Ketamin (Obat Hewan)

Sifat Kimiawi

Ketamin  adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “Rapid acting non barbiturat general anesthesia” yang populer disebut ketalar sebagai nama dagang. Pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carsen, tahun 1965, yang digunakan sebagai obat anestesi umum. (Mangku dan Senapathi, 2010)

Ketamin (Obat Hewan)
rumus kimia ketamin


Ketamin berwarna putih, berbentuk kristal, mendidih pada suhu 258-261oC, karakteristiknya berbau, dan akan mengalami presipitasi pada pH yang tinggi. 

Ketamin dapat bercampur secara compatibel dalam spuit yang sama, namun jangan mencampur ketamin dengan barbiturat atau dizepam dalam satu spuit atau Intra Vena yang sama karena presipitasi dapat terjadi (Plumb, 2005).

Farmakologi

Mempunyai efek anelgesia yang sangat kuat, akan tetapi efek hipnotiknya lemah dan disertai dengan efek disosiasi. Pada mata obat ini menimbulkan lakrimasi, nistagmus, dan kelopak mata terbuka secara spontan. Pada jantung dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Dan pada otot dapat menimbulkan kejang-kejang (Mangku dan Senapathi, 2010)

Ketamin (Obat Hewan)
contoh produk dan sediaan ketamin


Menurut Plumb, (2005), ketamin adalah anestesi umum dengan aksi yang cepat, juga memiliki aktivitas analgesik yang signifikan dan efek depresannya pada jantung kurang. Diperkirakan untuk induksi kedua anesthesia dan amnesia secara fungsional mengganggu CNS melalui stimulasi berlebih pada CNS atau menginduksi bagian kataleptik. 

Ketamin menghambat GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan juga dapat memblok serotonin, norepineprin, dan dopamin pada CNS. Sistem thalamoneocrotical ditekan ketika sistem limbik aktif. Induksi anestetik pada stadium I dan II, tapi tidak pada staidum III. Pada kucing, dapat menyebabkan efek hypotermik ringan, temperatur tubuh turun rata-rata 1,60 C setelah pemberian obat. 

Efeknya pada tonus otot dilaporkan bervariasi, tapi ketamin umumnya dapat menyebabkan peningkatan tonus otot, atau tidak sama sekali. Ketamin tidak menghilangkan reflek pinnal dan pedal, baik photik, korneal, laringeal, ataupun reflek pharingeal. 

Efeknya pada sistem Kardiovaskuler meliputi peningkatan Cardiac Output, frekuensi jantung, rataan tekanan aortik, tekanan arteri pulmonari, dan tekanan venosus sentral. Efeknya pada seluruh daya tahan peripheral dilaporkan bervariasi. 

Efek Kardiovaskuler secara sekunder dapat meningkatkan tonus sympathetik, ketamin juga memiliki efek negatif pada inotropik jika sistem symphatetik telah diblok. Ketamin tidak menekan sistem respiratori secara signifikan, namun dosis yang lebih tinggi dapat menurunkan frekuensi nafas.

Kontraindikasi

Ketamin diikontraindikasikan pada hewan yang memiliki hipertensi, gagal jantung, dan aneurysms arterial. Pabrik penghasil biasanya memperingatkan efek penggunaannya pada sistem hepatik dan insufiensi renalis. 

Kemudian karena ketamin tidak memberikan efek yang baik pada relaksasi otot, maka obat ini dikontraindikasikan digunakan tunggal dalam pembedahan mayor. Ketamin dapat meningkatkan tekanan CSF (Cerebro Spinal Fluid) dan pemakaian tidak ditujukan pada hewan yang mengalami trauma pada kepala. 

Penggunaan Ketamin juga dipertimbangkan secara relatif kontraindikasinya ketika tekanan intraokuler meningkat dan prosedur yang melibatkan pharing, laring, atau trakea. Hewan yang kehilangan darah secara signifikan, pemberian  dosis ketamin harus dikurangi. 

Untuk meminimalkan insiden reaksi emergensi, direkomendasikan untuk meminimalkan pembukaan (exposure) pada pemnanganan atau bunyi yang keras selama periode pemulihan (recovery). 

Pemantauan tanda vital tetap dilakukan selama fase pemulihan. Karena ketamin dapat meningkatkan tekanan darah, lakukan dengan hati-hati dalam mengontrol haemoragi pasca bedah (seperti declawing). 

Tidak diperkenankan pemberian pakan atau air menjelang pembedahan, namun pada prosedur elektif direkomendasikan untuk tidak memberi pakan 6 jam sebelum pembedahan (Plumb, 2005).

Interaksi obat

Interaksi Ketamin dengan obat Narkotik, barbiturat atau dizepam dapat memperpanjang waktu pemulihan setelah anestesi ketamin. Ketika digunakan dengan Halotan, rata-rata pemulihan (recovery) ketamin dapat diperpanjang, dan efek stimulatori pada jantung dari ketamin dapat dihambat. 

Pemantauan status jantung direkomendasikan dalam penggunaan ketamin dengan halothan. Chloramphenicol (secara perenteral) dapat memperpanjang aksi anestesi pada ketamin.

Hormon Tiroid ketika diberikan bersamaan dengan ketamin dapat menginduksi hipertensi dan takikardia. Beta-blocker (seperti propranolol) dapat menjadi keuntungan dalam mengobati efek ini. 

Neuromuskular blokers (seperti succinylcholine dan tobucurrarin) dapat menyebabkan peningkatan atau perpanjangan depresi respiratori (Plumb, 2005). 

Antidotum obat untuk Xilasin adalah dopram (Sudisma, 2006). Bille, (2012) melaporkan dari 204 anjing yang dianestesi ketamin 9 diantaranya mati, jadi resiko kematian dari penggunaan ketamin 4.41%.

Dosis obat pada hewan

Dosis penggunaan pada anjing.adalah
  1. Diazepam 0,5 mg/kg IV, lalu ketamin 10 mg/kg IV untuk induksi anestesi umum (Booth 1988, dalam Plumb 2005).
  2. Midazolam 0,066-0,22 mg/kg IM or IV lalu ketamin 6.6-11 mg/kg IM (Mandsager 1988, dalam Plumb 2005).
  3. Xilasin 2.2 mg/kg IM, dalam 10 menit diberi Ketamin 11 mg/kg IM. Anjing dengan berat lebih dari 22.7 kg (50 pon) dosis dikurangi pada kedua obat diatas sebesar 25% (Booth 1988, dalam Plumb 2005)
  4. Atropin (0,044 mg/kg) IM, dalam 15 menit diberi xylazin (1.1 mg/kg) IM, 5 menit kemudian diberi ketamin (22 mg.kg) IM (Booth 1988, dalam Plumb 2005).


Sebagai Catatan, ketamin/Xilasin dapat menginduksi aritmia kardia, edema pulmonary, dan depresi respiratori pada anjing. Obat ini harus dikombinasikan dengan hati-hati (Plumb, 2005).
Ketamin (Obat Hewan) Ketamin (Obat Hewan) Reviewed by kangmaruf on 8:53 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.