Budidaya Sapi Potong dan Analisa Usahanya
1.1. Sejarah Singkat
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari
Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya
ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan
komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian
menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
1.2. Sentra Peternakan
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan
ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB),
Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi
Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak
dikembangkan di Amerika.
1.3. Jenis
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di
Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari
jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas,
baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari
genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber
daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi
Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang).
Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata
masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Gambar. Sapi Simental
Gambar. Sapi Limosin
Gambar. Sapi Bali
Gambar. Sapi Ongole
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg.
dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna
hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat,
berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk
dipelihara sebagai sapi potong.
Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak
dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak
terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan
tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun.
Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
1.4. Manfaat
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan,
karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk
kandang dan sebagai tenaga kerja.
Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan
antara lain:
- Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
- Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan garang kerajinan
- Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
II. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang
adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah
dicapai oleh kendaraan.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau
tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan
(kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara
hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk
komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat
menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih
guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau
semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan
jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang
pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti
creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.
Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih
dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan
pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
- Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang
sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua
sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah
sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam
rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum
diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan
setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
- Ukuran Kandang
Sebelum membuat
kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara.
Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi
cukup 1,5x1 m.
- Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan
kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan
yang diberikan tidak diinjak-injak/tercampur kotoran.
Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
3.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
- Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
- Matanya tampak cerah dan bersih.
- Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
- Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
- Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
- Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
- Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
- Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi
yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok
serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging
adalah sebagai berikut:
- Tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
- Kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
- Laju pertumbuhannya relatif cepat.
- Efisiensi bahannya tinggi.
3.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan
pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi
adalah :
- Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
- Mempermudah perawatan dan pemantauan.
- Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk
pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang
diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang
tersimpan dalam bentuk daging.
3.3.1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi
dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan
secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara
dibiarkan hidup bebas.
3.3.2. Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan
berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak
jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas
sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai
tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena
sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara
dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang
dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari
sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan
tambahan 1% - 2% dari berat badan.
Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah
kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan
dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase.
Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar
yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk
dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung,
dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan
yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase.
Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan
yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi.
Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah
memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Gambar. Silase
3.3.3. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar
mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang
yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak
terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap
saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di
bawah atap.
Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Penyakit
- Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
- Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
- Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE). Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
- Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) . Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
3.4.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga
kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga
kesehatan sapi adalah:
- Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
- Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
- Mengusakan lantai kandang selalu kering.
- Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Gambar. penyuntikan vitamin
3.5. Panen
3.5.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
3.5.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan
kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
3.6. Pascapanen
3.6.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam
pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
- Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
- Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
- Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
- Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
3.6.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat
dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak.
Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang
menempel.
Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit
sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran
dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
3.6.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang
sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging)
pada bagian perut sapi.
3.6.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah
menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging
yang dapat dikonsumsi pun tinggi.
Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya
akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi
karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang
dapat dikonsumsi manusia.
Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan
daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi
potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading)
terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh
bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi
sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan
tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon.
Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat
menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran
jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas
kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh.
Gambar. bagian daging dan produk hasilnya
Gambar. bagian daging versi inggris
Daging kualitas pertama adalah
daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah
pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan
tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu
(chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih
kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh
adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate &
suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan
(foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di
atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung
sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat
karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut
edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal
(misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat
dimakan).
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA PETERNAKAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun
di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Biaya produksi
1.
Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x
Rp. 7.800,-
2.
Kandang
3.
Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
4.
Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp.
3.000,-
Jumlah biaya produksi
b. Pendapatan
1. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg
2. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x
Rp. 12,-
Jumlah Pendapatan
c. Keuntungan
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. d) Parameter kelayakan usaha
1. B/C ratio = 1,61
|
Rp.
Rp.
Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. |
48.750.000,- 1.000.000,-
12.000.000,-
7.482.500,- 75.000,- 69.307.500,- 111.110.000,- 1.095.000,- 112.205.000,- 42.897.500,- |
4.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang
tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit.
Selama ini sapi potong
dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel,
restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah
kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke
dalam beberapa segmen yaitu :
- Konsumen AkhirKonsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
- Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
- Konsumen asingKonsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
- Konsumen IndustriKonsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara
kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan
kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat
3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
- KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
- APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
- ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
Budidaya Sapi Potong dan Analisa Usahanya
Reviewed by kangmaruf
on
11:20 PM
Rating:
No comments: