Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)

Salah satu jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada hewan jika dibutuhkan adalah pembedahan bagian reproduksi. Pembedahan pada daerah ini dilakukan untuk memperbaiki atau mengatasi masalah kesulitan yang terjadi pada alat reproduksi. 

Karena pada  menjadi salah satu titik kerawanan untuk terjadinya penyakit atau kelainan yang dapat membahayakan bagi hewan. Namun, juga perlu diingat bahwa pembedahan reproduksi haruslah sangat hati-hati karena merupakan  yang sangat besar peranannya dalam perkembangan janin.

Macam-macam pembedahan reproduksi salah satunya adalah Operasi Caesar. Operasi Caesar ini penting peranannya dalam hal penanganan kesulitan melahirkan, uterotomy, penanganan abortus, dll dari titik-titik tertentu. 

Utamanya bedah Caesar yang dilakukan adalah untuk penanganan kesulitan dalam proses kelahiran, ini terjadi jika pada proses kelahiran induk mengalami hambatan. Jika kasus diatas tidak ditanggulangi maka akan berdampak pada kelainan lainnya yang bisa menimbulkan penyakit lain. 

Penanganan operasi ini haruslah hati-hati baik dari persiapan, operasi, hingga terapi pasca operasi agar mendapatkan hasil terbaik dengan langkah cepat, tepat dan akurat.

Definisi Operasi Caesar

Operasi caesar adalah prosedur operasi (bedah) untuk mengeluarkan janin (fetus) dengan insisi (membuka) melalui dinding abdomen (laparotomi) dan uterus (hiskotomi). 

Tujuan operasi caesar : untuk melahirkan bayi (fetus) dengan jalan pembukaan dinding abdomen. Adapun indikasi operasi Caesar, meliputi :

1.  Indikasi medis

a.  Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, induk berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga

b.  Passanger 

Ukuran anak yang terlalu besar, posisi anak dalam kandungan yang abnormal (sungsang), serta anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin/fetus kacau dan melemah)

c.  Passage

Ukuran panggul induk yang sempit dan kemungkinana adanya infeksi pada saluran keluarnya anak (fetus) yang dapat menular ke anak.

2.  Indikasi Induk

a.  Usia

Usia menjadi pertimbangan dapat atau tidak dilakukannya operasi caesar karena baik pertama kali atau sudah memasuki usia tua (hamil tua) juga sama2 memiliki resiko.

b.  Tulang panggul

Ukuran tulang panggul yang tidak sesuai dengan lingkar kepala janin dapat menyebabkan kesulitan melahirkan

c.  Hambatan pada jalan keluar janin

Hambatan dapat terjadi karena adanya tumor ataupun karena kelainan bawaan.

d.  Kelainan kontraksi rahim.

Kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan sehingga kepala bayi tidak terdorong.

e.  Ketuban yang pecah dini.


3.  Indikasi janin/fetus

  1. Keadaan gawat pada janin (fetal distress) seperti detak jantung melambat.
  2. Ukuran janin yang terlalu besar
  3. Posisi janin dalam kandungan
  4. Faktor plasenta
  5. Kelainan pada tali pusat


Preanastesi dan Anastesi Operasi Caesar

Anestesia yang dilakukan pada hewan bunting, terutama untuk prosedur bedah Caesar memiliki tantangan tersendiri bagi dokter hewan dimana dibutuhkan ketepatan dan ketelitian di setiap tindakan agar hasilnya baik bagi fetus maupun induknya. 

Dasar dari semua obat anestesi yang baik adalah mampu untuk dapat menembus blood brain barrier atau lapisan sawar darah otak. 

Hal ini pula yang memberikan kemampuan obat anestesi untuk dapat menembus sirkulasi darah pada fetus walaupun tidak dalam konsentrasi yang sama yang diberikan pada induk, kebuntingan juga menyebabkan adanya perubahan fisiologi pada hewan betina, dikarenakan pengaruh hormaon dan perubahan fisik menyebabkan adanya peningkatan massa tubuh dan volume darah dan hal tersebut berpengaruh dalam pemberian obat anestesi sebagai terapi. 

