Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)

Indikasi bedah fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula

Indikasi Fraktur Pelvis

  • Pembedahan Symphisis Pubis dan Pelvis :
  1. Penanganan Frakur pada Os Pubis atau Os. Pelvis
  2. Pubis symphysiotomy
  3. Pubis symphisiodesis

  • Pembedahan Sayap Ilium dan Aspek Dorsal dari Os. Sacrum :
  1. Pembukaan dalam penanganan Luksasi Sacroiliacam dan fraktur sacrum.
  2. Untuk penanganan fraktur ilium.
  3. Mengambil serpihan-serpihan  tulang

  • Pembukaan Ilium Melalui Incisi Lateral :
  1. Penanganan Fraktur pada sayap ilium
  2. Osteotomy tulang ilium

Indikasi Fraktur Femur           

Indikasi dari operasi fraktur femur adalah untuk memperbaiki struktur dan fungsi tulang agar berfungsi sebagaimana mestinya. Sesuai dengan fraktur yang terjadi.

Indikasi Fraktur Tibia Fibula

Indikasi dari operasi fraktur tibia fibula adalah untuk memperbaiki struktur dan fungsi tulang agar berfungsi sebagaimana mestinya. Sesuai dengan fraktur yang terjadi.

Alat

Alat – alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah : pisau bedah, forcep, jarum, gunting bedah, gergaji tulang, fixator yang diperlukan

Bahan

Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, alkohol 70%, aquades, benang absorbable dan non-absorbable , gloves, masker dan spuite 3 ml. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi, anestesi dan antibiotik topikal.

Pra Operative

Sebelum melakukan tindakan operasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan operasi. Adapun persiapan yang dilakukan adalah persiapan alat, bahan, obat, persiapan ruangan operasi, persiapan hewan kasus dan operator.

Persiapan Alat, Bahan, dan Obat

Sterilisasi alat dengan menggunakan autoclave selama 15 menit, kecuali gunting dan jarum disterilkan dengan dengan menggunakan alkohol 70%. 

Tujuan dilakukan sterilisasi alat adalah untuk menghindari kontaminasi dari alat pada luka operasi yang dapat menghambat kesembuhan luka.

Persiapan Ruang Operasi

Ruang operasi dibersihkan menggunakan desinfektan. Sedangkan meja operasi didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. 

Penerangan ruang operasi sangat penting untuk menunjang operasi, oleh karena itu sebelum diadakanya operasi persiapan lampu operasi harus mendapatkan penerangan yang cukup agar daerah/site operasi dapat terlihat jelas.

Persiapan Hewan

Pemeriksaan fisik awal wajib untuk dilakukan sebelum operasi dilakukan. Pemeriksaan fisik meliputi: Signalemen, berat badan, umur, pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, dan pemeriksaan sistem tubuh lainnya (digestivus, respirasi, sirkulasi, saraf, reproduksi), perubahan anggota gerak, dan perubahan kulit.  Selanjutnya hewan dianestesi dengan anestesi umum.

Preanastesi & Anastesi Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia Fibula

Preanastesi biasanya menggunakan Atropin Sulfat setelah 5-10 menit dilanjutkan dengan pemberian anastesi. Anastesi yang digunakan untuk 2 operasi ini adalah dengan menggunakan anastesi umum. 

Anastesi yang umum digunakan pada anjing dan kucing jika terjadi kasus ini bisa dengan menggunakan Ketamin dan Xylasin, dosis anastesi disesuaikan dengan jenis hewan, berat badan, sediaan obat anastesi.

Inta Operative

Reduksi adalah tahapan paling penting dan paling utama dalam penanganan fraktur, karena dalam hal ini dilakukan reposisi terhadap tulang sehingga mencapai bentuk dan letak yang semirip mungkin dengan keadaan normal. Teknik reduksi dapat dilakukan dalam dua prinsip dan cara utama, yaitu :

1.  Reposisi tertutup

Merupakan tindakan terapi tanpa pembedahan yaitu dengan mereposisi tulang sesuai dengan bentuk patahan ke keadaan normal. Cara ini dilakukan pada kasus fraktur yang sederhana dan memungkinkan untuk dilakukan reposisi dari luar.

Teknik reposisi tertutup ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
  • Hewan dianestesikan dengan anestesi umum
  • Dilakukan fiksasi dengan pembalutan menggunakan gips atau alat sejenis seperti barr, Thomas splint dan alat lain.

2.  Reposisi terbuka

Merupakan teknik penanganan terhadap fraktur yang dilakukan melalui metode pembedahan. Metode ini dikenal dengan istilas open reduction and internal fixation atau reposisi terbuka dan fiksasi internal.

Teknik penanganan fraktur dengan reposisi terbuka ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
  • Hewan dianestesi dengan anestesi umum
  • Posisikan hewan secara lateral recumbency atau dengan posisi yang memungkinkan untuk mempermudah tindakan pembedahan.
  • Buat insici untuk mencapai daerah fraktur
  • Lakukan penanganan terhadap fraktur, dengan mereposisi tulang sehingga bisa mencapai posisi yang sedekat mungkin dengan keadaan normal.
  • Lakukan fiksasi atau distabilkan dengan menggunakan peralatan orthopedic yang sesuai, pin, skrup, plat dan skrup atau kawat baja

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia Fibula 

A.   Operasi Fraktur  pada tulang Pelvis

  • Dislokasi sendi sacroiliaca ditangani menggunakan sekrup besar dan pin

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Rontgen dari Pelvis yang patah

  • Fraktur os. ilium biasanya tangani dengan menggunakan plate dan sekrup

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Foto Rontgen dari pelvis yang telah dilakukan operasi

  • Fraktur acetabulum diperbaiki dengan:
  1. Plate dan sekrup,  atau
  2. Sekrup, pin, kawat, dan semen tulang

1.  Pembedahan Symphisis Pubis dan Pelvis

a.  Posisi Pasien :

Ventral Recumbency, Kaki belakang di abduksikan

b.  Prosedur Pembedahan :

  • Incisi kulit pada anjing jantan dibuat didekat penis dan memanjang dari scrotum sekitar 1 inchi (2,5 cm), mulai cranial ke pubis. Pada anjing Betina dan Kucing, Incisi dibuat dari cranial vulva pada garis tengah tubuh (midline). Teknik ini juga diterapkan pada kucing jantan.
  • Penis ditarik melewati garis median tubuh, diikuti incisi pada fascia didekat penis  dan dilanjutkan dengan diseksi tumpul (preparir). Cabang besar artery Pudenda eksterna harus diligasi untuk membuat incisi fascia.
  • Bagian Lebih dalam fascia dan lemak diincisi dan ditarik.
  • Incisi midline cranial pada pubis dilakukan melalui linea alba dan dilanjutkan lagi kecaudal melalui tendon subpelvis pada permukaan symphisis pubis.
  • Otot Gracilis dan Adductor diangkat dari symphisis pubis.
  • Usahakan agar tidak terjadi pembukaan atau perobekan dari peritoneum.
  • Otot Gracilis dan Adductor disatukan dengan penjahitan. Kesalahan penysisipan dari tendon prepubis dihindari seminimal mungkin dan dijahit dengan hati-hati.  
  • Lakukan penyambungan antara pascian dan oto gracilis dan adductor. Penanganan segera dilakukan apabila dalam penutupan telah membuka peritoneum.

Pembedahan Sayap Ilium dan Aspek Dorsal dari Os. Sacrum

a.  Posisi Pasien :

Lateral Recumbency atau Sternal Recumbency

b.  Metode Pembukaan

Penggambaran dorsal midline dari fraktur dan luksasi dari lumbar vert.7 dan sacrum melalui pendekatan dorsal . 

Untuk mendapatkan gambaran dari kedua sayap dan poros dari os, gunakan "gluteal roll-up" melalui pendekatan sayatan lateral. 

Pendekatan ventral adalah cara alternatif untuk mendapatkan gambaran dari sendi sacroiliac . 

Keuntungan dari pendekatan ventral adalah mudah dilakukan dan dikombinasikan dengan pendekatan lateral untuk penanganan ilial.

c.  Prosedur :

  • Incisi Kulit dimulit dari cranial dari spina iliaca dorsal dan dilanjutkan ke caudal paralel ke midline ke dekat sendi pinggul (hip joint). 
  • Jaringan Subcutan dan fascia glutea dan lemak diinsisi pada garis yang sama untuk membuka spina iliaca dorsal cranial dan caudal.
  • Jika pada permukaan lateran (gluteal) dari sayap ilium diperlukan pembukaan, insicisi dibuat diperiosteal yang terletak dibagian tengah  otot gluteal tepi lateral ilium dekat spina iliaca dorsal and akhir dari spina dorsal caudal. 
  • Jika Sacrum juga harus dibuka, incisi kedua dibuat pada pariosteal dari musculus sacrospinali, pada tepi medial dari ilium. 
  • Penggabungan insisi dapat diteruskan ke bagian caudal, dan beberapa fiber dari musculus gluteus superfsial dapat terincisi di region ini.
  • Otot Gluteus tengah dapat dibuka pada hewan kecil, dan dapat teriris kecil pada hewan yang sudah tua. 
  • Pembukaan dilanjutkan ke bagian kaudal hingga spina iliaca dorsal. Lanjutkan diseksi lagi akan mengakibatkan pemutusan arteri kranial gluteal, vena, dan saraf. 
  • Pembukaan yang sama pada otot sacrospinals pada bagian tengah ilium memberikan pembuakaan yang terbatas dari bagian permukaan sacrum dorsal. 
  • Pembukaan otot pada sacrum dibatasi oleh area lateral pada puncak intermediate untuk mencegah kerusakan cabang nervi dorsal yang muncul melalui foramen Sakrum dorsal.
  • Penutupan. Fascia superfisial dari sacrospinalis dan otot tengah gluteus digabungkan dengan pola jahitan menyilang pada sayap ilium. Ini diikuti dengan penutupan lapisan fasia gluteal, lemak gluteal dan subkutan fasia, dan kulit.

2.  Pembukaan Ilium Melalui Incisi Lateral

a.  Posisi Pasien : 

Lateral Recumbency

b.  Prosedur :

  • Incisi Kulit dimulai dari tengah puncak iliaca dan hingga caudal dan bagian distal trochanter mayor.
  • Jaringan Subcutan , lemak gluteal, dan fascia superfisial dincisi dan diibuka bersama dengan kulit. Insisi fascia glutea lebih dalam pada garis yang sama seperti incisi yang dilakukan pada sekat intermuskular antara tensor fascia lata, dan otot tengah gluteus. 
  • Incisi dilanjutkan dari spina iliaca ventral pada tepi cranial dari otot biceps femoris. 
  • Fascia juga dincisi sepanjang batas  cranial dari otot biceps femoris untuk membuat sayatan fasia berbentuk  T.
  • Retraksi otot glutealis medial untuk memperlihatkan otot glutealis dan sebagian dari tulang iliaca.
  • Sayatan dibuat pada otot glutealis medial pada tulang pangkal paha, mulai dari iliaca ventral caudal dan berlanjut ke bagian cranial dan dorsal jika diperlukan. 
  • Beberapa diseksi antara gluteal tengah dan otot sartorius. Pembuluh iliolumbar diligasi pada tepi ventral dari ilium. 
  • Sayatan dimulai pada otot glutealis untuk memungkinkan penarikan  otot ini.
  • Eksposur maksimal tulang ilium, cranial ke acetabulum, dapat mengakibatkan pemotongan cabang arteri gluteal cranial, vena, dan saraf yang memasok otot tensor fasciae latae. elevasi otot iliacus sepanjang  tepi ventral iliaca akan  memutuskan arteri nutrisi pada aspek ventra tulang. 
  • Arteri ini terputus kemudian harus dibakar (dengan alat khusus).
  • Penutupan : Jahitan lakukan antara fasciae otot glutealis medial dan otot sartorius. Garis jahitan ini diteruskan kebagian caudal antara glutealis medial dan tensor fasciae latae. lemak dan fasia gluteus, jaringan subkutan, dan kulit yang dijahit berlapis-lapis.

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
 Ilial Shaft Fracture – menggunakan plate dan skrup


Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Acetabular Fracture menggunakan kombinasi antara skrup, K wires dan polymethymethrcrylate. Pemasangan lateral plate fixator pada ilial

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Sacral Fracture Menggunakan K wires dan skrup

Fraktur pada tibia – fibula

Gambar A. craniocaudal dan meriolateral radiograph
Gambar B. keadaan tulang 5 bulan pasca operasi
Gambar C : 2.5 tahun Labrador Retriever : delapan bulan pasca operasi : komplikasi fraktur - mengalami infeksi, osteomyelitis, delayed union dan sustained. Diterapi dengan osteotomy dan pemasangan plat dan skrup.
                                   
                                  
Gambar A. craniocaudal dan mediolateral radiograph
Gambar B. Fraktur tibia diafisis
Gambar C. Stabilizer dipasang dengan external skeletal fixator
Gambar D. Revisi dari repairing tulang dilakukan dengan memasang plate fixator dan fraktur teratasi

Operasi fraktur pada femur


Fraktur comminuted pada tulang femur sinistra, fraktur pada femur kanan terjadi pada hip joint dan Dislokasi pada ilium


1.  Fraktura Femur

Beberapa pendekatan dalam teknik pembedahan yang dapat dilakukan pada operasi penanganan kasus fraktura os femur. Pendekatan ini dipilih berdasarkan tempat terjadinya patah pada os femur tersebut.

  1. Pembedahan dilakukan dari bagian lateral dengan membuat sayatan tepat dari trochanter mayor condylus lateralis, kemudian juga disayat fascia femoris dengan m. tensor fascia lata. 
  2. Dengan kait luka perut dari m. biceps femoris ditarik ke kaudal dan perut dari m. vastus lateralis yang terletak diprofundal dari m. tensor fascia latae ditarik ke cranial, maka sebagian besar dari os femur akan nampak.
  3. Dengan demikian pemasangan aparat fiksasi dapat dikakukan. Rambut pada daerah Rambut pada bagian yang mengalamu trauma fraktur sekitarnya dicukur sampai bersih dengan menggunakan clipper. 
  4. Kulit pada daerah lateral femur disayat mengikuti sumbu panjang os femur kira-kira 5-7 cm. Tensor fascia latae yang menutupi daerah cranial biceps femoris disayat untuk dapat menjangkau M. biceps femoris dan vastus lateralis. 
  5. Kedua otot tersebut lalu dikuakkan ke kranial dan kaudal untuk dapat menjangkau os femur. Os femur dipotong secara transversal untuk kemudian dipasang bone pin. 
  6. Bone pin dimasukkan ke dalam sumsum tulang (medulla) femur ke bagian atas terlebih dahulu, lalu dilakukan toggling untuk memasukkan bone pin ke dalam medulla os femur bagian bawah dari fraktur. 
  7. Setelah os femur mengalami reposisi dan fiksasi dilakukan penjahitan pada bagian otot yang tersayat dengan menggunakan benang catgut ukuran 4/0 dengan pola simple interrupted. 
  8. Lalu daerah kulit juga dijahit dengan menggunakan silk 3/0 pola jahitan simple interrupted, dan bekas sayatan diberikan iodium tincture 3% dan ditutup dengan kasa steril. Kemudian hewan diinjeksi antibiotik.

2.  Fraktura os Femur Comminuted

Metode operasi yang digunakan adalah pemasangan bone pin. 

  1. Pertama-tama sayatan dilakukan pada kulit di daerah paha lateral. Sayatan dilakukan sejajar dengan os femur, dengan panjang sayatan lebih kurang 3 cm. 
  2. Setelah kulit terbuka, otot-otot yang berada dibawahnya seperti M. biceps femoris dikuakkan tepat diatas os femur, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan jaringan. 
  3. Setelah dikuakkan, dicari posisi tulang yang mengalami fraktur. Tulang dikuakkan dengan pengungkit. Bone pin terlebih dahulu dimasukkan dalam lumen os femur bagian distal, harus dipastikan bahwa bone pin benar-benar terfiksasi kuat didalam lumen tulang. 
  4. Selanjutnya bagian ujung bone pin yang telah dimasukkan ke dalam os femur distal disatukan dengan os femur proksimal dengan cara toggling. 
  5. Setelah os femur disatukan dan yakin telah terfiksasi kuat dilakukan penjahitan otot menggunakan benang cat gut 4/0, dengan hati-hati tanpa menggerakkan keseluruhan kaki belakang untuk mencegah terlepasnya bone pin yang telah dipasang. 
  6. Penjahitan otot dilkukan dengan jahitan sederhana. Setelah itu penjahitan pada kulit juga dilakukan dengan jahitan sederhana benang silk 3/0.

Selain menggunakan bone pin, penggunaan bone wire juga dapat dilakukan untuk memfiksasi fraktur comminuted dikarenakan banyaknya serpian tulang yang harus disatukan kembali.


Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Sebelum dilakukan operasi fraktur femur

Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Setelah dilakukan operasi Fraktur Femur


Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Teknik pemasangan pin


Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Teknik pemasangan pin dan stabilization




Operasi tibia dan fibula

Tekop fraktur tibia-fibula adalah operasi memperbaiki keadaan tibia-fibula yang mengalami fraktur baik dilihat dari garis patahan, jumlah dan arah garis patahan, posisi fragmen, dan hubungan antara fragmen dan/atau dengan dunia luar yang ditangani sesuai prosedur. 

Fraktur tibia-fibula dapat terjadi karena anjing yang mengalami trauma karena pukulan benda keras atau tertabrak kendaraan serta karena keadaan patologis misalnya penyakit metabolisme.

Foto rontgen fraktur tibia fibula anjing golden jantan yang mengalami fraktur oblique setelah tertabrak mobil. (drh. C.Koesharjono)

Foto rontgen fraktur tibia fibula dextra.


Teknik Operasi Fraktur Tibia-Fibula :

  • Pemakaian traksi untuk mencapai alignment dengan memberi beban seminimal mungkin pad daerah distal.
  • Manipulasi dengan Closed reduction  and external fixation (reduksi tertutup + fiksasi eksternal), digunakan gips sebagai fiksasi eksternal, dilakukan jika kondisi umum pasien tidak memungkinkan untuk melakukan pembedahan. 
  • Indikasi fiksasi eksternal adalah fraktur yang disertai dengan kerusakan berat dari jaringan lunak, fraktru dengan cidera saraf atau pembuluh darah, fraktur comminuted yang berat dan tidak stabil, serta fraktur dengan infeksi.
  • Prosedur operasi dengan open reduction and internal fixation (ORIF) (reduksi terbuka + fiksasi internal) yang berarti dilakukan pembedahan dan pemasangan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi tulang, misalnya dengan munggunakan , plat, kawat, dan wire. 
  • Alat ini bisa dipasang di sisi maupun di dalam tulang yang mengalami fraktur dan dikerjakan dengan prosedur aseptis untuk menghindari infeksi internal. 
  • Indikasi fiksasi internal adalah fraktur yang tidak dapat sembuh atau bahaya vaskular nekrosis tinggi, fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, dan fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

Penanganan fraktur tibia fibula melalui operasi dengan pemasangan wire setelah dilakukan reposisi. (drh. C. Koesharjono)

  • Jika keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan maka dilakukan debridement terlebih dahulu untuk memperbaiki keadaan jaringan lunak di sekitar fraktur.

Perawatan Pasca Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia Fibula

Penampakan klinis pasca operasi, dilakukan penghitungan pada kaki belakang dengan goniometer

pemasangan Manuflex external fixator

Kesembuhan tulang dipengaruhi oleh banyak faktur, yaitu :
  1. Umur : pada usia muda, kesembuhan fraktur akan lebih cepat
  2. Keadaan kesehatan umum
  3. Sifat fraktur : apabila fraktur disertai kejaringan yang hebat, maka penyembuhan akan lebih lama
  4. Tempat kejadian atau lokasi : penyembuhan akan lebih lama pada daerah dengan vaskularisasi yang buruk, contoh pada caput femuris
  5. Infeksi
  6. Jenis fraktur
Proses penyembuhan tulang dapat dijelaskan dalam 5 tahapan, yaitu : :

  • Fase hematoma
Pada awalnya, hematoma akan disertai dengan pembengkakan pada jaringan lunak. Kemudian akan terjadi organisasi atau proliferasi jaringan penyambung muda ke dalam radang dan hematoma akan mulai mengempis. Fraktur umumnya akan disertai dengan putusnya pembuluh darah sehingga akan terjadi penimbunan darah di sekitar fraktur.

  • Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endosteal yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan dalam dari periosteal.
  1. Hematoma akan didesak oleh proliferasi dan akan terabsorpsi tubuh.
  2. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel subperiosteal maka akan terjadi aktivitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marow masing-masing fragmen.
  3. Proses dan periosteum dan kanalis medularis dan masing-masing fragmen bertemy dalam satu proses yang sama, proses terus berlangsung ke dalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain.
  4. Akan tampak di beberapa tempat, pulau-pulau kartilago, namun keberadaannya tidak harus mutlak dalam penyembuhan tulang
  5. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan calsium.

  • Fase pembentukan callus
  1. Terbentuk fibrous callus
  2. Tulang enjadi osteoporotik akibat reabsorpsi calsium
  3. Sel-sel osteoblast mengeluarkan matrik intraseluler yang terdisi atas kolagen dan polisakarida yang segera bersatu dengan garam-garam calsium membentuk tulang imature young callus.
  4. Young callus mengalami maturasi menjadi callus, karena proses pembaut=ran, maka pada akhir stadium akan terdapat dua macam callus, yaitu, Internal callus dan External callus

  • Fase konsolidasi
  1. Callus yang terbentuk mengalami maturasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa dengan pembentukan lamela.
  2. Pada stadium ini proses penyembuhan sudah lengkap
  3. Terjadi penggantian fibrous callus menjadi primer callus. Calsium sudah mulai ada sehingga akan nampak radioopague pada foto roentgen.
  4. Secara berangsur-angsur, primary bone callus akan direabsorpsi dan diganti dengan secondary bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang normal.

  • Fase remodeling

  1. Seconday callus sudah ditimbun oleh calsium dan tulan telah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang
  2. Apabila union telah lengkap, tulang baru yang terbentuk umumnya berlebihan. Mengelilingi daerah fraktur diluar ataupun didalam kanal sehingga akan dapat menyumbat kanalis medularis
  3. Dengan mengikuti stres dan tarikan mekanis seperti gerakan kontraksi otot, maka callus yang sudah matture akan terserap kembali secara perlahan dengan kecepatan konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.

Kriteria penyembuhan fraktur
  • Klinis
  1. Tidak ada pergerakan fragmen dan tidakada rasa sakit
  2. Ada konduksi yaitu ada kontinuitas tulang

  • Secara radiologik

  1. Terbentuknya callus
  2. Trabekulae tampak sudah menyeberangi garis patahan tulang

1.  Fraktur Pelvis

  • Jahitan atau staples dilepaskan setelah 10 hari sesudah pembedahan. Gunakan semua medikasi secara langsung.
  • Jilatan Hewan pada luka incisi dapat menggangu kesembuhan sebab dapat merusak atau memutuskan jahitan atau stpales yang dapat menyebabkan luka infeksi. Penggunaan perban pada kaki atau penggunaan elizabeth collar dianjurkan untuk mencegah jilatan hewan.
  • Perban dijaga tetap kering dan bersih.
  • Berikan pakan secara teratur untuk mendukung kesembuhan, pengurangan 10% pakan diperbolehkan untuk membatasi aktivitas hewan.
  • Pembengkakan kecil dapat terjadi dekat incisi.  Awasi, dan berikan obat anti radang. Apabila pembengkakan parah terjadi, segera tangani.
  • Lakukan radiografi antara 3-4 minggu setelah pembedahan dan lakukan 3-4 minggu kemudian untuk memastikan penyembuha fraktur.

2.  Fraktur Femur

  • Untuk perawatan post operasi hewan disimpan pada kandang yang bersih dan kering obat antipiretik serta diberi neurobion 0,5 mg/hari secara IM dan antibiotik Nova 0,05 ml per dua hari selama tiga kali. 
  • Pemberian neurobion dilakukan untuk memperkuat kerja syaraf sedangkan pemberian antibiotic dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Untuk kasus fraktura yang cukup parah biasanya hewan akan membutuhkan fisioterapi untuk mengembalikan gerak otot dan fungsi kaki belakang yang normal kembali.

Stadium persembuhan terhadap kasus fraktura dibagi menjadi tiga tahapan :
  • Stadium Callus Primer

  1. Darah memenuhi ruang antar fraktur dan sekitarnya, kemudian darah membeku.
  2. Infiltrasi sel endotel dan osteogenik (berasal dari periost).
  3. Osteogenik berubah menjadi osteoblast dan chondroblast, lambat laun sel-sel ini akan membentuk jaringan ikat baru yaitu calus sementara atau callus primer.
  4. Callus primer keadaannya masih lunak.
  5. Proses ini berjalan 4 sampai 5 hari.

  • Stadium callus sekunder (regenerasi)
  1. Stadium ini merupakan lanjutan dari stadium primer.
  2. Callus berangsur-angsur mengecil dan konsistensinya mulai mengeras karena infiltrasi sel osteoblast dan chondroblast yang bertambah banyak.
  3. Bentuk callus mulai mirip jaringan tulang atau osteoid/ callus sekunder.
  4. Proses ini berjalan 3 sampai 6 minggu.

  • Stadium konsolidasi atau ossifikasi.
  1. Penyebaran unsur kalsium dan fosfor dari darah.
  2. Konsistensinya mulai keras.
  3. Proses berjalan sekitar 6 minggu sampai 6 bulan

3.  Fraktur Tibia Fibula :

  • Pemberian antibiotik secara intra muscular misalnya ceftriaxone 250 mg selama 7 hari dan meloxicam pada berat badan kg 1 mg / 4 diberikan selama 3 hari.
  • Pemberian vitamin D sebanyak 2 ml sekali dalam seminggu selama 3 minggu dan sirup osteocalcium lisan sebanyak 1 sendok makan dua kali sehari selama 1 bulan dan vitamin B-kompleks diberikan pada 0,5 mg / kg bb selama 5 hari.
  • Jahitan kulit telah dibuka pada 12 hari pasca operasi.
  • Diperhatikan juga tempat tinggal hewan dan makanannya untuk menunjang kesembuhan.
  • Pemberian profenid (pin killer) 

Referensi :

Abbas, B. T. and H. A. Shekho. 2009. Effects of Tiludronate on Healing of Femoral Fractures in Dogs. Iraq: Iraqi Journal of Veterinary Science Vol. 23.

Bergh. Peirone. 2012. Complications of tibis plateau leveling osteotomy in Dog. University of Turin. Italy

Coughlan, Andrew and Andrew Miller. 2006. Sample Chapter from BSAVA Manual of Small Animal Fracture Repair and Management – Reprinted with Revision. England: British Small Animal Veterinary Association.

Fitzpatrick, Noel. 2010. Pelvic Fractures – Is a Cat like Small Dog. ACVSc College Science Week.

Kipfer, N. M. and P. M. Montavon. 2011. Fixation of Pelvic Floor Fractures in Cats. Switzerland: Clinic for Small Animal Surgery, Vetsuisse Faulty University, Zurich.

Sharma, A. K. et al. 2010. Management of Pelvic Fractures in Dog. Niger: Nigerian Veterinary Journal 2010 Vol. 31: 76-79.

Sudisma, I.G.N.,G.A.G.Pemayun.,A.A.G.J.Wardhita.,I.W.Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi Edisi I. Pelawa Sari. Denpasar
Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur) Teknik Operasi Fraktur Pelvis, Femur, dan Tibia-Fibula pada Hewan (Bedah Fraktur) Reviewed by kangmaruf on 5:05 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.