KESEJAHTERAAN HEWAN

LEARNING OBJECTIVE 
1.             GOOD FARMING SYSTEM
2.             GOOD VETERINARY PRACTICE
3.       KESEJAHTERAAN HEWAN 9KESRAWAN) UNTUK HEWAN LABORATORIUM





  • Hukum tentang kesrawan hewan adalah tentang bagaimana manusia harus memperlakukan hewan
  • Etika pada kesrawan adalah tentang bagaimana memperlakukan hewan
  • Ilmu kesrawan mengukur efek terhadap hewan atas adanya situasi situasi berbedah dari sudut pandang.

Pedoman Kesrawan Hewan
  • Bebas dari rasa lapar dan haus
  • Bebas dari rasa takut dan stres
  • Bebas dari rasa sakit, lukadan penyakit.
  • Bebas dari ketidak nyamanan fisik dan trauma.
  • Bebas mengekspresikan ekspresi normal atau perilaku alami.
 Pedoman dasar Kesejahteraan Hewan Ialah pedoamn penggunaan hewan dalam ilmu pengetahuan biasa di sebut dengan 3 R
  • Reduce ( Redaksi ) Jumlah Hewan
  • Refine ( Perbaiki ) metode
  • Replace ( Ganti ) Hewan dan Bukan Hewan.
4 Aspek Perilaku yang di tuntut dari seorang Dokter Hewan
  1. Etika dalam berbakti kepada masyarakat
  2. Etika dalam meperlakukan sejawat
  3. Etika dalam memperlakukan penguna jasa Veteriner
  4. Etika dalam memperlakukan Hewan.

Good Farming System 
Undang-Undang no. 6 Tahun 1967 
BAB II, Peternakan. 
Pasal 8, Peternakan diselenggarakan dengan tujuan untuk:
1.   Mencukupi kebutuhan rakyat akan protein-hewani dan lain- lain bahan, yang berasal dari ternak yang bermutu tinggi
2.   Mewujudkan terbentuknya dan perkembangannya industri dan perdagangan bahan-bahan, yang berasal dari ternak
3.   Mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat terutama rakyat petani-peternak;
4.   Mencukupi kebutuhan akan tenaga pembantu bagi usaha pertanian dan pengangkutan
5.   Mempertinggi daya-guna tanah.

Pasal 22. Kesejahteraan hewan. 
Untuk kepentingan kesejahteraan hewan, maka dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang:
1.   Tempat dan perkandangan;
2.   Pemeliharaan dan perawatan;
3.   Pengangkutan;
4.   Penggunaan dan pemanfaatan;
5.   Cara pemotongan dan pembunuhan;
6.   Perlakuan dan pengayoman yang wajar oleh manusia terhadap hewan.

Di dalam konsep animal welfare disebutkan ada lima kebebasan yang harus dimiliki oleh setiap hewan untuk dapat hidup dan berproduksi dengan baik; bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa panas dan tidak nyaman, bebas dari luka, sakit dan penyakit, bebas mengekspresikan perilaku normal dan alaminya, dan bebas dari rasa takut dan penderitaan (Saputra, 2008). 

Tempat tinggal hewan ternak Idealnya tempat tiggal hewan ternak tersedia dua areal, terbuka dan tertutup. Areal terbuka berfungsi sebagai tempat hewan melakukan aktifitasnya disiang hari. Sedangkan areal tertutup berfungsi sebagai tempat beristirahat hewan di malam hari. Sesuai dengan fungsinya, areal terbuka ini hendaknya tersedia cukup luas sesuai dengan jenis dan jumlah individu serta perilaku hewan yang dipelihara. Selain itu, luasnya areal ini juga dapat menolong hewan–hewan yang ingin menyelamatkan diri apabila terjadi perkelahian. 

Arah Kandang, sedapat mungkin bangunan kandang tunggal dibangun menghadap ke timur dan kandang ganda membujur ke arah utara selatan. sehingga hal ini memungkinkan sinar matahari pagi bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai kandang secara leluasa (Sugeng, 2007). 

Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara dari dalam dan dari luar kandang. Pengaturan ventilasi yang sempurna akan sangat berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari kandang dan menggantikan udara bersih dari luar (Sugeng, 2007). 
Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian atas dari kandang dan berfungsi untuk menghindarkan dari air hujan dan terik matahari, menjaga kehangatan ternak di waktu malam, serta menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan itu sendiri (Sugeng, 2007). 

Sudut kemiringan atap sekitrar 30° dengan bagian yang miring meluncur ke bagian belakang. Bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai atap kandang antara lain: genteng, seng, asbes, daun kelapa, daun nipah, ataupun dari bahan lain. Bahan genteng cukup baik karena tahan lama, udara luar bisa masuk ke dalam kandang melalui celah-celahnya, dan tidak begitu banyak menyerap panas (Sugeng, 2007).

Dinding kandang berfungsi sebagai penahan angin langsung atau angin kencang, penahan keluarnya udara panas dari dalam kandang yang dihasilkan tubuh ternak, dan penahan percikan air dari atap masuk ke dalam ruangan kandang. Ada berbagai macam bahan yang bisa bermanfaat untuk dinding, antara lain: anyaman bambu, dari papan, tembok, dan sebagainya (Sugeng, 2007). 

Lantai Kandang, pembuatan lantai kandang harus memenuhi syarat: rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan, atau awet. 

Lantai yang rata, tidak kasar atau tajam akan menjamin kehidupan ternak. Lantai yang kasar atau tajam sangat merugikan ternak sebab kulitnya bisa lecet, yang akhirnya bisa mengundang berbagai kuman. Sebaliknya lantai juga tidak boleh terlalu licin. jika terlalu licin bisa menyebabkan hewan mudah tergelincir atau jatuh sehingga bisa mengakibatkan fraktur. Yang tidak kalah penting pembuatan lantai juga diusahakan agar tetap mudah kering dan juga lantai harus dibuat agak miring agar air pembersih ataupun air kencing hewan mudah lepas (Sugeng, 2007). 

Pada unggas kandang sangkar/battery, berbentuk kotak terbuat dari kawat atau bambu. Ukuran untuk setiap sebuah kotak panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 40 cm. Biasanya, dibuat rangkaian yang terdiri dari beberapa buah untuk memudahkan pembuatannya. kandang sangkar biasanya digunakan untuk ayam petelur (Suprijatna, et al. 2005).

Kandang Litter berupa bangunan utama kandang sebagai tempat pemeliharaan ayam. Lantainya diberi lapisan penutup berupa sekam padi yang disebut litter. Litter berfungsi sebagai absorber atau penyerap cairan kotoran supaya kandang tidak basah atau lembab. Ketebalan litter berkisar 10-15 cm dapat menampung 5 ayam petelur dewasa (Suprijatna, et al. 2005). 

Pakan dan pola makan 
Pakan hewan harus cukup jumlahnya dan berkualitas baik. Pakan hendaknya mengandung nutrisi yang tinggi seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan kandungan-kandungan lainnya (Akoso, dkk ; 2008). 

Pakan hewan dapat berupa serat kasar dan konsentrat. Serat kasar terdiri atas sejumlah pakan yang berisi nutrisi dengan konsentrasi yang rendah, seperti hay, silage, dan batang jagung . konsentrat adalah bahan pakan dengan nutrisi tinggi dan termasuk tanaman biji-bijian dan residu dari proses industri bijian dan bahan lain untuk konsumsi orang (Akoso, dkk ; 2008). 

Selain itu perlu juga diperhatikan pakan hewan yang sesuai dan variasi menu harian agar hewan mendapat asupan gizi yang seimbang. 

Sakit dan penyakit 
Pemeriksaan berkala pada hewan juga perlu dilakukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan dan penyebaran penyakit serta terjadinya kerugian akibat hewan yang mati karena sakit. Dan, jangan lupa bahwa salah satu penyebab timbulnya penyakit pada hewan ternak adalah kondisi lingkungan yang kotor. 

Sementara itu dalam sektor peternakan, kesejahteraan hewan dalam peternakan adalah memperlakukan hewan ternak sebagaimana mestinya dari aspek fisis dan psikis hewan ternak serta layak dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. 

Kebutuhan dasar hewan dalam peternakan sebagai berikut 
1.      Kondisi nyaman dan perlindungan yang layak.
2.      Kecukupan air yang bersih dan pakan untuk menjaga kesehatan.
3.      Kebebasan dalam bergerak.
4.      Kebebasan untuk berinteraksi dengan hewan lain.
5.      Kesempatan untuk beraktifitas sesuai dengan prilaku alaminya.
6.      Pencahayaan yang cukup.
7.      Lantai yang baik dan tidak rusak.
8.      Pencegahan atau diagnosa berkala, pengobatan dari perlakuan yang buruk, perlukaan, infestasi parasit dan penyakit.
9.      Pencegahan dari pemotongan yang tidak beralasan.

Sistem Peternakan; 1} Pemeliharaan kandang, 2} Pengawasan keadaan ternak dalam kandang, 3} Pengawasan makanan hewan dan pemberian pakan seperti kualitas dari makanan yang diberikan, makan cukup, waktu dan cara pemberian makanan sapi, pemberian air minum, dan pemberian garam pada ternak perah, 4} Pemeliharaan badan dan kulit hewan, 5} Pemeliharaan dan pemotongan kuku, 6} Gerak badan ternak dan 7} Hal-hal tentang kehidupan kelamin.


Good Veterinary Practice 

Standar Kompetensi Profesi Dokter Hewan 
·            Memiliki wawasan di bidang etika veteriner, legislasi veteriner, dan penghayatan profesi veteriner,
·            Memiliki keterampilan dalam menangani penyakit-penyakit pada hewan besar, hewan kecil, unggas, hewan eksotik, satwa liar, satwa aquatik, dan hewan laboratorium,
·            Memiliki wawasan di bidang sistem kesehatan hewan nasional,
·            Memiliki ketrampilan dalam melakukan:
1.   Diagnosis klinik, laboratorik (mikrobiologi, parasitologi, patologi dan patologi klinik) dan epidemiologik penyakit hewan,
2.   Penyusunan nutrisi hewan untuk kesehatan dan gangguan medik,
3.   Pemeriksaaan antemortem dan postmortem,
4.   Pemeriksaan kebuntingan, penanganan gangguan reproduksi dan aplikasi teknologi reproduksi,
5.   Pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan,
6.   Pengawasan dan pengendalian mutu obat hewan dan bahan-bahan biologis serta material genetis termasuk pemakaian dan peredarannya,
7.   Pengukuran dan penyeliaan kesejahteraan hewan,
·       Memiliki keterampilan manajemen pengendalian dan penolakan penyakit strategis dan zoonosis,biosecurity, serta pengendalian lingkungan,
·  Memiliki keterampilan dalam transaksi therapeutic, melakukan anamnesa, rekam medik, persetujuan tindakan medik (informed consent), penulisan resep, surat keterangan dokter, pendidikan pada klien,
·  Memiliki keterampilan dalam melakukan analisis ekonomi veteriner dan kewirausahaan (entrepreneurship) (http://www.fkh.ugm.ac.id).

Sistem peternakan merupakan sebuah sistem yang saling berkait dalam satu rantai (pengawasan). Mulai darigood breeding, good farming practice (pelaksanaan peternakan yang baik), good veterinary practice(pelaksanaan sistem kesehatan hewan yang baik), good transportation practice (transportasi yang baik), good handling practice (penanganan yang baik), good sloughter practice (pemotongan yang baik), good distribution practice (distribusi yang baik), good manufacturing practice (pengolahan yang baik), good retailing practice(perdagangan yang baik), good catering practice (pengemasan yang baik) hingga good services practice(pelayanan konsumen). 

Pelaksanaan kesehatan hewan yang baik erat kaitannya dengan peran dokter hewan. Dokter hewan dalam menjalankan perannya dituntut memiliki etika dan profesionalitas dan tanggungjawab yang diemban oleh dokter hewan dalam membuat hewan menjadi sehat atau bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (bagian dari five freedom). Dasar dari tanggungjawab ini yang membuat peran dokter hewan menjadi vital dalam tindakan mensejahterakan hewan di peternakan. 

KESEJAHTERAAN HEWAN 9KESRAWAN) UNTUK HEWAN LABORATORIUM
 Ada 3 prinsip etika di dalam melakukan suatu penelitian, yakni menghargai bentuk kehidupan/hewan (respect), melakukan analisis manfaat dan kerugian (beneficiary), dan memenuhi rasa keadilan (justice). Sedangkan prinsip etika ketika hendak melakukan penelitian menggunakan hewan haruslah mengikuti prinsip 3 R (replacementreductionrefinement) dan prinsip 5 F (freedom).
Respect atau menghargai hewan sebagai bentuk kehidupan dan ciptaan Allah SWT akan mencegah kita di dalam melakukan bentuk-bentuk penelitian yang tidak bermanfaat, yang hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu dan mengabaikan rasa keadilan dan peri-kehewanan di dalam memperlakukan hewan di dalam penelitian.
Contoh-contoh bentuk tindakan yang tidak memenuhi prinsip etika di dalam penelitian menggunakan hewan, diantaranya:
  • Perlakuan injeksi berulang atau pembedahan berkali-kali hanya dikarenakan untuk mengurangi jumlah hewan yang digunakan
  • Penggunaan obat euthanasia yang tidak dianjurkan yang menimbulkan rasa kesakitan atau efek samping yang berbahaya hanya dikarenakan harga yang lebih murah dibandingkan obat euthanasia yang direkomendasikan.
Pada Declaration of Helsinki tahun 1964, World Medical Association menyebutkan beberapa prinsip yang mengandung pernyataan tentang penggunaan hewan di dalam penelitian, yakni:
  • Medical research involving human subjects must conform to generally accepted scientific principles, be based on a thorough knowledge of the scientific literature, other relevant sources of information, and on adequate laboratory and, where appropriate,animal experimentation.
  • Appropriate caution must be exercised in the conduct of research which may affect the environment, and the welfare of animals used for research must be respected.
Prinsip 3 R akan membantu kita di dalam menentukan jumlah dan jenis hewan yang memadai untuk jenis penelitian yang ingin dilakukan. Prinsip pertama Replacement(menggantikan) ialah menghindari sebisa mungkin penggunaan hewan di dalam penelitian. Pada prinsip ini kita diminta menjajaki kemungkinan penggunaan kultur organ/jaringan/sel sebagai pengganti penggunaan hewan hidup. Selain itu penjajakan penggunaan hewan yang lebih rendah ordonya, misal alih-alih menggunakan monyet, kita dapat menggunakan tikus; tikus digantikan dengan unggas, unggas digantikan dengan ikan, dan seterusnya.
Pada prinsip kedua Reduction (pengurangan) ialah mengembangkan strategi penggunaan hewan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk menghasilkan data yang serupa yang diharapkan dari penelitian. Prinsip ini juga meliputi memaksimalkan informasi yang diperoleh dari suatu percobaan tanpa menambah jumlah hewan atau jumlah perlakuan (rasa kesakitan yang ditimbulkan oleh tindakan penelitian) sehingga manfaat yang diperoleh dapat dimaksimalkan tanpa menambah penderitaan dan jumlah hewan coba.
Prinsip ketiga Refinement (memperhalus) ialah upaya melakukan modifikasi di dalam manajemen pemeliharaan atau prosedur tindakan penelitian sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hewan atau mengurangi/menghilangkan rasa sakit dan stress pada hewan coba.
Ketiga prinsip etika ini haruslah dikombinasikan dengan 5 prinsip freedom dalam kesejahteraan hewan, yakni:
  1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)
  2. Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman)
  3. Freedom from pain, injury and diseases (bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit)
  4. Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan stres)
  5. Freedom to express natural behavior (bebas untuk mengekspresikan tingkah-laku alamiah)
Bebas dari rasa lapar dan haus dapat dilakukan dengan pemberian pakan minum yang ad libitum dan kemudahan hewan dalam mengakses pakan dan minum kapanpun mereka kehendaki. Selain itu jenis pakan yang diberikan haruslah sesuai dengan pakan alami dengan kandungan nutrisi yang seimbang.
Bebas dari rasa tidak nyaman dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hewan terhadap tempat tinggal yang sesuai atau pemberian naungan atau sarang yang sesuai. Selain itu faktor lingkungan yang harus diperhatikan meliputi temperatur, kelembaban, ventilasi dan pencahayaan yang harus sesuai dengan kondisi alamiah hewan yang bersangkutan.  Ukuran dan jenis kandang haruslah mengikuti the Guide for the Care and Use of Laboratory Animals. Pada jenis-jenis hewan yang hidupnya berkelompok, misal primata, maka peneliti harus memperhatikan sosialisasi dan status hirarki di dalam suatu kelompok.
Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pencegahan, dan jika telah terkena maka harus mendapatkan diagnosa dan terapi yang tepat. Selama penelitian haruslah menjalankan program kesehatan yang telah ditetapkan, menggunakan sebisa mungkin teknik non-invasif, serta jika dibutuhkan haruslah menggunakan obat pengurang rasa sakit atau pemati rasa (anesthetic, analgesic agents), dan selalu menggunakan metode euthanasia yang dianjurkan dan telah disetujui oleh komisi etik (rujukan: AVMA Guidelines on Euthanasia).
Bebas dari rasa takut dan stress dapat dilakukan dengan menghindari prosedur atau teknik yang menyebabkan rasa takut dan stres pada hewan dan memberikan masa transisi dan adaptasi sebelum penelitian berlangsung (adaptasi terhadap lingkungan baru, petugas kandang baru, pakan baru, atau prosedur baru). Selanjutnya, petugas kandang atau peneliti haruslah petugas yang memiliki keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan dan telah mendapatkan pelatihan yang memadai untuk menghindari kesalahan didalam penanganan hewan dan pelaksanaan prosedur penelitian.
Bebas mengekspresikan tingkah-laku alamiah dapat diupayakan melalui penyediaan luasan kandang yang cukup, kualitas kandang yang baik, dan teman dari hewan yang sejenis dengan memperhatikan sosialisasi, tingkah-laku spesifik (misal cara mengambil makan), serta program pengayaan. Program pengayaan ialah memberikan bentuk-bentuk mainan, bahan atau alat yang dapat digunakan oleh hewan didalam mengekspresikan tingkah-lakunya, misal tempat berayun buat primata, serutan kayu buat rodensia, dan lain sebagainya.
Pelaksaan kesejahteraan hewan di dalam penelitian biomedis haruslah melibatkan dokter hewan di dalam pelaksanaan dan pengawasannya. Selain itu suatu proposal penelitian haruslah memperoleh persetujuan dan pengawan komisi etik penggunaan hewan laboratorium (Institutional Animal Care and Use Committee) yang terdapat di masing-masing institusi/universitas. Di IPB sendiri telah berdiri Komisi Etik yang bertugas mengevaluasi, mengawasi dan memberikan masukan-masukan terhadap penelitian-penelitian yang menggunakan hewan coba dalam penelitiannya. Surat persetujuan dari komisi etik ini diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab peneliti dan untuk keperluan publikasi di jurnal ilmiah. Pada saat ini, semakin banyak jurnal nasional dan terutama internasional mencantumkan surat persetujuan dari komisi etik sebagai salah satu prasyarat publikasi. Dengan demikian kesejahteraan hewan di dalam penelitian merupakan suatu keharusan dan bentuk tanggung jawab kita sebagai peneliti dan akademisi…

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 2008. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Yogyakarta. Tiara Wacana. 

Saputra, Eka Dharma. 2008. Standar Kesejahteraan Hewan Ternak. Dalamhttp://balivetman.wordpress.com/2008/04/12/standar-kesejahteraan-hewan-ternak/ Diakses pada 19 November 2008 pukul 15.37 WIB. 

Sindoredjo, S. 1960. Pedoman Perusahaan Pemerahan Susu. Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 


Sugeng, Y.B. 2007. Sapi Potong. Jakarta. Penebar Swadaya. 

Suprijatna, E; Atmomarsono, U; Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

http://www.fkh.ugm.ac.id



KESEJAHTERAAN HEWAN KESEJAHTERAAN HEWAN Reviewed by kangmaruf on 12:26 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.