Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)


Sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk mengedarkan darah dan kandunganya ke seluruh tubuh. Ada tiga komponen utama dalam sistem peredaran darah antara lain jantung, pembuluh darah, dan darah. 

Tiga organ tersebut harus berfungsi maksimal agar tidak terjadi gangguan dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Organ-organ lain seperti paru-paru, hati, ginjal juga mendukung sistem sirkulasi darah.

Dalam istilah kedokteran dikenal istilah perfusi yang merupakan sirkulasi darah yang memadai seperti memasok sel dan jaringan oksigen dan nutrisi, lalu membawa keluar CO2 dan sisa pembakarn tubuh. 

Bila sel-sel atau jaringan tubuh bahkan organ tidak mendapatkan darah yang cukup, hal ini bisa berbahaya seperti kehidupan sel yang berkurang sehingga jaringan bahkan organ dalam bisa mati, zat sisa yang menumpuk dan semua yang bisa berakibat fatal pada bagian tubuh yang kekurangan darah tersebut. Keadaan ini yang disebut syok atau hipoperfusi. 

Bila satu dari tiga organ penting tersebut tidak bekerja maksimal karena suatu hal, maka organ lain juga ikut merasakan dampaknya.

Pengertian Pendarahan

Pendarahan (hemorage) merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah, biasanya akibat cedera. Pendarahan besar mampu menyebabkan banyak darah berkurang sehingga berakibat hipoperfusi. Bila pendarahan terjadi pada bagian organ atau tubuh, maka akan terjadi proses untuk menghentikan pendarahan yang disebut hemostasis. 

Dalam hal bekerja, hemostasis membutuhkan jumlah trombosit yang memadai, jumlah protein pembekuan darah (disebut faktor pembekuan darah), dan pembuluh darah yang menyempit dengan benar. 

Ketika cedera terjadi, dinding pembuluh darah pecah. Pembuluh darah yang mengalami cedera akan menyempit sehingga darah mengalir lebih lambat, memungkinkan proses pembekuan untuk mulai terjadi. 

Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
Luka pada wajah


Trombosit juga akan bergegas menuju ke dinding yang rusak dimana protein tertentu mengubah bentuk trombosit dari bulat menjadi berduri sehingga dapat menempel pada sel-sel darah, dinding pembuluh darah yang rusak dan saling terpaut satu sama lain. Protein lain membentuk untaian panjang yang disebut fibrin. 

Kemudian benang fibrin membentuk jaring yang memerangkap dan membantu trombosit dan sel darah untuk terus bersama dan menciptakan gumpalan pada dinding pembuluh darah. 

Setelah bekuan telah terbentuk dan stabil, protein lain menghentikan proses pembekuan dan akhirnya melarutkan bekuan. 

Gangguan pendarahan dapat terjadi saat lahir (bawaan) atau terjadi kemudian (dapatan). Cacat dalam protein pembekuan darah biasanya muncul akibat dari pendarahan dan memar dalam jaringan sedangkan cacat trombosit biasanya muncul sebagian memar kecil, tinja berwarna hitam yang disebabkan oleh pendarahan ke dalam perut atau pendarah berkepanjangan pada lokasi operasi.

Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
proses perdarahan

Jenis-jenis Pendarahan

Pendarahan yang terjadi pada luka dibagi menjadi 2 bagian antara lain :

a.  Pendarahan Primer

Merupakan pendarahan yang terjadi pada waktu terjadinya luka akibat pembuluh darah terkoyak sehingga menyebabkan extravasasi darah. 

Pendarahan ini tergantung pada beberapa hal yaitu jenis arteri atau vena, besar dan banyaknya pembuluh darah yang tersayat dan jenis lukanya sendiri. Misalkan operasi pada kulit superfisial maka yang terpotong hanya kapiler-kapiler saja, jadi yang diperhatikan adalah letak dan akibatnya. 

Tempat atau lokasi terjadinya luka juga sangat menentukan terjadinya pendarahan dan besar kecilnya pendarahan tergantung dari vaskularisasi dari jaringan itu sendiri, misalkan pada luka di cornea dan tendo disini pendarahan yang terjadi sedikit. 

Lain halnya jika luka terjadi pada jaringan yang banyak pembuluh darahnya karena akan menyebabkan terjadinya penonjolan dan harus diperhatikan saat melakukan operasi.

b.  Pendarahan Sekunder

Merupakan pendarahan yang terjadi kemudian (setelah beberapa waktu) setelah pendarahan pertama berhenti. Terjadi beberapa jam setelah pendarahan pertama (primer) bisa 6-12 jam atau sehari/ dua hari kemudian. 

Ini bisa merupakan kelanjutan dari pendarahan primer karena suatu sebab yang menyebabkan terjadinya pendarahan lagi misalnya pada operasi yang ada pembuluh darah besar (arteri), disini harus diikat arterinya tetapi karena ikatan yang salah maka setelah beberapa waktu bisa terjadi pendarahan pada waktu hewan bergerak (diraik, obat-obat yang tidak cocok mengakibatkan terbukanya ikatan).


Selain pendarahan primer dan sekunder, ada juga macam-macam pendarahan sebagai lokasi terjadinya pendarahan antara lain:

a.  Pendarahan Kapiler

Terjadi bila darahnya berasal dari kapiler, gambaran pendarahannya berupa titik. Darah yang keluar merembes perlahan karena pembuluh ini sangat kecil hampir tidak memiliki tekanan. Sering luka ini sembuh dengan cepat. 

Warnanya bisa terang seperti darah arteri atau gelap seperti darah vena. Pendarahan ini tergantung dari jaringan permukaan kulit, selaput lendir, dan jaringan parenkimatosa. Meskipun kecil tetapi dalam operasi harus dihentikan dengan ditekan agak lama.

b.  Pendarahan Vena

Yaitu pendarahan yang terjadi berasal dari vena yang terpotong. Darah dari pembuluh vena keluar dengan mengalir (alirannya teratur kontinu dan perlahan) serta berwarna merah gelap karena kaya CO2. 

Pendarahan tipe ini mudah dikendalikan. Tekanan dalam pembuluh vena lebih rendah daripada tekanan udara luar sehingga pada vena yang besar kemungkinan kotoran dari udara luar tersedot kedalam lewat luka. Pengaruh dari pendarahan vena pada pasien tergantung dari beratnya pendarahan. Pendarahan vena dapat berbahaya jika berlangsung lama. 

Misalnya pada operasi-operasi organ didaerah serosa. Pada waktu singkat pendarahn tidak tampak, tetapi bila dalam waktu lama bisa menyebabkan anemia.

c.  Pendarahan Arteri

Yaitu pendarahan yang berasal dari arteri yang tersayat. Darah dari pembuluh arteri keluar dengan memancar sesuai dengan denyut arteri (darah keluar terputus-putus/menyebar sesuai dengan denyut jantung) dan berwarna terang karena kaya O2. 

Bila tekanan sistolik berkurang, darah yang memancar akan berkurang pula. Tekanan sistol ini menyebabkan pendarahan ini sulit dikendalikan. Pada hewan yang mengalami pendarahan arteri harus sangat diperhatikan dan ditangani dengan baik karena darah yang keluar jumlahnya banyak dan dapat menyebabkan syok.

Yang perlu diperhatikan pendarahan yang terjadi yaitu tergantung jumlah darah yang hilang, karena hal ini dapat membahayakan jiwa pasien. 

Umumnya kehilangan darah sampai lebih 1/3 jumlah darah seluruh tubuh makan menyebabkan hewan mengalami syok dan akhirnya akan mati dan perubahannnya bersifat irreversibel. Jumlah darah ±10-11% dari berat tubuh.

Gangguan Pendarahan Pada Hewan

Pendarahan yang terjadi pada hewan diawali dengan terjadinya luka yang dalam hal ini proses pembekuan darahnya mengalami gangguan sehingga proses hemostasis pun tidak terjadinya. 

Pada beberapa spesies hewan pendarahan yang terjadi akibat gangguan (bawaan atau dapatan) dalam mekanisme hemostasis dan dapat menjadi penyebab yang paling parah diantaranya:

a.  Gangguan Protein Pembekuan.

Gangguan protein pembekuan darah dapat terjadi karena bawaan dan dapatan.
  1. Faktor Bawaan. Banyak protein yang berbeda terlibat dalam proses pembekuan darah. Kekurangan salah satu protein dapat menyebabkan gangguan pendarahan. Terjadi kekurangan atau cacat protein pembekuan dapat muncul pada usia muda. Cacat parah biasanya mematikan. Hewan mungkin lahir mati atau meninggal segera setelah lahir. Kurangnya protein pembekuan atau vitamin K (yang juga merupakan bagian dari proses pembekuan) pada hewan yang baru lahir dapat menyebabkan terjadi cacat pembekuan yang buruk. Jika jumlah setiap protein pembekuan adalah 5-10% maka bayi hewan dapat bertahan hidup tetapi biasanya akan menunjukkan tanda-tanda penyakit sebelum usia 6 bulan (prosedur vaksinasi atau kebiri dapat terjadi pendarahan hebat). Pada kuda, kucing, anjing telah dilaporkan akibat penyakit Hemofilia A (kekurangan faktor VIII).
  2. Faktor Dapatan. Kebanyakan protein pembekuan diproduksi di hati. Oleh karena itu, penyakit hati dapat menyebabkan penurunan kadar protein pembekuan, terutama faktor VII,IX,X,XI. Penurunan protein pembekuan dapat berkisar dari kecil ke besar. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu kondisi dimana bekuan darah kecil berkembang sepanjang aliran darah, memblokir pembuluh darh kecil dan menghancurkan trombosit dan faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengontrol pendarahan. Ini biasanya terjadi akibat pemicu beberapa peristiwa hebat seperti infeksi berat, stroke panas, luka bakar, tumor, atau cedera parah. Dalam banyak kasus, tanda-tanda pendarahan yang tidak terkontrol dan ketidakmampuan untuk membentuk bekuan darah normla. Kematian disebabkan oleh pembekuan darah yang luas atau runtuhnya sirkulasi menyebabkan kegagalan satu atau beberpa organ. Pada kasus DIC terapi suportif seperti pemberian cairan intarvena sangat penting untuk menjaga sirkulasi normal.

b.  Gangguan Trombosit

Gangguan trombosit termasuk didalamnya trombositopenia atau memiliki trombosit yang tidak bekerja dengan baik. Gangguan dapat karena bawaan atau dapatan. Pada beberapa hewan yang terinfeksi penyakit akibat virus, parasit, atau bakteri sering terjadi trombositopenia yang kebanyakan melibatkan sistem kekebalan tubuh. 

Trombositopenia akibat disfungsi sistem kekebalan tubuh (trombositopenia idiopatik atau idiopathic trombocytopenia purpura) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh membuat antibody yang menghancurkan trombosit atau sel platelet yang diproduksi oleh sum-sum tulang. 

Pada kucing gangguan trombosit ini terjadi akibat penyakit Chediak-Higashi syndrome yaitu abnormal dari sel darah putih, pigmen melanosit dan platelet yang dibawa sejak lahir, Von Willebrand’s disease (gangguan faktor VIII) pada anjing dan kucing  dan juga akibat obat-obatan (estrogen, antibiotik) juga pada kuda yang menekan produksi trombosit disum-sum tulang. 

Obat lain seperti aspirin, acetaminophen, penisilin dapat menghancurkan trombosit yang beredar didalam aliran darah. Trombosit biasanya kembali normal setelah obat dihentikan.

c.  Gangguan Pembuluh Darah

Dapat dibawa sejak lahir atau akibat penyakit peradangan yang parah dari gangguan pembuluh darah dan gangguan pendarahan. Pada kuda, anjing, dan kucing dilaporkan sindrom Ehlers-Danlos juga dikenal sebagai kulit asthenia disebabkan oleh cacat dalam jaringan ikat protein kulit. 

Hal ini menyebabkan dukungan struktural lemah pembuluh darah dan dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah. Penyakit Canine Herpesvirus pada anjing juga dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah.

d.  Gangguan Pembekuan Darah

Pembekuan darah yang abnormal (trombosis patologis) adalah tidak terkendalinya pembekuan darah yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Ini dapat terjadi karena kelainan bawaan protein anticlotting atau karena gangguan yang diperoleh/dapatan. 

Pada kuda yang mengalami penyakit inflamasi umum seperti kolik, laminitis (radang kuku) atau kolitis ehrlichial (infeksi usus besar) gumpalan darah terlihat besar. Kuda dengan kolik berhubungan dengan endotoksemia (kehadiran racun bakteri dalam aliran darah) mengalami penurunan aktivitas enzim yang memecah agen pembekuan darah seperti fibrin. 

Kucing dan anjing dengan kardiomiopati (penyakit otot jantung) dapat membentuk bekuan darah pada arteri besar. Cedera pada dinding jantung dan aliran darah turbulen melalui bilik jantung dan katup disebabkan oleh kurangnya fungsi jantung dalam hal membantu memulai pembekuan darah.

