian diikuti oleh paralisis otot ekstensor pada kaki, sayap. dan leher. 

Ayam akan segera kehilangan kemampuan untuk berdiri atau hanya duduk tegak dan jatuh ke lantai dan terbaring dengan kepala yang meregang. Ayam yang menderita defisiensi vitamin B1 dapat mengalami penurunan temperatur tubuh sampai 35,6° C.


2.          Vitamin B2 ( ribovlavin )
Kebutuhan pada ternak ayam :
Layer               : 3,6 mg/kg ransum pada umur 0-6 minggu
                          1,8 mg/kg ransum pada umur 6-20 minggu
                          2,2 mg/kg ransum masa layer
                          3,8 mg/kg ransum pada breeding

Broiler             : rata-rata 3,6 mg/kg

Itik                   : 4,0 mg/kg ransum

Burung puyuh : 4,0 mg/kg ransum

Babi                 : 3 mg/kg ransum


Gambar 1.
Ayam mengalami curly-toe paralysis akibat defisiensi vitamin B2
(Sumber :
www.thepoultrysite.com)

Gambar 2.


Gejala defisiensi vitamin B2 diantaranya terjadi curly-toe paralysis, pertumbuhan lambat dan penurunan jumlah produksi telur. 

Sumber dari vitamin B2 (riboflavin) adalah keju, susu, telur, sayur-sayuran segar daging dan leguminosa. Gejala defisiensi riboflavin diantaranya pertumbuhan terganggu ( vitamin ini esensial untuk non ruminansia, dan ruminansia umur < 4 minggu), bentuk abnormal dari fetus, penetesan telur terganggu, bisa terjadi kematian atau kekerdilan anak ayam. 

Pada tikus defisiensi B2 dapat menimbulkan kuliat bersisik, mata katarak, rambut rontok, gangguan pencernaan, lesi syaraf, paralisis kaki belakang, lemah dan kematian, pada ayam terjadi paralysis jempol kaki.

Suatu penyakit pada anak-anak ayam dan kadang kala pada anak-anak kalkun, akibat kekurangan riboflavin dalam ransum. Ayam yang terserang tidak dapat berjalan; bila dipaksa maka ayam berjalan pada siku-sikunya dengan jari-jari kaki dibengkokkan ke dalam. 

Sayap tergantung ke bawah, otot kaki lemah dan kulit kering adalah gejala-gejala lain yang dapat dijumpai pada defisiensi riboflavin. Pertumbuhan ayam lambat.

3.      Vitamin B3 (niasin)
Sumber niasin adalah protein yang mengandung banyak triptopan seperti daging, buah-buahan, yang mengandung asam nikotinat, susu, dan sayuran berdaun. Kebutuhan niasin itu sendiri pada babi dan unggas berbeda. 

Pada babi misalnya babi dengan berat badan 5-10 kg membutuhkan 22 mg/kg ransum sama dengan babi yang sedang bunting. Babi dengan berat badan 10-2 kg membutuhkan 18 mg/kg ransum. Sedangkan pada ayam, broiler diperkirakan 27 mg/kg ransum dan pada ayam layer itu sendiri membutuhkan sekitar 10 mg/kg ransum.

Hewan dapat mengubah asam amino triptopan menjadi nikotinat, walaupun hasilnya tidak baik. Karena itu defisiensi vitamin ini terjadi bila dalam makanan tidak terdapat nikotinat dan triptopan. 

Banyak bahan pakan ayam rendah akan kandungan vitamin ini. Menurut  Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, M.sc, Ph.D defisiensi vitamin niasin ini gejala utamanya yaitu pada anak ayam, kalkun, dan itik adalah pembesaran persendian tarsometatarso dan kaki yang membengkok (mirip perosis). 

Gejala lainnya yaitu bisa menyebabkan pertumbuhan terhambat, tulang bengkok, pertumbuhan bulu tidak teratur, peradangan pada lidah (mulut) dan lubang hidung serta diare.

4.      Vitamin B6 ( piridoksin )
Vitamin B6 (Piridoksin) meliputi grup terdiri atas tiga senyawa yang berhubungan berdekatan, yaitu: piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin merupakan komponen terbesar dalam produk-produk berasal tumbuh-tumbuhan. 

Piridoksal fosfat dan untuk sebagian kecil piridoksamin, berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi metabolisme asam amino dan dibutuhkan dalam kerja sistem syaraf. Salah satu reaksi paling umum dengan asam amino adalah trans-aminase dan deaminase.

Vitamin B6 mempunyai peranan dalam mengkonversi triptofan ke derivat niasin dan mengambil bagian dalam interkonversi asam lemak esensial. Sebagian besar butir-butiran dan konsentrat protein merupakan sumber piridoksin. 

Biji-bijian, bungkil kedelai, ragi, dan protein hewan merupakan pula sumber piridoksin. Ransum rata-rata cukup mengandung vitamin tersebut.

Kebutuhan vitamin B6 pada ayam petelur yaitu sebanyak 3,0-4,5 mg/kg ransum. Pada ayam broiler sekitar 2,5 -3 mg/kg ransum sedangkan pada babi kebutuhan vitamin B6 sebesar 1,1-1,5 mg/kg ransum.

Gejala defesiensi vitamin B6 pada ayam yaitu terjadi gejala gangguan pertumbuhan, anemia, pembekuan darah lambat, dan konvulsi seperti gejala ND ,khususnya pada ayam muda, sedangkan pada ayam tua jarang terjadi. 

Pada ayam petelur defesiensi vitamin B6 menyebabkan penurunan produksi telur dan daya tetes rendah. Pada burung terjadi dermatitis dengan gejala pertumbuhan lambat, ada kutil di jari-jari dan kaki, gemetaran, gerakan badan tak terkoordinasi.

5.      Vitamin B12 ( kobalamin )
Kobalamin adalah vitamin yang mengandung kobalt yang berada dalam bentuk derivat "cyanide" yaitu "cyanocobalamin". cyanide dapat diganti dengan gugus hidroksil (B12a) atau hidrokobalamin dan juga gugus nitrit (B12c) atau nitrokobalamin. 

Vitamin B12 berfungsi dalam sintesa protein dan dalam metabolisme asam nukleat serta senyawa-senyawa yang mengandung satu atom C. Vitamin B12 banyak terdapat pada produk-produk hewan dan dalam rumen ruminansia serta jaringan organ. 

Vitamin B12 dibutuhkan relatif sedikit oleh unggas. Pada babi sebesar 3µg/kg ransum, pada ayam broiler sebesar 9 µg/kg ransum dan pada ayam layer sebsear 3 µm/kg ransum. 

Protein dalam ransum akan meningkatkan kebutuhan vitamin B12. Kebutuhan vitamin B12 juga tergantung pada level kolin, metionin dan asam folat dalam ransum dan akan berinterelasi dengan asam askorbaat dalam metabolism tubuh. 

Substitusi isokalori lemak dengan glukosa juga menekan vitamin B12 yang ditambahkan. Ini mengindikasikan bahwa vitamin B12 penting pada metabolisme energi. Jika kebutuhan vitamin B12 tersebut tidak terpenuhi maka terjadilah defesiensi.

Vitamin B12 berperan penting dalam pembentukan darah merah. Defisiensi kobalamin menyebabkan anemia karena sel-sel darah merah yang tidak dapat masak. Adapun beberapa gejala umum defesiensi vitamin B12 yaitu :

v  Terjadinya gangguan syaraf
v  Pertumbuhan terganggu atau lambat
v  Inkordinasi badan
v  Daya tetes telur rendah
v  Terjadinya anemia
v  Gangguan reproduksi pada bab
i
Pada burung yang kekurangan defesiensi vitamin B12 terjadi gejala Pertumbuhan lambat, pertumbuhan bulu jelek, daya tetas telur rendah.

6.      Asam Panthotenat (B5)
Asam pantotenat adalah suatu amida dari asam pantoat dan β alanin. Asam pantotenat merupakan bagian dari koenzim A, yang berperan dalam transfer gugus asetil. 

Hal ini terjadi dalam asetilasi kolin hingga terbentuk asetilkolin, serta dalam asetilasi dari piruvat dekarboksilat untuk membentuk asetilkolin A dalam siklus Krebs. Koenzim A juga berperan dalam degradasi asam-asam lemak menjadi asetil CoA. Sumber asam pantotenat adalah biji-bijian, yeast, hati dan telur.

Kebutuhan asam pathotenat pada babi 7-10 mg/kg tergantung berat badannya atau 11-16 mg/kg ransum. Pada ayam petelur ± 10 mg/kg ransum, pada broiler ±mg/kg ransum dan pada ikan 30-40 mg/ton ransum.

Gejala defesiensi vitamin B5 pada babi :
v  Pertumbuhan lambat
v  Diare
v  Bulu rontok
v  Kuliut bersisik
v  Cara jalan seperti angsa
v  Gerakan yang sulit terkordinir pada babi muda karena degenerasi syaraf.

Gejala defesiensi vitamin B5 pada ayam :
v  Mula-mula terjadi gangguan pertumbuhan
v  Dermatitis dan pembengkakan pada kelopak mata
v  Nekrosis pada bursa fabrisius dan thymus
v  Penurunan daya tetes telur

7.      Biotin
Biotin adalah derivat imidazol yang banyak terdapat dalam bahan makanan alam. Vitamin ini berwarna putih, stabil terhadap panas, mengandung sulfur dan asam valerat, larut dalam air dan 95% etanol, mudah rusak oleh asam dan basa kuat dan mengalami dekomposisi pada temperatur 230 - 232oC. 

Dalam metabolisme, biotin berperan sebagai fiksasi CO2 yang selanjutnya ditransfer substrat yang lain. Sumber biotin adalah hati, yeast, kacang tanah, telur, tanaman berdaun hijau, jagung, gandum, biji-bijian lainnya dan ikan. Kebutuhan biotin pada broiler yaitu 300-500 mcg/kg ransum.

Defisiensi biotin dapat menyebabkan rontoknya rambut, turunnya berat badan dan pada ayam meningkatnya kematian serta terjadinya perubahan-perubahan skeletal pada anak-anak ayam. 

Defisensi ini juga menyebabkan dermatitis pada kaki lalu paruh dan mata. Yang paling sering terkena adalah ayam broiler yaitu terjadinya sindrom liver fatty (FLKS atau Fatty Liver and Kidney Syndrome). Kejadian ini disebabkan karena kurang aktifnya pirivat dikarboksilase yang berperan dalam glukoneogenesis (jadi pembentukan glukosa dari piruvat terhambat). 


                                                            Gambar 3. Kidney syndrome


Gambar 4. Fatty Liver


8.      Asam Folat
Asam folat terdiri dari pteridin heterosiklik, asam paraaminobenzoat (PABA) dan asam glutamat. Kristal asam folat berwarna kuning, sedikit larut dalam air dan tidak stabil pada laarutan lemak. 

Asam folat termasuk dalam golongan zat yang disebut pterin. Asam folat terdiri atas tiga gugus yaitu pterin, p-aamino benzoic acid (PABA) dan asam glutamat. 

Sumber-sumber asam folat yang potensial adalah daging, sayuran, terutama daun-daun hijau. Adapun kebutuhan asam folat pada anak ayam 1,2 mg/kg ransum, pada layer 0,25 mg/kg ransum, dan pada bredding 0,35 mg/kg ransum.

Defisiensi asam folat berkaitan dengan problem dalam pembentukan darah, seperti halnya dalam reproduksi seluler, terhambatnya pertumbuhan, pigmen bulu terganggu, pertumbuhan bulu terhambat, produksi telur dan daya tetas menurun, gangguan embrio dalam telur serta anemia merupakan pengaruh utama dari defisiensi asam folat.

9.      Vitamin C ( asam karbonat)
Vitamin C mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi yang terbanyak. Bentuk dehydro dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang inaktif. 

Keadaan vitamin C inaktif ini sering terjadi pada proses pemanasan. Dalam suasana asam vitamin ini lebih stabil daripada dalam basa yang menjadi inaktif. Formula vitamin C mirip dengan glukosa. 

Vitamin C bukanlah merupakan bagian dari salah satu koenzim yang dikenal. Sebaliknya asam askorbat berperan dalam sintesa kolagen, yang merupakan protein struktural dari jaringan ikat. Struktur asam askorbat mirip dengan struktur monosakarida tetapi mengandung gugus enediol dari mana pembuangan hidrogen terjadi untuk menghasilkan dehidroaskorbat. 

Vitamin C juga berperan dalam metabolisme tirosin yaitu berperan dalam enzim β-hydroxy phenyl pyruvic acid oxidase sebagai katalisator perubahan p-OH phenylpyruvic menjadi homogentisic acid. Beberapa tanaman serta hewan termasuk unggas dapat mensintesa vitamin C. Semua spesies ayam dapat mensintesis vitamin C (AsAc) di dalam ginjal.

Pada ayam atau spesies unggas dapat mensintesis vitamin C dalam ginjal. Oleh karena itu kebanyakan ahli berpendapat bahwa ayam tidak perlu diberi tambahan vitamin C. 

Begitupun pada babi jarang sekali terjadi defisiensi vitamin C. Adapun sumber dari vitamin C adalah  buah jeruk, tomat, semangka, sayuran hijau dan masih banyak lainnya. 

Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan "scurvy". Gejala ini berkaitan dengan kebutuhan vitamin C guna sintesa kolagen. Oleh karena itu, patologinya akan berkaitan dengan melemahnya pembuluh darah dan kapiler bed (yang cenderung menimbulkan perdarahan), ulserari dan lambatnya penyembuhan luka, serta perubahan-perubahan pada gigi dan gusi. 

Pertumbuhan tulang terhambat dan lambatnya kesembuhan keretakan tulang. Vitamin C hanya dibutuhkan oleh manusia, monyet dan marmut dan tidak berperan penting bagi unggas.

C.     Defesiensi Vitamin Larut Dalam Lemak
1.      Vitamin A ( Retinoid )
Vitamin A adalah nama generik yang menunjukkan semua senyawa selain karotenoid yang memperlihatkan aktivitas biologi retinol. Vitamin A adalah suatu alkohol biokimia, suatu retinol, dan terdapat sebagai vitamin A1, di dalam hewan vertebrata tingkat tinggi dan ikan dari air asin (laut), sedangkan vitamin A2 terutama terdapat pada ikan-ikan air tawar. 

Pada produk hewan, vitamin A makanan terdapat sebagai asam lemak berantai panjang atau ester retinol. Setiap ternak perlu vitamin A.

Sumber dari nabati tidak mempunyai vitamin A tetapi mempunyai provitamin A (karoten). Karoten dapat menjadi aktif dalam tubuh menjadi vitamin A. Vitamin ini dikenal sebagai rethinol. 

Vitamin A terdapat dalam bentuk vitamin A asetat (retinil asetat), vitamin A alkohol (retinol), vitamin A aldehid (retinal) dan vitamin A asam (asam retionil). 

Retinol yang diserap mengalami reesterifikasi dengan asam lemak jenuh berantai panjang, diinkoporasi ke dalam chylomicron pembuluh limfa dan kemudian memasuki aliran darah. 

Vitamin A bersifat esensial dalam pembentukan pigmen retinal yang dibutuhkan bagi penglihatan. Di samping itu vitamin A juga penting untuk pertumbuhan normal, terutama jaringan epitel dan tulang.

Adapun kebutuhan vitamin A pada beberapa ternak yaitu sebagai berikut :
1.      Anak ayam petelur      : 1500 IU/kg ransum
2.      Pullet                           : 1500 IU/kg ransum
3.      Layer/breeding hen     : 4.000 IU/kg ransum
4.      Broiler starter              : 8.800 IU/kg ransum
5.      Broiler finisher                        : 7.700 IU/kg ransum

Defisiensi vitamin A menyebabkan penyakit buta malam (night blindness nyctalopia), degenerasi epitel, kornifikasi yang berlebihan atas epitel squamous berstrata, serta meningkatnya kepekaan terhadap infeksi karena fungsi yang abnormal dari adrenal korteks, kurus, lemah, penurunan produksi, penurunan daya tetas, peningkatan kematian embrio.

2.      Vitamin D ( Kalsiol )
Vitamin D adalah istilah umum untuk derivat-derivat sterol yang larut dalam lemak dan aktif dalam mencegah rakhitis. Sifat umum dari vitamin D adalah larut dalam lemak dan lebih tahan terhadap oksidasi daripada vitamin A. 

Vitamin D terdiri dari vitamin D2 dan D3. Vitamin D3 mempunyai tiga peran pokok, yaitu : meningkatkan absorpsi kalsium di usus halus, memungkinkan resorpsi kalsium dari tulang, dan meningkatkan ekskresi fosfat dari ginjal. Pada hijaun pakan ternak mengandung ergosterol bila terekspose sinar matahari menjadi vitamin D2.

Precursor vitamin d ada pada kulit, yang dirubah oleh sinar ultra violet menjadi vitamin D sehingga keperluan pada ruminansia telah tercukupi karena telah memperoleh sinar ultra violet, terutama pada ternak yang diumbar. 

Akan tetapi bagi ternak yang dikandangkan perlu diberi vitamin D sebagai berikut : pada Pedet 30  IU/kg bb, sapi dewasa 10 IU/kg bb, dan pada kambing atau biri-biri diberi 5 IU/kg bb. Pada babi juga membutuhkan vitamin D sebagai berikut :

·         < 10 kg            : 132 IU
·         10-20 kg          : 250 IU
·         20-35 kg          : 340 IU
·         35-100 kg        : 412 IU

Babi induk :
·         Bredding 550 IU
·         Lactasi 1210 IU

Pada ayam :
·         Ayam starter-grower : 7-20 IU
·         Ayam produksi telur : 62 IU

Defisiensi vitamin D menyebabkan timbulnya rickets pada tulang karena kekurangan kalsium. Keadaan ini dapat menimbulkan pembengkakan sendi, kaki yang melengkung dan sebagainya. 

Seperti halnya vitamin A, vitamin D diekskresikan dari tubuh secara amat perlahan, melalui empedu, eleh karena itu apabila terlalu banyak dimakan dapat menimbulkan keracunan. Selain itu juga dapat hypoparathyrroidia dan osteomalasia yang terjadi pada hewan tua dimana terjadi penyerapan kembali Ca-P.


3.      Vitamin E ( α-tokoferol )
Vitamin E (tokoferol) adalah minyak yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya benih gandum, beras dan biji kapas. Terdapat tiga jenis vitamin E, yaitu tokoferol. Vitamin E juga berfungsi sebagai anti oksidan, yaitu mencegah oksidasi pada asam-asam lemak tak jenuh serta menghambat timbulnya peroksidasi dari lipida pada membran sel. 

Selain itu juga berfungsi dalam reaksi fosforilasi, metabolisme asam nukleat, sintesis asam askorbat dan sintesis ubiquinon, reproduksi, mencegah encephalomalasia dan distorsi otot. 

Vitamin E terdapat di alam yaitu pada lemak dan minyak hewan atau tanaman terutama bagian kecambah gandum, telur, dan colustrum susu sapi. 

Vitamin E juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh ayam. Kerja vitamin E sangat berhubungan dengan kerja mineral selenium (Se). Kerusakan vitamin E dalam ransum bisa dihindari melalui manajemen penyimpanan ransum yang baik.

Defisiensi vitamin E dapat menyebabkan degenerasi epitel germinal pada hewan jantan serta resorpsi embrio pada hewan betina (pada mamalia) yang tergantung pada vitamin E. 

Defisiensi vitamin E seringkali berkomplikasi dengan jenis penyakit lain seperti penyakit avian encephalomyelitis, exudative diathesis dan muscular dystrophy.

 
Gambar  5.



4.      Vitamin K ( Filokinon )
Vitamin k juga sangat diperlukan oleh tubuh karena Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah. Sumber dari vitamin K yaitu minyak sayuran, sayur-sauyran hijau, kulit gandum. 

Pada ruminansia dalam rumen banyak disentesis vitamin K sedangkan pada non ruminansia dalam usus besar disentesis vitamin K, namun tidak bisa diserap. Kebutuhan vitamin K pada hewan diantaranya :

·         Ayam starter : 0,53 mg/kg ransum
·         Layer dan broiler : 2,2 mg/kg ransum
·         Babi : ± 5mg/kg ransum

Contoh kasus defisiensi vitamin K pada ayam ialah terjadinya perdarahan di otot daging dan lamanya waktu penutupan luka ketika ayam mengalami luka/perdarahan. Umum terjadi karena sindroma malabsorpsi lemak yang berhubungan dengan disfungsi pancreas, atropi mukosa usus.


                                                            KESIMPULAN

Defisiensi adalah kekurangan suatu zat. Sedangkan, vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. 

Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Jadi, defisiensi vitamin adalah kekurangan salah satu atau lebih vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Vitamin dibedakan menjadi dau yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air misalnya Vitamin B kompleks dan vitamin C sedangkan pada vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,D,E,dan K. 

Pada dasarnya setiap kekurangan zat misalnya vitamin dapat menyebabkan gangguan tertentu pada irgan tubuh atau gangguan fisiologis terhadap tubuh yang dapat berakibat fatal.


                                                            DAFTAR PUSTAKA

Rangga,Charles Tabbu Prof. 2002.Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Soeharto, Prawirokusuma.1991.Biokimia Nutrisi (Vitamin ). Ed, 1sn.BPFE, Yogyakarta.

Cunha, T.J. 1980. Horse Feeding and Nutrition. Academic Press New York London,
Toronto, Sydney, San Fransisco.

NRC. 1978. Nutrient Requirements of Horse. Fourth Revised Edition. National
Academy of Sciences, Institute of Medicine, USA.

Parrakasi. 1983. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa, Bandung.

Pilliang, W.G. 1995. Nutrisi Vitamin. Volume II. Penerbit IPB, Bogor.

Pilliner, S. 1992. Horse Nutrtion and Feeding. Blackwell Science, Australia. Whitehead C.C.2002. Roslin Institute (Edinburgh), Roslin, Midlothian EH25 9PS, UK

Koshio Shunsuke.2007. Faculty of Fisheries, Kagoshima University, Kagoshima 890-0056, Japan

Defisiensi Vitamin Pada Hewan Defisiensi Vitamin Pada Hewan Reviewed by kangmaruf on 12:29 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.