Maka dari itu untuk memilih obat sedatif, analgesic dan anestetik, seorang dokter hewan perlu mempertimbangkan keadaan fisiologis dan perubahannya selama kebuntingan, teratogenisitas dari obar, kadar perfusi dan distribusi oksigen pada fetus dan depresi kardiorspiratorius pada fetus.

Elemen paling penting yang menjadi kunci kesuksesan bedah atau operasi Caesar adalah penggunaan anestesi dan pembedahan yang sesingkat-singkatnya dengan prosedur yang baik dan benar. 

Manajemen anestesi untuk prosedur operasi Caesar dapat menggunakan pendekatan anestesi umum atau anestesi regional dengan menggunakan spinal blok tetapi keduanya bukan merupakan metode yang ideal. 

Protokol dilakukan sesuai dengan situasi edis dan keadaan pasien.

Hewan bunting pada dasarnya lebih sensitive dalam merespon anestesi yang diberikan secara spinal dikarenakan kadar farmakologi dan kimia pada obat. 

Maka dari itu, dosis dari anestesi local yang diberikan dapat dikurangi hingga sepertiganya. Walaupun begitu bukan berarti anestesi spinal tidak beresiko bagi fetus yang akan dilahirkan, resiko utama dari pemberian anestesi adala vasodilatasi yang dapat menyebabkan blokade simpatetik yang kemudian mengarah ke hipotensi dan hipoperfusi. 

Sehingga tekanan darah dan perfusi harus selalu dimonitor baik pada segmen cranial maupun region ekstremitas dari hewan bunting yang menjalani operasi Caesar. 

  
Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lokasi epidural anestesi dan lokasi pemberian spinal anestesi


Anestesi umum lebih familiar digunakan oleh dokter hewan dan merupakan satu-satunya pilihan yang dilakukan untuk mengatasi hewan yang agresif atau memiliki kontraindikasi untuk pemberian anestesi spinal seperti adanya sepsis atau kelainan lain seperti adanya clot pada spinal. 

Pemberian obat sedatif diusahakan tidak diberikan sama sekali dan pemberian obat sedatif hanya pada hewan yang agresif saja. 

Pemberian premedikasi harus mengandung opoid dengan efek samping yang ringan seperti pethidine atau butorphanol atau opoid dengan daya kerja singkat seperti fentanyl dimana kemungkinan pemberian naloxone pada fetus juga dibutuhkan. Induksi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai agen induksi tetapi kebanyakan kasus berjalan dengan baik menggunakan propofor dan etomidate. 

Ketamin dan thiopental diberikan dengan perhatian khusus karena kemungkinan adanya hewan yang memiliki AV blok pada ketamin dan trauma terhadap thiopental. Induksi gas dapat dilakukan pada hewan yang teranestesi, tetapi dengan penggunaan induksi yang lambat dapat merugikan dikarenakan waktu yang lama dalam keadaan yang mendesak sehingga membahayakan baik bagi induk maupun fetus yang akan dilahirkan.  

Pada Anjing dan Kucing Secara umum anestesi epidural pada anjing dan kucing dapat dilakukan dengan menggunakan 0, ml/kg dari lidocaine 2%, campuran 1:1 dari lidocaine 2% dan bupivacaine 0,5% dapat bekerja sebagai blockade yang cukup lama dengan keamanan yang sama. 

Penambahan 0,1 mg/kg morfin preservative pada lidocaine juga dapat dilakukan untuk memperpanjang efek anestesi. 

Sedasi dalam bentuk agonist α2 diberikan hanya pada hewan yang agresif dikarenakan efek samping dari bentuk obat sedasi ini adalah adanya atoni pada rumen dan kontraksi uterus serta dapat mempengaruhi fetus dengan terjadinya bradikardi dan hipotensi. 

Pada prosedur kali ini bentuk sedasi yang diberikan adalah xylazine dengan dosis 6-10 mg (0,01-0,016 mg/kg), selain xylazine bentuk sediaan sedasi lainnya seperti phenothiazine, detomidine and acepromazine. 

Detomidine merupakan sediaan sedasi dengan harga yang cukup mahal tetapi tidak memberikan efek peningkatan dari uterotonisitas, sedangkan pengguanaan phenothiazine dapat menginduksi vasodilatasi yang dapat menyebabkan hipoksemia pada fetus dan perdarahan pada induk. 

Acepromazine dan butorphanol merupakan sedasi yang cukup baik tanpa menyebabkan ataxia dan tidak menyebabkan peningkatan tensi uterus.

Anestesi epidural diberikan ketika sapi telah tesedasi, dengan demikian pemberian anestesi epidural harus dilakukan dengan hati-hati karena sedikit saja kelebihan dosis dapat menyebabkan sapi lemas dan kehilangan keseimbangan hingga sapi dapat berbaring dimana hal tersebut tidak diinginkan. 

Maka dosis yang digunakan adalah 2ml (80mg) procaine cair yang mengandung adrenaline 4%. 

Anestesi epidural caudalis dapat juga dilakukan dengan menggunakan 1,5-2 ml lidocaine 2% atau xylazine dengan dosis 0,05-0,07 mg/kg. lidocaine memiliki kelebihan dengan memblokade saraf sensori tanpa memberikan efek pada saraf motorik serta memiliki efek analgesic yang cukup panjang. 

Sedangkan xylazine dapat menyebabkan uterotonisitas dan ataxia walaupun diberikan secara epidural, selain itu juga dapat menyebabkan efek pada sirkulasi darah, respirasi dan peningkatan kontraksi pada rumen.

Pada Kuda Bedah Caesar yang dilakukan pada kuda merupakan tindakan elektif dimana kuda betina pernah mengalami fraktur atau cedera pada saluran reproduksinya dan kuda betina yang pernah mengalami distokia atau perdarahan pada arteri uterina yang parah pada proses kelahiran sebelumnya. 

Penanganan dan pengamatan preoprasi sangat diajurkan, konsentrasi dari elektrolit pada sekresi kelenjar mamae menjadi suatu tanda tepat waktunya dilakukan pembedahan. Berkurangnya tingkat sodium dan meningkatnya potassium dan kalsium menjadi indikator lain sebagai penanda awal kelahiran.

Teknik Operasi Caesar

Teknik Operasi Caesar pada Sapi

Sebelum operasi dilakukan hewan dapat di posisikan sebelumnya sesuai dengan yang diinginkan oleh operator. 

Dari sebuah jurnal ada 4 posisi dan 4 pola yang dapat dilakukan dalam memposisikan hewan maupun pola insisi yang akan diambil, yakni seperti gambar berikut :


Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Posisi berdiri dan insisi pada bagian paralumbar sinister.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Posisi berdiri dan insisi pada bagian oblique sinister.


Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Posisi ventral recumbency dan insisi ventral paramedian.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Posisi ventral recumbency dan insisi ventrolateral.

  • Prosedur Pembedahan pada Bagian Kiri Flank dengan Posisi Sapi Berdiri Ketika seorang dokter hewan memutuskan untuk melakukan operasi Caesar pada sapi, sapi tersebut kemudian dipindahkan ke tempat yang bersih dan lebih terang dalam stable. 
  • Kepala sapi kemudian diikat kearah kiri untuk mencegah sapi tersebut jatuh dan menimpa bagian insisi dari operasi. 
  • Seorang asisten atau peternak akan berdiri disamping kepala sapi untuk menrestrain dan menghalangi pandangan sapi sehingga jika sampai terjadi sesuatu hal seperti jika sapi terjatuh. 
  • Di samping kanan tempat sapi berdiri merupakan dinding penghalang sehingga sapi tidak akan berayun kearah samping, tetapi tempat yang paling ideal adalah boks operasi bedah dimana boks tersebut aman bagi sapi serta aman bagi dokter hewan dari tendangan yang mungkin dilakukan oleh sapi.


Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
 Box untuk Hewan yang Ingin Operasi Caesar

  • Prosedur diawali dengan pemberian tocolyticum (clenbuterol-hydrochloride 0,15 mg) diberikan secara injeksi pada vena di ekor sapi sebagai relaxan pada otot uterus.Efek relaxan diberikan dari clenbuterol dan isoxsuprin yang bekerja pada reseptor di myometrium. Tetapi ketika uterus siap untuk berkontraksi efek obat tersebut akan menjadi lebih rendah. Pemberian epinephrine juga memiliki pengaruh yang sama seperti tocolyticum. Selain itu, ritodrine, yang merupakan agonis dari adrenergic β2 juga dapat memberikan efek relaxan yang sama pada myometrium. 
  • Ekor kemudian diangkat dan diikat kea rah tungkai belakang kanan untuk mencegah sapi tersebut mengibaskan ekor sehingga menyebabkan kontaminan pada daera insisi. Bila perlu tungkai belakang kiri dari sapi dapat diikatkan pada boks untuk mencegah sapi menendang dokter hewan pada saat pengerjaan operasi.
  • Teknik operasi dilakukan dengan pertama-tama bagian flank sinister dibersihkan dan dicukur dengan lokasi sekitar 10 cm ke arah cranial dari tuber coxae hingga ke os. Costae terakhir dan area yang berada di bagian dorsal dari transversal vertebrae dikeringkan untuk mencegah adanya cairan yang mengalir sehingga dapat mengontaminasi insisi. 
  • Kemudian region flank sinister diberikan desinfeksi dengan menggunakan alcohol untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh jarum yang tidak steril pada otot dan jaringan subkutan. 
  • Anesthesia local diberikan dengan memblokade  saraf perifer sekitar 5 cm ke arah caudal dari os. Costae terakhir atau 5 cm dari sayatan insisi yang dibuat dengan dosis 80-120 ml procaine-hydrochloride yang mengandung adrenaline 4% (3200-4800 mg procaine). Penggunaan procaine-hydrochloride dengan adrenaline juga berfungsi untuk mengurangi perdarahan pada saat dilakukannya insisi. 
  • Setelah injeksi anestesi diberikan kemudian bagian yang akan di operasi diberikan disinfektan dengan menggunakan sabun yang mengandung iodine dan rambut-rambut pada bagian tersebut dicukur dan didesinfeksi kembali dengan menggunakan alcohol serta povidone-iodine cair.
  • Selain penggunaan procaine 4% sebagai anestesi local, lidocaine 2% juga dapat digunakan. Teknik lain selain dengan blockade pada spinal yaitu dengan menggunakan blockade lumbar dan blockade paravertebral pada T13, L1, L2 dan saraf spinal.
  • Teknik operasi yang dilakukan dengan memulai sayatan insisi pada lapisan-lapisan kulit dengan jarak 10 cm dibawah prosesus transverses lumbalis pada fossa mid-paralumbar sepanjang 30-45 cm ke arah ventral dan berjarak sekitar 5 cm dari caudal os. Costae terakhir. 
  • Musculus obliquus abdominis externus dan internus dinsisi secara vertical bersamaan. Musculus transverses abdominis kemudian dipotong dengan menggunakan gunting jaringan. 
  • Ketika rongga perut sudah terbuka maka lokasi yang perlu ditemukan adalah keberadaan dari cornua uteri.
  • Perlakuan pada fetus berbeda sesuai dengan posisi fetus pada rahim, jika fetus ditemukan dengan posisi kepala dan tungkai depan berada di dalam uterus maka dokter harus dengan hati-hati mengeluarkan fetus dari rahim melalui insisi yang dibuat. 
  • Tungkai depan keluar telebih dahulu kemudian diikuti oleh kepala dan tungkai belakang untuk mencegah kepala fetus tersangkut dan menoleh kea rah lainnya yang menyebabkan terjadinya rupture uteri. Jika fetus dalam posisi membelakangi operator, maka operator harus memutar posisi uterus dan fetus hingga ke bagian axis longitudinalnya. 
  • Untuk melakukan hal tersebut maka operator meletakan tangan kiri dan lengannya tepat di bawah cornua uteri dan menarik metatarsal atau metacarpal kearah operator dan mendorong uterus dengan menggunakan tangan kanan sehingga uterus berputar pada axis longitudinalnya.hal ini harus dilakukan dengan sangat tenang agar sapi yang teranestesi tidak sampai jatuh.


Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Teknik Memutar Fetus & Sebelum Mengeluarkan


Fetus dari Uterus

  • Ligasi pada sayatan insisi yang dilakukan pada dinding uterus menggunakan material benang monofilament yang bersifat absorbable dengan menggunakan jarum bulat dan pola jahitan menerus, tetapi selain itu dapat juga mengunakan pola sutura cushing yang dimodifikasi. Dapat pula dengan menggunakan cushing yang sederana. 
  • Sebelum diligasi, diberikan 1 gr oxytetracyline ke dalam lumen dan setelah sutura selesai dibuat kemudian luka insisi diperiksa kembali jika masih ada kesalahan dan kebocoran pada uterus yang diligasi. 
  • Musculus abdominis diligasi bersamaan dengan membrane peritoneum dan bagian otot obliquus diligasi bersamaan dengan menggunakan pola sederhana terputus dalam satu lapis. Sebelum dilakukannya ligasi pada rongga perut, diberikan irigan dengan menggunakan penicillin 1200IU/ kg yang disemprotkan secara intra abdominal sebagai langkah pencegahan kontaminasi pada rongga perut. Penggunaan antibiotic yang broad spectrum seperti kombinasi dari penicillin dan neomycin. 
  • Kemudian kulit diligasi dengan menggunakan pola interlocking menerus atau denan pola terputus sederhana atau horizontal mattress atau pola cruciate terputus. Benang yang digunakan berupa material sintetik polifilamen yang bersifat absorbable. Setelah kulit diligasi diberikan penutup dengan menyemprotkan plastic ataupun alumunium untuk mencegah kontaminasi akibat debu.

 
Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Luka Insisi pada Sinister Flank Setelah Operasi

Lebih singkat proses operasi Caesar pada sapi dijelaskan dibawah ini :

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Posisi berdiri, insisi paralumbar sinister, kemudian dilakukan pencukuran dan pemberian iodin, Lakukan penyayatan kulit, subcutan & otot pada regio abdomen (transversal).

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan pencarian fetus yang berada didalam uterus

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan insisi pada bagian uterus untuk mengeluarkan fetus.   

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Setelah dilakukan insisi kemudian fetus dibantu keluar dengan cara ditarik dengan perlahan dan hati- hati.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Setelah fetus keluar dilakukan pengangkatan kaki untuk mengeluarkan lendir pada mulut, hidung fetus sambil membersihkan bagian luar dengan handuk/kain.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan penjahitan pada bagian yang diinsisi (uterus).

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan pembersihan pada daerah penjahitan dan sekitarnya dengan NaCl fisiologis.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan reposisi uterus kembali ke dalam abdomen dengan cara mendorong uterus kedalam.
   
Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Jahit kembali otot, subcutan dan kulit setelah pemasukan uterus kedalam abdomen.

Teknik Operasi Caesar pada Anjing

Pada teknik operasi yang dilakukan pada anjing pada dasarnya sama dengan sapi, hanya saja objeknya jelas berbeda dan teknik yang dilakukan pun pasti berbeda. 
  • Pasien di cukur sebelum anastesi dilakukan, kemudian di lakukan insisi garis tengah dibuat untuk mengekspos rahim. Prosedur operasi untuk pengeluaran fetus dari induknya, melalui laparohisterectomi atau pembedahan pada perut dan uterus (rahim). 
  • Pada operasi cesar di monitoring terhadap frekuensi denyut jantung serta respirasi dan temperatur tubuh per 5-10 menit untuk mengetahui kondisi hewan selama terimmobilisasi. 
  • Setelah di insisi,fetus kemudian dikeluarkan dari Rahim (uterus). Setelahnya uterus, dinding abdomen dan kulit kemudian dijahit. Jahitan pada kulit adalah internal sehingga fetus tidak terganggu oleh simpul. Lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini :

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan pemberian preanastesi dan anastesi dan tunggu hewan menunjukkan reaksi (teranastesi).

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Hewan diposisikan Dorsal recumbency, lakukan pen- cukuran, kemudian pada bagian abdomen diberikan iodin (antiseptik), setelah itu di- lakukan sayatan (Linea Alba).        

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Keluarkan uterus dari rongga abdomen, kemudian insisi bagian uterus agar nantinya fetus mudah dikeluarkan.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Keluarkan fetus dari uterus, kemudian potong tali pusar.       

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Bersihkan anaknya dari lendir dengan menggunakan handuk atau kain.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan pembersihan pada daerah penjahitan dan sekitarnya dengan NaCl fisiologis
   
Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan penjahitan pada bagian uterus yang diinsisi tadi. 

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Reposisi kembali uterus ke dalam rongga abdomen. 

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Lakukan kembali penjahitan pada otot, subcutan dan kulit dibagian linea alba yang tadi di insisi. Selesai  

Teknik Operasi Caesar pada Unta

Pada unta dilakukan restain dengan sternal recumbency dan bagian tungkai diikat. Sedasi diberikan dengan menggunakan xylazine 0,25 mg/kg secara IV dengan disertai pemberian lignocaine hydrochloride 60-100ml secara regional pada bagian flank, setelah hewan tersedasi kemudian posisi unta dibaringkan dengan lateral recumbency.

Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia)
Unta dengan Posisi Restrain Sterna Recumbency

  • Teknik operasi dilakukan dengan pendekatan laparohysterectomy dari bagian sinister flank dan pertama-tama tindakan dilakukan dengan mencukur, mencuci dan memberikan antiseptic pada bagian permukaan flank dengan menggunakan povidone iodine 7,5% dan alcohol. 
  • Kemudian insisi dibuat sepanjang 30-40 cm mulai dari bagian tengah fossa para lumbar, sekitar 6-8 cm di bawah prosesus transvsersus lumbalis, 5 jari pada bagian posterior dan parallel dengan os. Costae terakhir. 
  • Sayatan dilakukan pada lapisan subcutan, muskularis dan peritoneum dengan memperhatikan posisi limpa yang berada di region tersebut setelah uterus terlihat maka uterus diangkat dan dibalut dengan menggunakan kassa steril. 
  • Insisi pada dinding uterus kemudian dibuat pada area yang sedikit pembuluh darahnya dan fetus dikeluarkan bersama dengam membrane lainnya serta plasenta jika dapat disingkirkan saat itu juga, jika tidak pemberian oxytocin untuk menginduksi kontraksi uterus harus diberikan setelah operasi dilakukan untuk mengeluarkan membrane yang tersisa. 
  • Kemudian uterus diirigasi dengan unggunakan 1-1,5 liter saline steril dan uterus dijahit kembali menggunakan catgut chromic 3-0 dengan pola jahitan Utrecht. 
  • Uterus diposisikan kembali ke dalam cavum abdomen dan cavum abdomen diirigasi dengan menggunakan antibiotic cair penicillin-streptomycin 50-60 ml. 
  • Lapisan peritoneum dan musculus abdominis diligasi dengan menggunakan chromic catgut 4-0 pola jahitan Lockstitch menerus dan bagian kulit diligasi dengan menggunakan benang silk steril 3-0 pola jahitan mattress. 
  • Setiap ligasi diberikan normal salin dan antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi dari kontaminan yang ada.


Teknik Operasi Caesar pada Kuda

Pendekatan insisi yang dilakukan pada kuda ada dua jenis yaitu pendekatan melalui bagian flank yang dimodifikasi dengan kuda pada posisi lateral recumbency cukup sering dilakukan di Eropa dan pendekatan melalui abdomen pada bagian ventral midline dengan posisi kuda pada keadaan dorsal lateral recumbency sering dilakukan di Amerika Utara. 

Jangka waktu untuk melakukan bedah Caesar pada kuda tidak boleh lebih dari 20 menit karena hal tersebut dapat menyebabkan fetus berada dalam keadaan kritis, lain halnya jika fetus sudah ditemukan dalam keadaan mati maka 20 menit tersebut bukan merupakan waktu kritis tetapi prosedur harus tetap berjalan sesingkat dan sebaik mungkin demi keselamatan induk.

  • Kuda dibaringkan pada posisi doral lateral recumbency dengan pendekatan ventral midline pada abdomen ditorehkan insisi sepanjang 35-40 cm dengan jarak 10 cm dari umbilicus ke arah kaudal sepanjang garis tengah abdomen. 
  • Ekstremitas caudal dari fetus biasanya terdapat pada koruna uteri harus ditemukan terlebih dahulu dan dikeluarkan. 
  • Kemudian dibuat satu sutura dengan pola menyilang dibuat dekat pada ujung dari cornua uteri dengan jarak yang cukup dekat pada ekstremitas kaudal dari fetus, dan satu jahitan menyilang pada uterus yang mendekati bagian hock atau ankle dilakukan oleh asisten operator untuk mengurangi kontaminasi pada abdomen oleh cairan dari uterus selain itu diperlukan juga adanya handuk serap yang diletakan pada sisi dinding abdomen yang dinsisi. 
  • Insisi dilakukan pada bagian dinding uterus dan membrane chorioalantois diantara dua sutura yang telah dibuat. 
  • Tetapi pada prosedur uterotomy insisi dilakukan sepanjang dinding uterus untuk dapat mengeluarkan fetus dari uterus. 
  • Membrane amnion yang membungkus fetus kemudian disayat dan dikeluarkan. Operator kemudian mengeluarkan fetus dari rahim dengan menggenggam bagian ekstremitas kaudal fetus dan menarik fetus keluar dari rahim dengan bantuan asisten operator. 
  • Kemudian fetus dengan tali pusar yang masih menempel dibawa ke ruangan lainnya untuk dilakukan resusitasi dan evaluasi. 
  • Bagian membrane chorioalantois kemudian depisahkan dari endometrium hingga berjarak 3-4cm sepanjang insisi dari dinding uterus. Jika plasenta dapat dengan mudah diangkat maka pada saat itu juga plasenta harus dikeluarkan dari uterus.
  • Biasanya perdarahan yang tejadi pada dinding uterus yang diinsisi cukup banyak sehingga pola sutura yang dilakukan untuk menutup sayatan adalah pola menerus sederhana pada bagian tepi insisi untuk proses homeostatis. 
  • Pembuluh darah besar kemudian diligasi kembali. Bagian uterus ditutup dengan dua tahap, lapisan pertama menggunakan benang absorbable sutura dengan pola Connel menerus dan lapisan kedua dengan menggunakan Lembert menerus dengan jenis benang yang sama. 
  • Setelah uterus ditutup kemudian uterus diirigasi dengan antiseptic dan diberikan terapi 40 unit oxytocin secara intravena untuk menstimulasi kontraksi uterus dan mengeluarkan plasenta. 
  • Setelah itu sutura menyilang sederhana yang dibuat pada awal pengeluaran fetus dibuka dan uterus dikembalikan pada posisi awal di rongga abdomen. 
  • Handuk serap kemudian disingkirkan dan rongga abdomen diirigasi dengan menggunakan 10-15 liter saline hangat dan diberikan crystalline-penicillin cair pada abdomen dan rongga abdomen dijahit kembali dengan menggunakan benang vicryl.


Perawatan Pasca Operasi Caesar

Perawatan Pasca Operasi Caesar pada Sapi

Manajemen post operasi dilakukan dengan menggunakan penicillin 6-12 juta IU dan oxytocin 50-100 IU untuk menginduksi kontraksi uterus dengan meninjeksikannya secara intra muscular. 

Oxytetracycline diberikan dengan dosis 6,6-11 mg/kg sekali setelah 24 jam post operasi secara intravena, atau intramuscular maupun subcutan selama 3-5 hari atau dengan pemberian ceftiofur hydrochloride/ sodium dengan dosis 1,1 – 2,2 mg/kg per 24 jam secara IV, IM atau SC selama 3-5 hari. Selain itu dapat diberikan pula florfenicol 20 mg secara IM per 48 jam atau 40 mg/kg secara SC per 96 jam.

Perawatan Pasca Operasi Caesar pada Anjing

Setelah dilakukan operasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perawatan pasca operasi pada anjing. Perawatan pasca operasi terdiri dari penanganan induk dan anak (Puppies). Untuk penanganan induk bisa dengan :

  1. Pemeriksaan bagian yang insisi bila ditemukan tanda-tanda infeksi yang meliputi : kemerahan, pembengkakan dan nyeri.
  2. Pembatasan pemberian latihan selama 3 minggu.
  3. Pemberian antibiotik jika perlukan.
  4. Pemberian obat antipsikotik dalam beberapa kasus dibutuhkan.


Sedangkan pada puppies dapat diberikan perlakuan sebagai berikut :
  1. Pembersihan puppies dari lendir setelah keluar dari uterus.
  2. Perlu lingkungan yang hangat.
  3. Pemberian makanan tambahan jika induk tidak menyusui.
  4. Swab perineum untuk merangsang buang air kecil dan buang air besar.


Perawatan Pasca Operasi Caesar pada Unta

Manajemen post-operasi dilakukan dengan pemberian oxytocin dengan dosis 20-40 unit secara intravena. 

Penstrep diberikan secara injeksi dengan dosis 1ml / 20 kg selama 7 hari disertai pemberian Ketoprofen 15-20ml secara IV selama 3-5 hari. 

Ringer laktat diberikan sebanyak 3-5 liter perhari disertai 5% dextrose dengan notmal saline 3-5 liter perhari untuk memenuhi kebutuhan mineral pada unta. 

Ligasi pada kulit dibersihkan dengan menggunakan povidone iodine 7,5% setiap hari dan jahitan dileas setelah 3-4 minggu kemudian tergantung dari kesembuhan primer post operasi.

Perawatan Pasca Operasi Caesar pada Kuda

Tindakan post operasi yang dilakukan pada kuda yang menjalani operasi Caesar hamper sama dengan kuda yang menjalani operasi pada bagian abdomen hanya saja perhatian lebih ditekankan pada aluran reproduksinya. 

Jika plasenta belum keluar ssetelah pemberian oxytocin pertama, oxytocin diberikan lagi 2-3 jam setelah kelahiran dengan dosis 40 unit disertai pemberian Ringer laktat melalui IV selama 30-60 menit. 

Biasanya plasenta akan keluar paling lama 8 jam setelah kelahiran. Setelah plasenta keluar kemudian dilakukan irigasi pada uterus satu hari sekali selama 3-4 hari. 

Antibiotic sistemik dan flunixin meglumin diberikan selama 3-5 hari setelah kelahiran dengan disesuaikan keadaan dimana adanya kontaminasi atau trauma pada jaringan. 

Kuda dapat dibiarkan merumput satu hari post operasi dan dianjurkan diberikan pakan yang menganduk minyak mineral untuk mempercepat kesembuhan luka, selain itu latihan berjalan pada kuda diberikan 2-3 kali per hari selama 3-4 minggu. 


Penutup

Setelah melakukan pembahasan mengenai operasi Caesar, dapat disimpulkan bahwa teknik bedah ini pada dasarnya sama yang dilakukan pada hewan. 

Hanya saja terdapat perbedaan dalam hal penanganan, pemposisian hewan pada saat operasi dan penggunaan anastesi yang berbeda, karena anastesi digunakan sesuai dengan keadaan tubuh pasien.


Referensi 

Anwar Suhel, et al. 2013. Cesarean Section in Dromedary Camels Under Field Conditions in United Arab Emirates. Camel-International Journal of Veterinary Science: UAE.

Embertson, Rolf M. 2006. Ovary and Uterus Equine Surgery. Journal of American Veterinary Medicine Association: USA.

Hughes, Tom. 2012. Dealing with Dystocia in a Referral Hospital. The Liphook Equine Hospital: Hampshire, UK.

Jones, R. S. 2001. Epidural Analgesia in the Dog and Cat. University Departement of  Anesthesia, University of Liverpool: UK.

Kolkman, Iris. 2010. Calving Problems and Calving ability in the Phenotypically Double Muscled Belgian Blue Breed. Ghent University: Belgium.

Kushnir, Y and Epstein, A. 2012. Anesthesia for the Pregnant Cat and Dog. The Hebrew University of Jerusalem: Israel.

Lemke, Kip A., Caroline J. Hewson, Alice D. Crook. Examples of  Sedatives, Anesthetic, and Pain Management Protocols, for Healthy Horses, Cattle and Pigs. 2010. Altantic Veterinary College, University of Prince Edward Island.

Ravenhill, Peter. 2012. Dealing with Dystocia in the field. B&W Equine Group, Willesley Equine Clinic: Tetbury, UK.

Schultz, Loren G., Jeff  W. Tyler, H. David Moll, and Gheorghe M. Constantinescu. 2008. Surgical Approaches for Cesarean Section in Cattle. Kanada : Veterinary Journal.
Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia) Teknik Operasi Caesar pada Hewan (Bedah Genitalia) Reviewed by kangmaruf on 2:25 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.