Newcastle Disease (Tetelo) pada Unggas
2.1 Etilogi ND
Newcastle Disease
disebabkan oleh paramyxovirus (Allan dkk., 1978). Virus ini termasuk familia
myxovirus (Andrewes dkk.,1975) dan satu genus dengan virus sendai, parainfluensa-1, 2 dan 3 serta mumps
(Barry dkk.,1964). Pada dekade terakhir ini telah berhasil diungkapakn 9
serotipe paramyxovirus dan virus ND termasuk paramyxovirus-1 (PMV-1)
(Mackenzie., 1985).
Bentuk virus
bervariasi dari bulat dan oval dengan diameter 70-80 nm (nanometer) sampai
bentuk filamen dengan panjang 124-200nm. Sedangkan partikel virus yang lengkap
(virion) berukuran 120 sampai 300 nm, tetapi lazimnya berukuran 180 nm (Hanson,
1972).
Virus ND
tersusun atas asam inti ribo beruntai tunggal (ss-RNA) dengan struktur helikal.
Disebelah luar dari asam inti terdapat lapisan yang disebut capsid. Kedua
struktur ini disebut nucleocapsid dan dibungkus oleh amplop.
Amplop tersusun atas lipid, protein dan karbohidrat. Membran proteinnya terdiri dari glikoprotein dan matriks protein yang berhubungan dengan aktivitas hemaglutinin dan neuraminidase yang terletak pada satu peplomer. Glikoprotein memiliki ujung glikosilat hidrofilik pada lapisan lemak (Davis dkk., 1980; Russel dan Edington, 1985). Lapisan lemak dapat dirusak oleh pelarut lemak sehingga dapat mengganggu virion (Allan dkk., 1978).
Amplop tersusun atas lipid, protein dan karbohidrat. Membran proteinnya terdiri dari glikoprotein dan matriks protein yang berhubungan dengan aktivitas hemaglutinin dan neuraminidase yang terletak pada satu peplomer. Glikoprotein memiliki ujung glikosilat hidrofilik pada lapisan lemak (Davis dkk., 1980; Russel dan Edington, 1985). Lapisan lemak dapat dirusak oleh pelarut lemak sehingga dapat mengganggu virion (Allan dkk., 1978).
2.2 Epizotiologi ND
Newcastle Disease dilaporkan pertama kali di Jawa oleh Kraneveld pada tahun 1926. Doyle pada tahun 1927 berhasil mengisolasi virusnya pada suatu wabah yang terjadi di Newcastle Upon Tyne Inggris. ND merupakan penyakit endemik hampir diseluruh dunia kecuali di Benua antartika (Allan dkk. 1978).
Wabah ND umumnya terjadi pada saat peralihan musim yaitu pada musim panas ke musim penghujan atau sebaliknya. Perubahan musim yang tajam sering terjadi di negara subtropis ( Dat dan Pan Chuc, 1985).
Pada tahun 1973-1979 LPPH Bogor mengamati kejadian ND di Indonesia, dimana pada bulan Mei-Juni yaitu pada pertengahan musim kering tercatat paling rendah (10,6 %) kemudian naik sampai 24,2 % pada bulan November-Desember atau permulaan musim hujan (Ronohardjo, 1980).
Kejadian ND yang dilaporkan kebanyakan disebabkan oleh virus ND tipe velogenik, namun beberapa peternakan ayam di Australia di infeksi oleh virus ND tipe lentogenik. Kematian akibat virus ND tipe velogenik atau tipe Asia paling tinggi, sedangkan akibat velogenik tipe Amerika kematiannya 60-80% dan akibat serangan tipe mesogenik sekitar 10% (Sugiman, 1977; Spadrow dkk. , 1987).
Newcastle Disease menyerang unggas semua umur baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar termasuk berbagai jenis burung. ND juga menyerang manusia ditandai dengan konjungtivitas yang berlangsung satu hari dan limfadenitas tetapi segera terjadi penyembuhan (Hanson, 1986).
Penularan ND dapat terjadi dari satu hewan ke hewan lain melalui kontak dengan hewan yang sakit dan bangkai penderita. Penularan dari satu tempat ketempat lain dapat terjadi melalui pengangkutan, pekerja kandang, debu, angin, serangga dan makanan yang tercemar. ( Dorsey dkk., 1973)
Di Indonesia peranan ayam buras masih menonjol dalam penyebaran ND. Hal ini disebabkan karena sistem pemeliharaan yang kurang intensif, sehingga sulit untuk di kontrol (Ronohardjo, 1980).
2.3 Sifat Fisiko-Kimiawi
Virus ND
Resistensi virus ND
terhadap agen kimia dan fisik ditentukan oleh perubahan yang terjadi atas
kemampuan virus mengaglutinasi eritrosit, menginfeksi sel hospes dan
menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat
dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat perlakuan fisik maupun kimia,
seperti pengaruh panas, sinar ultraviolet,sinar-X, proses oksidasi, perubahan
PH dan senyawa-senyawa kimia lainnya (Hanson, 1975).
Virus ND
secara cepat diinaktifkan oleh formalin, alkohol, pelarut lemak dan lysol (allan
dkk., 1978). Virus juga menjadi inaktif oleh potassium permanganat, kresol,
lisol, asam karbol, ether, metil dan etil alkohol, Natrium Hidroksida. Pengaruh
inaktivasi zat-zat kimia bergantung pada zat yang terlarut dalam medium. Jumlah
protein dalam medium akan dapat mengurangi efek dari zat-zat kimia, sehingga
dapat menghambat inaktivasi virus ND ( Hanson, 1978; Allan dkk.,1978).
Virus ND
sangat peka terhadap panas. Virus segera rusak bila dipanaskan pada suhu 1000C
selama 1 menit dan inaktif pada suhu 560C. galur virus ND velogenik,
pada suhu 560C stabil selama 30-120 menit sedangkan galur lentogenik
dapat bervariasi dari 0-120 menit (Hanson dan Spalatin, 1979).
Pada suhu 600C hemaglutinin stabil selama 5-30 menit, suhu 200C stabil selama beberapa minggu dan pada suhu 4-80C galur virus termostabilitasnya telah diketahui seperti galur B1, La Sota dan F adalah 5 menit, sedangkan V4 selama 2 jam (Hanson, 1979 ).
Pada suhu 600C hemaglutinin stabil selama 5-30 menit, suhu 200C stabil selama beberapa minggu dan pada suhu 4-80C galur virus termostabilitasnya telah diketahui seperti galur B1, La Sota dan F adalah 5 menit, sedangkan V4 selama 2 jam (Hanson, 1979 ).
2.4 Sifat Biologis Virus
ND
Virus ND
memiliki beberapa sifat biologis yang dapat dibedakan dengan virus lain baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Virus ND berdasarkan virulensinya dapat
diklasifikasikan kedalam 3 tipe yaitu tipe velogenik, mesogenink, dan
lentogenik (Allan dkk., 1978). Virulensi virus tersebut dapat debedakan
berdasarkan :
1. Mean death Time (MDT)
Mean Death Time
dinyatakan dalam jam yaitu rata-rata waktu yang diperlukan oleh virus pada satu
dosis letal minimum untuk dapat membunuh embrio ayam umur 9 sampai 11 hari. MDT
untuk virus ND dan galur V4 membutuhkan waktu yang tidak terhingga
atau jarang sekali, bahkan sama sekali tidak terjadi kematian pada embrio ayam,
sedangkan untuk virus ND galur F, B1, La Sota dan Komarov
berturut-turut adalah 119 jam, 117 jam, 103 jam dan 69 jam (Alexander dan
Allan, 1973).
2. Intracerebral Pathogenecity Index (ICPI)
Intracerebral
Pathogenecity Index adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh atau
menunjukkan gejala penyakit pada anak-anak ayam umur sehari setelah dilakukan
inokulasi virus melalui intracerebral. Hasilnya dinyatakan dengan sistem skor
dengan harga nilai maksimal adalah 3 yang berarti mortalitas sebesar 100% dalam
waktu 1 hari dan nilai minimum 0 yang berarti tidak tampak gejala klinis
setelah 8 hari. ICPI untuk virus ND tipe velogenik, mesogenik dan lentogenik
adalah 2, 0-3,0;0,4-1,9 dan 0,0-0,4. ICPI untuk virus ND galur V4,
F,B1, La Sota (lentogenik) dan komarov (mesogenik) berturut-turut
adalah 0,16; 0,25; 0,40; 0,15 dan 1,14; (Alexander, 1973).
3. Intravenous Pathogenecity Index
Intravenous
Pathogenecity Index dapat ditentukan seperti halnya pada ICVI, akan tetapi
digunakan anak ayam umur 6 minggu. IVPI untuk virus ND tipe velogenik,
mesogenik dan lentogenik berturut-turut adalah 0,5-2,8; 0,0-0,5 dan 0,0.
Virus ND
mempunyai kemampuan hemaglutinasi yang menyebakan terjadinya adsorpsi antara
hemaglutinin dan reseptor yang terdapat pada permukaan eritrosit. Aktivitas
hemaglutinin dapat dideteksi dengan uji hemaglutinasi (HA) (DAVIS dkk., 1980;
Russel dan Edington, 1985).
Pada proses
hemaglutinasi pertama akan terjadi penempelan virus pada subsatnsi reseptor
eritrosit, kemudian diikuti perusakan substansi reseptor tersebut oleh enzim
neuraminidase, peristiwa ini disebut dengan elusi. Kecepatan elusi antara galur
virus sangat bervariasi. Galur B1dan F mempunyai tingkat elusi cepat
yaitu 2 jam dan 20 jam, sedangkan untuk galur virus V4 dan La Sota
mempunyai tingkat elusi lambat, yaitu 120 jam.
Eritrosit hewan
yang dapat diaglutinasi oleh virus ND adalah: sel darah merah kambing, kerbau,
kelinci, marmut, mencit, ayam, angsa, entok, itik, kalkun, merpati, kakatua dan
manusai golongan darah O. Namun saat ini sel darah merah ayam digunakan sebagai
standar uji aglutinasi (Anon, 1978;
Lancaster dan Alexander, 1975)
2.5 Gejala Klinis ND
Gejala klinis yang
dapat diamati, penderita umumnya menunjukkan depresi, anorexia, tagih minum,
ngorok, leleran hidung dari serus sampai purulen, gejala syaraf ditandai dengan
kelemahan anggota gerak, tortikolis, tremor, opistotonus dan melanjut terjadi
kelumpuhan. Ayam mengalami diare putih kehijauan dan dehidrasi. Dalam keadaan
ini biasanya segera terjadi kematian.
Masa inkubasi
penyakit pada kasus alami bervariasi dari 12-15 hari atau dapat berlangsung lebih
lama bergantung dari galur virus, kepekaan unggas, status kekebalan dan cara
penularan.
Berdasarkan gejala
klinis dikenal 4 bentuk penyakit (Hanson, 1972) yaitu :
1. Bentuk Doyle
Bentuk penyakit ini
bersifat akut dan mematikan ayam semua umur dengan tingkat kematian mencapai
100%. Bentuk penyakit ini disebabkan oleh virus ND velogenik atau disebut juga
tipe Asia dan lebih dikenal dengan virus ND
tipe viscerotgropis velogenik (VVND).
Secara klinis penderita memperlihatkan sesak napas (dypsnoe), kebengkakan disekitar mata, leher, muka atau kepala, serta diare putih kehijauan dan kadang-kadang terjadi dehidrasi. Suhu tubuh biasanya tinggi pada awal infeksi dan turun menjelang kematian. Selain itu dapat pula diamati gejala syaraf seperti tremor, tortikolis, opistotonus sampai paralisa anggota gerak.
Secara klinis penderita memperlihatkan sesak napas (dypsnoe), kebengkakan disekitar mata, leher, muka atau kepala, serta diare putih kehijauan dan kadang-kadang terjadi dehidrasi. Suhu tubuh biasanya tinggi pada awal infeksi dan turun menjelang kematian. Selain itu dapat pula diamati gejala syaraf seperti tremor, tortikolis, opistotonus sampai paralisa anggota gerak.
2. Bentuk
Beach
Bentuk penyakit ini
disebabkan oleh virus ND neurotropik-velogenik. Dilaporkan oleh
Beach tahun 1994.
penyakit bersifat akut dan sering mengakibatkan kematian pada ayam semua umur.
Bentuk penyakit ini ditandai dengan gejala sesak napas, batuk-batuk, mengap-mengap, anorexia dan diikuti penurunan produksi telur bahkan berhenti sama sekali. Gejala syaraf terlihat setelah 1-2 hari atau lebih, ayam yang sakit sempoyongan, gemetar, kejang-kejang, tortikolis dan akhirnya lumpuh.
Bentuk penyakit ini ditandai dengan gejala sesak napas, batuk-batuk, mengap-mengap, anorexia dan diikuti penurunan produksi telur bahkan berhenti sama sekali. Gejala syaraf terlihat setelah 1-2 hari atau lebih, ayam yang sakit sempoyongan, gemetar, kejang-kejang, tortikolis dan akhirnya lumpuh.
3. Bentuk Beaudett
Bentuk penyakit ini
disebabkan oleh virus ND tipe mesogenik. Dilaporkan oleh Beaudett tahun 1946.
penyakit ditandai dengan gangguan pernapasan dan kadang-kadang infeksi syaraf.
Penyakit ini mengakibatkan kematian pada ayam umur muda dan jarang pada umur
yang lebih tua.
4. Bentuk Hitchner
Bentuk penyakit ini
disebabkan oleh virus ND tipe lentogenik. Dilaporkan oleh Hitchner tahun 1948
dan 1950. penyakit ditandai dengan infeksi ringan atau infeksi saluran
pernafasan yang sub klinis.
2.6 Diagnosa ND
Newcastle Disease
didiagnosa berdasarkan atas epizootologi, gejala klinins, patologis, virologis
serta pengukuhan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium dangan pemeriksaan
serologis yaitu isolasi dan identifikasi.
Kejadian ND
pada umumnya bersifat endemik dengan gejala klinis dan perubahan patologis
sangat bervariasi. Kehebatan penyakit bergantung dari galur virus, jenis dan
umur hospes, adanya infeksi sekunder dan faktor lingkungan.
Nilai diagnosa
secara serologis sangat bergantung dari pada status vaksinasi atau infeksi
alam. Adanya antibodi dalam serum atau tanpa diikuti gejala klinis merupakan
indikasi adanya infeksi ND. Secara umum uji serologis yang lazim digunakan
untuk deteksi ND dan sebagai indikator derajat kekebalan kelompok ayam dalam
suatu peternakan adalah uji hambatan hemaglutinasi (HI) secara beta prosedur
yaitu prosedur virus konstan dengan berbagai konsentrasi serum.
Peranan uji HI
sebagai salah satu uji serologis cukup penting, karena cukup sederhana, murah
dan efiksien. Hasil uji ini mempunyai korelasi positip dengan hasil uji tantangan
mempergunakan virus ND yang ganas.
Dalam uji HI
antibodi menghambat proses hemaglutinasi dengan cara menyelimuti virus. Telah
diketahui pula bahwa immunoglobulin (Ig) yang memegang peran utama dalam uji HI
untuk parfamyxovirus adalah Ig G sedangkan Ig M disini tidaklah penting.
Pada uji HI titer
HI didapatkan dari antibodi yang mengikat secara langsung hemaglutinin virus.
Pada uji HI secara efektif yang berpengaruh adalah fragmen antibodi univalen,
sehingga diperlukan sejumlah antibodi per virion, untkdapat menyelimuti
selujruh virion yang berperan dalam adsorpsi.
Init pengujian ini
terletak pada kemampuan antibodi setelah diencerkan untuk menghalangi
penggumpalan sel-sel darah merah dengan antigen. Bila terdapat antibodi yang
cukup maka akan menetralkan antigen sehingga terjadi sedikit atau sama sekali
tidak terjadi penggumpalan pada setiap lubang.
Titer HI dinyatakan
sebagai kebalikan pengenceran serum tertinggi yang dapat menghambat
hemaglutinasi 100%. Pada pengenceran serum kelipatan dua titer HI pada umumnya
dinyatakan sebagai logaritma berbaris dua dan pada uji HI yang diulang beberapa
kali untuk mendapatkan suatu nilai yang lebih mendekati ketepatan, digunakan
rata-rata titer geometrik atau Geometgric Mean Titer (GMT) yaitu rata-rata
logaritma beberapa ulangan yang ada. (Hanson, 1975; Weir, 1979).
2.7 Sistem Kekebalan Pada
Ayam
Pada unggas
antibodi merupakan benteng pertahanan terhadap penyakit. Antibodi terbentuk
dari rantai ikatan zat yang menyerupai protein disebut immunoglobulin (Ig) (Bennet,
1982).
Immunoglobulin yang penting sebagai benteng pertahanan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
Immunoglobulin yang penting sebagai benteng pertahanan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
- Ig M, merupakan antibodi dengan ukuran terbesar. Ig M dengan mudah dapat berikatan dengan berbagai bibit penyakit.
- Ig G, yaitu suatu molekul kecil yang ditemukan dalam aliran darah. Ig G kurang efisien dibanding Ig M karena hanya sedikit bagian dari permukaannya yang mampu menangkap virus, namun antibodi ini dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dari Ig M.