Cara Mengatasi Pendarahan

Pendarahan yang terjadi pada hewan harus sedapat mungkin dihentikan karena dapat menyebabkan hewan mati. Ada berbagai alasan mengapa pendarahan harus dihentikan diantaranya:
  1. Selama operasi dikerjakan maka pendarahan yang terjadi akan menggangu bidang operasi yang akan mengakibatkan kesukaran dalam mengamati jaringan-jaringan yang ada pada bidang operasi.
  2. Adanya pendarahan pada luka operasi mengakibatkan alat-alat dan sarung tangan akan menjadi kasar, kain drip dan tampon akan kelihatan berwarna merah sehingga memberi kesan operasi itu seperti pembantaian.
  3. Pendarahan yang banyak sering menyebabkan hewan mengalami shock. Kehilangan darah yang tidak dapat diatasi oleh tubuh dengan rantai reaksi fisiologis yang mula dapat mengkompensasi tetapi bilamana pendarahan cukup banyak maka akan terjadi shock yang irreversibel dan hewan akan mati.
  4. Terjadi anoksia jaringan merupakan bahaya terbesar daripada pendarahan terutama jaringan otak dan myocardium. Jika anoksia otak dan myocardium terjadi hal ini bisa diatasi dengan transfusi darah tetapi pasien tidak selalu bebas dari bahaya anoksia misalnya pada gangguan yang berlangsung cukup lama dan cacat myocardium.
  5. Pendarahan dapat pula menggangu kesembuhan luka juga akan mempermudah terjadinya infeksi.

Cara mengatasi pendarahan yang terjadi dapat melalui dua cara antara lain :

a.  Sendiri (alami)

Merupakan cara mengatasi pendarahan secara alamiah dimana pendarahan akan berhenti karena adanya koagulasi darah dari pembuluh darah yang terpotong. 

Karena ujung intima pembuluh darah membengkok kedalam sehingga darah yang sudah mencucur keluar akan membeku. Hal ini akan menjadi sumbatan pembuluh darah yang ujungnya sudah menyempit. 

Proses pembekuan darah ini terjadi secara alami. Proses pembekuan darah ini dapat pula dipercepat jika kondisi pasien kurang stabil dengan cara :

  1. Pemberian vitamin K, hal ini akan membantu proses pembentukan protrombin
  2. Pemberian ion Ca++ peros, suntikan
  3. Dengan obat-obatan yang membantu pembekuan darah, misalnya coagulin
  4. Dengan memperluas daerah tempat terbentuknya koagulasi darah, sehingga akan mempercepat proses pembentukan fibrin.
Untuk pemberian vitamin K dan ion Ca++ harus sesuai saran dokter, karena pemberian yang berlebihan akan menimbulkan side effek yang merugikan.

b.  Dihentikan (artifisial)

Disebut juga Hemostase/penghentian secara buatan, antara lain:

  1. Crushing. Yaitu dengan menjepit ujung pembuluh darah yang terpotong, misalkan dengan arteri klem. Jadi disini dilakukan tekanan yang cukup pada pembuluh darah sehingga pendarahan akan berhenti. Dalam hal ini yang dijepit hendaknya pembuluh darahnya saja, jangan sampai mengenai jaringan sebab akan menimbulkan kerusakan jaringan yang lebih banyak.
  2. Torsio. Yaitu usaha memuntir pembuluh darah yang terpotong. Ini bisa dikerjakan misalnya setelah sumber pembuluh darah yang terputus dipertemukan, ujung dijepit dengan arteri klem, efek hemostasis diperolerh dengan sempurna dengan memuntir/mempilin arteri klemnya. Metode crushing dan torsio seringkali memberikan hasil yang memuaskan dalam mengatasi pendarahan dan hanya dapat digunakan pada pembuluh darah kecil saja.
  3. Ligation/ligasi. Yaitu dengan cara mengikat pembuluh darah yang putus. Perlu diperhatikan pembuluh darah yang terpotong (arteri atau vena) dan kepentinganya. Benang-benang yang dapat digunakan untuk mengikat berupa kapas, catgut ataupun benang sutra. Cara ini paling banyak dilakukan dan sangat berhasil untuk menghentikan pendarahan dari pembuluh darah besar misalnya arteri.
  4. Jahitan/Suturing. Disini dilakukan jahitan bersamaan dengan jaringan disekitarnya. Ini misalnya untuk menutup luka. Juga mempunyai efek menghentikan pendarahan yang kecil misalnya pendarahan subkutan, pendarahan pada telinga, dll.
  5. Pressure/Tekanan. Ini hanya berefek pada pendarahan yang kecil (kapiler) yang bisa dihentikan dengan tekanan. Tekanan dilakukan dengan menekan tempat pendarahan dengan tampon (kapas yang steril) terjadi pada permulaan pendarahan. Usaha hemostase dengan tampon dalam suatu operasi harus dilakukan setahap demi setahap misalnya operasi pada perut, maka mula-mula harus mengatasi pendarahan kulit (hentikan dulu secara sempurna), kemudian atasi pendarahan pada ototnya dan menyusul kemudian atasi pendarahan pada pembuluh darahnya. Hemostase yang dilakukan dengan cara tampon memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan cara lain karena tidak akan disertai adanya kerusakan jaringan atau benda asing.
  6. Tourniquet.Yaitu dengan mengikat bagian proksimal dari tempat pendarahan dengan menggunakan bahan-bahan yang elastis sedemikian kuat sehingga menekan arteri dan pendarahan akan berhenti.  Disini fokus utamanya hanya pada arteri. Tourniquet hanya terbatas dapat dilakukan pada pendarahan diujung tempat pendarahan yang memungkinkan. Kelebihannya tempat-tempat pendarahan yang sumbernya tidak diketahui akan berhenti selain itu dapat juga mencegah terjadinya pendarahan. Kekurangannya yang tertekan disini bukan hanya pembuluh darahnya saja yang terpotong melainkan bagian lain juga ikut tertekan sehingga menimbulkan kematian jaringan. Penggunaan teknik ini hanya pada operasi pemotongan ekor.

    Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
    Tourniquet pada anjing
    Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
    Tourniquet pada Kuda
  7. Cautery/Kauteterisasi.Yaitu dengan cara membakar jaringan sehingga menimbulkan penjendolan dari protein sehingga pendarahan akan berhenti. Cara ini dilakukan pada pendarahan-pendarahan kecil dimana cara-cara hemostase yang lain sulit dilaksanakan, misalnya pendarahan kecil pada tempat yang relatif keras, pendarahan pada kuku kuda dimana pembuluh darah tertutup oleh jaringan keras, dan pada pendarahan kecil yang meluas (pendarahan pada organ). Kauterisasi dilakukan dengan alat pembakar/kauter. Kauterisasi ada dua macam yaitu potensial (dengan benda-benda yang secara kimia mempunyai efek membakar jaringan misalnya Ag Nitrat, PK yang pekat) dan aktual (dengan menggunakan benda-benda yang berpijar misalnya dengan soldier). Alat pembakar/cauter juga ada dua jenis yaitu elektrocautery (dengan aliran listrik) dan autocautery (sumber panas sendiri).
    Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
    Alat kauteterisasi

    Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner)
    Proses kauteterisasi
  8. Obat-obatan. Merupakan substansi yang digunakan pada permukaan luka pendarahan, biasanya untuk luka-luka pendarahan kecil misalnya luka abrasi. Obat-obatan ini misalnya menggunakan asam cuka-glasial, asam nitrat, ferri sulfat, ferri chlorida, tanin. Obat-obatan ini juga bertindak sebagai styptika (menghentikan darah dengan cara menempelkan obat/substansi tersebut dipermukaan), misalnya adrenalis ditambah kapas kemudian ditempelkan dipermukaan tempat yang mengalami pendarahan. Pemberian coagulasia khusus misalnya dengan coagulen, sangostop, dan anaroxyl juga dapat mengatasi terjadinya pendarahan.

Referensi

Hackner, Susan G. 2012. BLEEDING DISORDERS: DIAGNOSTIC APPROACH SIMPLIFIED. Cornell University Veterinary Specialist : USA

http://www.merckmanuals.com/pethealth/cat_disorders_and_diseases.html

http://www.merckmanuals.com/pethealth/horse_disorders_and_diseases/blood_disorders_of_horses/introduction_to_blood_disorders_of_horses.html

http://www.merckmanuals.com/pethealth/dog_disorders_and_diseases/blood_disorders_of_dogs/bleeding_disorders_of_dogs.html

Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner) Perdarahan pada Hewan dan Penangananya (Bedah Veteriner) Reviewed by kangmaruf on 7:28 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.