PRINSIP TERAPI GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN



Permasalahan gangguan sistem pencernaan atau sistem digestivus sering banyak terjadi pada berbagai hewan, mulai dari gambaran klinis yang paling sederhana sampai dengan tidak dapat diidentifikasi baik lokasi maupun jenis penyakitnya. Penyebabnya pun bermacam-macam mulai karena agen infeksius (virus, bakteri, parasit, jamur) juga karena agen non infeksius (defisiensi vitamin atau mineral). Untuk menangani gangguan tersebut maka perlu dilakukan terapi yang tepat. Adapun 6 prinsip terapi yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan pencernaan meliputi:
1.      Menghilangkan Penyebab Utama
Penyebab utama dari gangguan sistem pencernaan dapat berupa agen infeksius dan non infeksius. Untuk mengatasi gangguan pencernaan akibat agen infeksius dapat diberikan preparat obat yang berguna untuk melemahkan atau bahkan membunuh agen tersebut secara tepat, misalnya pada kasus diare karena parasit dapat diberikan anthelmintik dan preparat sulfonamid dan oleh bakteri dapat diberikan antibiotika. Sedangkan gangguan sistem pencernaan karena non infeksius berupa defisiensi nutrisi (vitamin atau mineral) ataupun karena penyebab lain maka dapat diatasi dengan melengkapi kekurangan atau defisiensi dari nutrisi tersebut agar penyebab utamanya bisa dieliminasi. Banyak penyebab lain yang melatarbelakangi terjadinya gangguan pada sistem pencernaan dan prinsip terapi yang paling utama adalah menghilangkan penyebab utama dari terjadinya gangguan tersebut.
2.      Memperbaiki Motilitas Usus
Gangguan sistem pencernaan yang berupa diare dapat mengakibatkan keabnormalan dari motilitas (pergerakan) usus. Pada kasus diare motilitas usus tidak selalu naik (bisa diam atau sedikit menurun), hal ini akan menyebabkan gangguan absorbsi dari ingesta itu sendiri. Keabnormalan motilitas usus dapat terjadi dalam bentuk hipomotiliti dan hipermotiliti. Hipomotiliti mengakibatkan adanya konstipasi atau kesulitan defekasi pada hewan, dapat diterapi dengan menggunakan obat pelican dan dibantu dengan pemberian obat spasmoltiika . Sementara hipermotiliti akan memicu terjadinya diare. Dalam kasus diare, maka usus harus diistirahatkan sehingga dapat menormalkan kembali motilitas dari usus. Dalam hal ini, harus dilakukan diet pakan pada ternak atau pemberian pakan yang mudah dicerna. Diet dilakukan selain untuk memperbaiki motilitas usus juga dapat berguna untuk memperbaiki vili usus yang rusak dengan yang baru.

3.      Mengganti Cairan dan Elektrolit
Pada kasus diare ataupun kasus lain pada penyakit saluran cerna, sering terjadi gejala dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu kondisi kehilangan air dan elektrolit yang terlarut didalam tubuh hewan atau dapat juga dinyatakan bahwa dehidrasi sebagai penurun berat badan. Selanjutnya akan terjadi perpindahan air dan elektrolit dari cairan intraseluler dan interstitial ke intravaskular. Dasar perpindahan cairan ini bergantung pada tonisitas dan tekanan hidrostatik dari sisa cairan ekstraselluler yang masih ada akibatnya terjadi dehidrasi dengan berbagai derajat diberbagai bagian tubuh. Untuk mengatasinya perlu diganti cairan dan elektrolit yang hilang tersebut melalui tindakan suportif pemberian air minum, bikarbonat, sodium, dan pottasium atau larutan garam agar tidak terjadi dehidrasi. Apabila tingkat dehidrasi parah (dapat diakibatkan karena muntah atau diare yang parah) terapi dapat dilakuan dengan terapi cairan parenteral secara subcutan atau intravena dengan menggunakan larutan elektrolit Laktat Ringer atau NaCl faali. Untuk mengurangi asidosis, dapat diberikan larutan sodium bikarbonat 2.5% yang disuntikkan secara intravena secara perlahan.

4.      Meredakan Distensi Saluran Cerna
Distensi adalah terakumulasinya gas pada suatu organ. Pada saluran pencernaan, Distensi banyak terjadi pada lambung atau usus. Distensi ini dapat diakibatkan oleh banyak faktor yang salah satunya adalah karena adanya aktivitas bakteri yang berlebih. Penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika. Pada kasus bloat, gas terbentuk karena viskositas dan tegangan muka cairan dalam rumen, aliran dan susunan air liau dan kegiatan jasad renik. Bakteri streptococcus yang berselubung yang tersusun atas polisakarida, akan bekerja lebih aktif apabila terjadi peningkatan sukrosa pada rumen karena pengaruh pakan. Hasil pemecahan gula tersebut adalah gas dan arena adanya lendir dari kuman maka gas akan terperangkap diantara ingesta dan menyebabkan bloat. Beberapa terapi yang dapat diperhitungkan adlah dengan terapi “broom stick” atau secara medisinal dapat diberikan pulsus beratri albi 10 – 25 kg, atau oleum terebinthinae 25 – 50 kg untuk menghilangkan gas. Pemberian sediaan silicon juga dapat dilakukan untuk menaikkan tegangan muka, seperti Atympanico, Therabloat, Sicaden dan Poloxalene, atau dengan preparat surfactal seperti Polyethoxy polypropoxy etanol 40%.

5.      Mengurangi Nyeri abdomen
Pada gangguan sistem saluran pencernaan sering diikuti dengan gejala nyeri. Misalnya pada kasus kolik pada kuda terjadi nyeri abdomen yang sangat parah karena terjadi ketegangan yang berlebihan pada mesenterika. Nyeri abdomen dapat menggangu atau menjadi penghalang dari proses penyembuhan dapat dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera. Nyeri abdomen pada kasus kolik ataupun pada kasus gangguan sistem pencernaan lainnya dapat diatasi dengan pemberian obat analgesik (penghilang rasa nyeri) seperti aspirin atay dipyron, atau dengan pemberian trasqualizer seperti chlorpromazine.

6.      Memulihkan Flora Rumen
Flora rumen pada kasus gangguan saluran pencernaan perlu di pulihkan mengingat peranannya yang sangat penting dalam membantu mencerna pakan. Pemulihan flora rumen dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika yang tepat dosis karena apabila penggunaanya salah akan terjadi kontraindikasi. Antibiotika dapat merangsang terjadinya radang usus bila diberikan dalam keadaan perut yang kosong. Terlebih apabila disertai dengan gangguan penyerapan oleh usus, pemberian antibiotika secara oral tidak menjamin kadar obat di dalam darah ada pada batasan yang tepat dan terapetik sehingga akan memungkinkan untuk menjadikan kuman menjadi resisten. Pemberian antibiotika harus dilakukan pada waktu, dosis dan sediaan yang tepat.
PRINSIP TERAPI GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PRINSIP TERAPI GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN Reviewed by kangmaruf on 10:09 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.