- Ig A, berukuran sedang diantara ukuran Ig G dan Ig M. Ig A aktif baik dalam sirkulasi darah maupun dalam sekresi cairan tubuh, namun Ig A ini sulit ditunjukkan dengan uji laboratorium seperti halnya Ig M dan Ig G. Untuk menunjukkan seekor ayam memiliki Ig A dapat dilakukan dengan uji tanding.
Sistem kekebalan
pada ayam dibagi dalam dua bagian yaitu T limfosit yang dihasilkan oleh thymus
berperan dalam kekebalan celluler (Cell Mediated Immunity) dan B limfosit yang
dihasilkan oleh bursa yang berperan dalam penghasil sel dari pembentuk antibodi
sel plasma.
Sistem kekebalan ini sedikit berbeda dengan sistem kekebalan pada hewan mamalia. Perbedaan tersebut terletak pada kelengkapan alat tubuhnya yang berperan di dalam mekanisme immunologik yaitu, pada unggas mempunyai bursa fabricius tetapi tidak mempunyai lymphnode. Sebagai penggantinya adalah kelompok limfosit yang terdapat pada bursa fabricius.
Sistem kekebalan ini sedikit berbeda dengan sistem kekebalan pada hewan mamalia. Perbedaan tersebut terletak pada kelengkapan alat tubuhnya yang berperan di dalam mekanisme immunologik yaitu, pada unggas mempunyai bursa fabricius tetapi tidak mempunyai lymphnode. Sebagai penggantinya adalah kelompok limfosit yang terdapat pada bursa fabricius.
Respon kekebalan
sebenarnya tidak hanya berarti pembentukan antibodi yang bersikulasi didalam
darah, namun antibodi yang terbentuk itu ditemukan juga didalam cairan-cairan
sekresi tubuh seperti cairan lendir mulut dan saluran pernapasan serta reaksi
sel terhadap suatu penyakit yang umumnya dikenal dengan kekebalan jaringan.
Kekebalan ini memang tidak dapat diukur dengan uji darah. Antibodi yang ditemukan di dalam sekresi tubuh adalah bagian cairan pelindung tubuh yang sangat penting terhadap penyakit. Zat ini disebut antibodi lokal atau kekebalan lokal (Bennet, 1982; Bruna dkk., 1982).
Kekebalan ini memang tidak dapat diukur dengan uji darah. Antibodi yang ditemukan di dalam sekresi tubuh adalah bagian cairan pelindung tubuh yang sangat penting terhadap penyakit. Zat ini disebut antibodi lokal atau kekebalan lokal (Bennet, 1982; Bruna dkk., 1982).
Dalam banyak kasus
antibodi lokal merupakan garis pertahanan tubuh yang utama terhadap serangan
bakteri atau virus patogen dengan menghentikan infeksi dalam lapisan sel
saluran pernapasan dan saluran pencernaan.
Respon immunologik terjadi bila tubuh mendapat tantangan antigen. Reaksi yang terjadi dapat bersifat humoral atau celluler. Kekebalan ini dapat diperoleh dari vaksinasi dimana derajatnya begantung dari tipe virus yang menginfeksinya, macam vaksin, aplikasi vaksinasi serta kekebalan pre vaksinasi.
Respon immunologik terjadi bila tubuh mendapat tantangan antigen. Reaksi yang terjadi dapat bersifat humoral atau celluler. Kekebalan ini dapat diperoleh dari vaksinasi dimana derajatnya begantung dari tipe virus yang menginfeksinya, macam vaksin, aplikasi vaksinasi serta kekebalan pre vaksinasi.
Kekebalan juga
dimiliki oleh anak ayam yang baru menetas yang didapatkan dari induknya,
disebut kekebalan bawaan (maternal antibodi) yang bersifat siap pakai.
Kekebalan ini bersifat sementara, yaitu kira-kira sampai berumur 4-6 minggu.
Kekebalan bawaan dapat pula diperoleh dari induk yang sudah sembuh dari serangan
virus ND. Kekebalan ini dapat menghalangi terbentuknya kekebalan aktif.
(Ronohardjo, 1973; Brandly dkk ., 1976).
2.8 Tindakan Pencegahan
dan Pengendalian ND
Sampai sekarang ND
belum ada obatnya. Bermacam-macam antibiotik termasuk yang berspektrum luas
tidak efektif terhadap virus ND. Penggunaan antiserum kurang praktis dan
harganya relatif sangat mahal.
Maka tindakan yang paling baik adalah pencegahan ayam dari serangan ND. Penularan ND dapat dicegah dengan menjaga sanitasi dan menjadikan ayam kebal terhadap ND. Pada ayam yang kebal jika terjadi infeksi virus virulen, maka ayam tersebut tidak akan sakit dan virus tidak akan diekskresikan keluar tubuh, karena secara tuntas telah dinetralisir dalam tubuh.
Maka tindakan yang paling baik adalah pencegahan ayam dari serangan ND. Penularan ND dapat dicegah dengan menjaga sanitasi dan menjadikan ayam kebal terhadap ND. Pada ayam yang kebal jika terjadi infeksi virus virulen, maka ayam tersebut tidak akan sakit dan virus tidak akan diekskresikan keluar tubuh, karena secara tuntas telah dinetralisir dalam tubuh.
Antibodi dapat
terjadi secara aktif ataupun pasif. Antibodi
pasif terjadi karena pemindahan serum dari ayam yang kebal kepada ayam yang
lain atau dapat pula terjadi karena pemindahan dari induk pada waktu
pembentukan kuning telur, yang disebut dengan antibodi maternal.
Antibodi aktif terjadi karena vaksinasi atau infeksi alam yang subklinis. Antibodi aktif dapat mencapai titer yang tinggi dan bertahan lebih lama.
Antibodi aktif terjadi karena vaksinasi atau infeksi alam yang subklinis. Antibodi aktif dapat mencapai titer yang tinggi dan bertahan lebih lama.
Tindakan yang
paling baik dan lazim digunakan untuk mencegah ayam dari serangan ND adalah
kombinasi antara kesehatan sistem pengelolaan dan vaksinasi yang teratur
(Hanson, 1978).
Pencegahan ayam
dari serangan ND dengan cara vaksinasi dapat dilakukan dengan menggunakan
vaksin aktif maupun kombinasi vaksin aktif dan inaktif, sehingga diperoleh
kekebalan yang cukup untuk menahan serangan ND.
Vaksin adalah sediaan yang mengandung antigen baik merupakan kuman mati ataupun hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya dengan maksud untuk menimbulkan kekebalan aktif yang khas terhadap kuman atau toxinnya.
Vaksin adalah sediaan yang mengandung antigen baik merupakan kuman mati ataupun hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya dengan maksud untuk menimbulkan kekebalan aktif yang khas terhadap kuman atau toxinnya.
Ada dua jenis vaksin yang dikenal yaitu
vaksin vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif yaitu vaksin yang
mengandung virus hidup atau virus yang telah dilemahkan.
Vaksin inaktif yaitu vaksin yang virusnya telah dimatikan. Jenis vaksin aktif yang dipakai adalah dari galur mesogenik (Kumarov,Roakin dan Muktiswar), lentogenik (B1, F, La Sota dan V4), sedangkan virus galur velogenik (virus lapangan) dipakai sebagai virus tantangan (Allan dkk., 1978).
Vaksin inaktif yaitu vaksin yang virusnya telah dimatikan. Jenis vaksin aktif yang dipakai adalah dari galur mesogenik (Kumarov,Roakin dan Muktiswar), lentogenik (B1, F, La Sota dan V4), sedangkan virus galur velogenik (virus lapangan) dipakai sebagai virus tantangan (Allan dkk., 1978).
Bila ada antigen
masuk ke dalam tubuh, maka dapat menimbulkan dua jenis reaksi immunologik,
yaitu berupa : sintesis dan pelepasan antibodi bebas ke dalam darah dan cairan
tubuh lainnya (antibodi humoral) dan permukaan limfosit yang peka dengan
molekul-molekul yang menyerupai antibodi pada permukaannya.
Mekanisme reaksi
tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila ada antigen yang masuk ke dalam tubuh,
maka antigen tersebut akan ditangkap oleh sel-sel makrofag ini akan memberi
isyarat pada sel-sel limfosit –B yang dihasilkan oleh bursa fabricius yang
selanjutnya berubah menjadi sel blast kemudian menjadi sel blast kecil yang
akan berubah menjadi plasma blast yang akan memproduksi antibodi.
Selain merangsang sel limfosit-B, sel-sel makrofag juga memberi isyarat pada sel limfosit-T yang dihasilkan timus, limfosit-T ini tidak mengeluarkan antibodi seperti halnya limfosit-B, akan tetapi limfosit-T ini membantu agar rangsangan antigenik limfosit-B lebih efektif. Limfosit-T yang dirangsang oleh makrofag tadi akan berubah menjadi sel blast lalu menjadi sel blast kecil yang menghasilkan sel ingatan, juga mengeluarkan zat-zat limfokinin yang bertugas mengaktifasi makrofag untuk dapat menghancurkan antigen, serta membentuk limfosit yang berperan dalam penolakan jaringan (Roitt dkk., 1985).
Selain merangsang sel limfosit-B, sel-sel makrofag juga memberi isyarat pada sel limfosit-T yang dihasilkan timus, limfosit-T ini tidak mengeluarkan antibodi seperti halnya limfosit-B, akan tetapi limfosit-T ini membantu agar rangsangan antigenik limfosit-B lebih efektif. Limfosit-T yang dirangsang oleh makrofag tadi akan berubah menjadi sel blast lalu menjadi sel blast kecil yang menghasilkan sel ingatan, juga mengeluarkan zat-zat limfokinin yang bertugas mengaktifasi makrofag untuk dapat menghancurkan antigen, serta membentuk limfosit yang berperan dalam penolakan jaringan (Roitt dkk., 1985).
Titer antibodi
akibat vaksinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : respon ayam, mutu
vaksin, cara vaksinasi, lingkungan dan tatalaksana pemeliharaan.
Untuk ND kekebalan (titer antibodi ) terendah yang harus dimiliki ayam adalah delapan, agar ayam-ayam tersebut tahan terhadap penularan ND. Gangguan organ pembentuk antibodi, seperti penyakit yang menyerang bursa fabricius, jenis ayam dan lingkungan terlalu panas atau terlalu dingin mengakibatkan kegagalan vaksinasi (Peleg dkk., 1976; Tgizard, 1977).
Untuk ND kekebalan (titer antibodi ) terendah yang harus dimiliki ayam adalah delapan, agar ayam-ayam tersebut tahan terhadap penularan ND. Gangguan organ pembentuk antibodi, seperti penyakit yang menyerang bursa fabricius, jenis ayam dan lingkungan terlalu panas atau terlalu dingin mengakibatkan kegagalan vaksinasi (Peleg dkk., 1976; Tgizard, 1977).
2.9 Pengaruh Hormon
Kelamin terhadap Titer Antibodi
testis dan ovarium
selain berfungsi menghasilkan spermatozoa atau ovum juga membentuk
hormon-hormon steroid yang mengatur sifat kelamin sekunder, siklus reproduksi
dan pertumbuhan serta perkembangan organ-organ reproduksi.
Hormon kelamin jantan utama adalah testosteron, disintesis oleh sel-sel interstisial testes. Testosteron disamping berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan fungsi epididimis, ductus deferens, prostat, vesicule seminalis dan penis juga berfungsi dalam memperlancar sintesis mitokondria, organ-organ viscerfal, otot dan tulang rangka.
Hormon kelamin jantan utama adalah testosteron, disintesis oleh sel-sel interstisial testes. Testosteron disamping berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan fungsi epididimis, ductus deferens, prostat, vesicule seminalis dan penis juga berfungsi dalam memperlancar sintesis mitokondria, organ-organ viscerfal, otot dan tulang rangka.
Peningkatan pertumbuhan
organ viscerfal seperti organ immunologik akan mengakibatkan peningkatan
sintesis antibodi. Peningkatan pertumbuhan tulang akan meningkatkan sel-sel
asal sumsum tulang termasuk sintesis sel-sel limfosit. Sel-sel limfosit sangat
penting untuk respon primer terhadap antigen.
Limfosit dapat menjadi sel-sel pembentuk antibodi (sel-sel plasma). Limfosit juga membawa ingatan (memory cell) terhadap kontak pertama dengan antigen.
Limfosit dapat menjadi sel-sel pembentuk antibodi (sel-sel plasma). Limfosit juga membawa ingatan (memory cell) terhadap kontak pertama dengan antigen.
Peningkatan
sintesis protein disamping berfungsi untuk pertumbuhan tulang, daging,
menggantikan jaringan yang rusak, untuk hidup pokok dan berproduksi juga
berfungsi sebagai penyusun dasar antibodi. Sehingga peningkatan sintesis
protein akan meningkatkan sintesis antibodi.
Hormon betina utama
adalah estrogen, disintesis oleh sel-sel folikel graff yang sedang berkembang.
Estrogen menimbulkan estrus dan serangkaian perubahan pada sistem reproduksi
yang berhubungan dengan ovulasi dan mempertahankan sifat-sifat kelamin sekunder
betina. Estrogen bekerja sebagai antagonis terhadap testosteron ( Salsbury,
1961; Harper, 1979).
2.10 Vaksinasi ND Melalui
Pakan
Vaksinasi ND
melalui pakan merupakan suatu terobosan bioteknologi untuk menanggulangi ND
terutama pada ayam buras. Sehingga diharapkan masalah ND dapat diatasi dan
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan peternak dan sumber protein hewaninya.
Vaksinasi ND
melalui pakan memerlukan beberapa syarat seperti : 1 ) potensi vaksin harus
prima dan tidak berubah bila dicampur pakan ; 2) tahan terhadap keadaan
lingkungan pedesaan; 3) tahan disimpan tanpa memerlukan alat pembantu konvensional
seperti lemari es atau termos es; 4) mudah dicampur dengan pakan ayam dan 5 )
murah serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Balai penelitian
Veteriner (BALITVET) Bogor
tahun 1987 meneliti vaksin ND diberi kode (PR) V4. hasil penelitian
tentang virus ND V4 menunjukkan bahwa virus ini tahan terhadap suhu
kamar (280C) lebih dari satu bulan tanpa mengalami penurunan
potensi. Penelitian lebih lanjut dengan suhu 370C dan 560C,
virus masih tahan selama 28 jam dan 8 jam.
Vaksin V4
yang diberikan melalui pakan dapat merangsang unggas terbukti dengan adanya
titer antibodi HI, ekskresi virus seminggu pasca vaksinasi dan tahan terhadap
virus tantangan yang ganas (Samuel, 1987).
Vaksin V4
mampu melekat erat pada dinding tembolok 50 jam pasca vaksinasi dan virus dapat
mencapai rectum dari tembolok dalam waktu 3,5 jam. Virus banyak ditemukan pada
tembolok, proventiculus, ventriculus dan sedikit pada usus halus karena pengaruh
enzim-enzim pencernaan.
Lebih jauh dikatakan bahwa virus dalam saluran pencernaan merangsang sekresi Ig A untuk menimbulkan stimulasi primer. Ig A aktif baik dalam sirkulasi darah maupun dalam sekresi cairan tubuh. Pesan dari sel-sel T atau jaringan limfatik tepi dan pusat untuk menghasilkan antibodi.
Lebih jauh dikatakan bahwa virus dalam saluran pencernaan merangsang sekresi Ig A untuk menimbulkan stimulasi primer. Ig A aktif baik dalam sirkulasi darah maupun dalam sekresi cairan tubuh. Pesan dari sel-sel T atau jaringan limfatik tepi dan pusat untuk menghasilkan antibodi.
Dilaboratorium
telah dicoba memakai gabah, beras dan dedak sebagai pencampur vaksin V4.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ayam pasca vaksinasi yang mati setelah
ditantang dengan virus ND ganas berturut-turut 10%, 50% dan 80%.
Dengan demikian pemakaian gabah adalah yang terbaik, sedangkan dedak kurang baik. Karena dedak biasanya tidak habis dimakan ayam, sedangkan gabah mempunyai daya serap yang lebih besar dibandingkan dengan beras, sehingga jumlh vaksin yang menempel pada gabah lebih banyak dibandingkan pada beras karena itu proteksi ayam terhadap ND melalui vaksin yang dicampur dengan gabah lebih baik dibandingkan vaksin dicampur beras.
Dengan demikian pemakaian gabah adalah yang terbaik, sedangkan dedak kurang baik. Karena dedak biasanya tidak habis dimakan ayam, sedangkan gabah mempunyai daya serap yang lebih besar dibandingkan dengan beras, sehingga jumlh vaksin yang menempel pada gabah lebih banyak dibandingkan pada beras karena itu proteksi ayam terhadap ND melalui vaksin yang dicampur dengan gabah lebih baik dibandingkan vaksin dicampur beras.
Hasil uji coba
dilapangan menggunakan 3000 ekor ayam buras menunjukkan titer antibodi HI yang
baik dan proteksi ayam mencapai 60-70% tehadap virus tantangan yang ganas.
Newcastle Disease (Tetelo) pada Unggas
Reviewed by kangmaruf
on
10:55 PM
Rating:
No comments: